Pengaruh Peningkatan Risiko Harga Kubis

276 Selanjutnya dalam pengambilan keputusan konsumsi menunjukkan adanya peningkatan risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan PPANG, non pangan PNPG, kesehatan PKS dan pendidikan PPEND. Pengeluaran untuk konsumsi sangat dipengaruhi oleh total pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani dari kegiatan produksi. Penurunan pendapatan yang diakibatkan oleh peningkatan risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi konsumsi. Persentase penurunan konsumsi diantara rumahtangga petani lahan sempit relatif lebih besar dibandingkan lahan sedang dan luas.

7.2.2. Pengaruh Peningkatan Risiko Harga Kubis

Risiko harga yang dihadapi rumahtangga petani sayuran ditandai dengan adanya fluktuasi harga yang diterima rumahtangga petani setiap periode penjualan. Komoditas kubis mempunyai risiko harga yang lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Karakteristik kubis yang mudah rusak dan tidak bisa disimpan dalam waktu lama menjadi salah satu faktor tingginya risiko harga kubis. Pengaruh peningkatan risiko harga kubis sebesar lima persen terhadap ekonomi rumahtangga petani sayuran menurut strata luas lahan dapat dilihat pada Tabel 56 dan Lampiran 10. Adanya peningkatan risiko harga kubis sebesar lima persen menyebabkan penurunan pada sebagian besar variabel ekonomi rumahtangga petani. Pada kegiatan produksi, hal itu dapat dilihat dari penurunan luas lahan garapan, produktivitas, penggunaan input, total pendapatan usahatani dan total pendapatan rumahtangga petani sayuran. Persentase penurunan variabel ekonomi 277 Tabel 56. Pengaruh Peningkatan Risiko Harga Kubis Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 Variabel Lahan Sempit ≤ 0.50 ha Lahan Sedang 0.51-1.0 ha Lahan Luas 1.0 ha Luas lahan kentang LHGKT -0.12 -0.13 -0.18 Produktivitas kentang PRDKT -0.65 -0.60 -0.57 Produksi kentang PKT -0.75 -0.71 -0.74 Benih kentang PBNHKT -0.03 -0.02 -0.03 Pupuk nitrogen PPKNKT -0.09 -0.08 -0.08 Pupuk phosphor PPKPKT -0.07 -0.09 -0.09 Obat-obatan kentang PESKT -0.26 -0.20 -0.19 TK dalam kel. pria kentangTKPDKT -0.16 -0.13 -0.10 TK dalam kel. wanita TKWDKT -0.60 -0.61 -0.68 TK luar kel.pria TKPLKT -0.90 -0.83 -0.80 TK luar kel. wanita TKWLKT -0.23 -0.16 -0.22 Luas lahan kubis LHGKB -0.21 -0.19 -0.15 Produktivitas kubis PRDKB -1.03 -1.02 -1.02 Produksi kubis PKB -1.24 -1.18 -1.13 Benih kubis PBNHKB -0.30 -0.24 -0.20 Pupuk NPK PNPKB -0.45 -0.43 -0.51 Obat-obatan kubis PESKB -0.29 -0.25 -0.31 TK dalam kel. pria kubis TKPDKB -0.10 -0.09 -0.09 TK dalam kel. wanta kubis TKWDKB -0.64 -0.67 -0.75 TK luar kel.pria kubis TKPLKB -0.22 -0.23 -0.31 TK luar kel.wanita TKWLKB -1.49 -1.33 -1.58 TK pria pada off farm TKPOF 4.18 2.33 1.04 TK wanita pada off farm TKWOF 0.61 0.56 0.55 TK pria pada non farm TKPNF 0.02 0.03 0.03 TK wanita pada non farm TKWNF 0.04 0.05 0.03 Total pendapatan off farm TPOF 5.62 3.82 1.83 Pendapatan kentang PUTKT -0.74 -0.71 -0.68 Pendapatan kubis PUTKB -1.19 -1.10 -1.07 Total pendapatan non farm TPNF 1.44 1.25 1.14 Total pendapatan usahatani TPUT -0.27 -0.20 -0.18 Total pendapatan rumahtangga TPRT -0.21 -0.22 -0.24 Pengeluaran pangan PPANG -0.03 -0.03 -0.03 Pengeluaran non pangan PNPG -0.07 -0.06 -0.06 Pengeluaran kesehatan PKS -0.41 -0.33 -0.43 Pengeluaran pendidikan PPEND -0.07 -0.08 -0.06 Tabungan TAB -0.04 -0.04 -0.04 Investasi produksi INVES -3.65 -3.53 -3.64 278 antara rumahtangga petani sayuran lahan sempit, sedang dan luas menunjukkan perbedaan yaitu pada rumahtangga petani lahan sempit lebih besar penurunannya dibandingkan lahan sedang dan luas. Penurunan total pendapatan usahatani dan total pendapatan rumahtangga yang diakibatkan risiko harga kubis sangat terkait dengan kegiatan pemasaran. Fluktuasi harga kubis yang diperoleh rumahtangga petani dikarenakan rumahtangga petani sayuran masih banyak yang belum terlibat dalam kerjasama kemitraan yang ada di Kecamatan Pangalengan seperti kerjasama antara rumahtangga petani sayuran dengan pelaku bisnis lain seperti PT Indofood dan perusahaan dagang sayuran. Adanya kerjasama kemitraan, harga sayuran yang diperoleh rumahtangga petani relatif stabil. Namun demikian terbatasnya perusahaan pengolahan dan perusahaan dagang sayuran menyebabkan belum semua rumahtangga petani sayuran di daerah penelitian terlibat dalam kerjasama kemitraan sehingga dengan adanya peningkatan risiko harga dapat menyebabkan penurunan total pendapatan usahatani. Sementara itu di daerah penelitian juga terdapat kerjasama antara rumahtangga petani dengan pedagang pengumpul bandar yang lebih bersifat hubungan materi. Pada umumnya rumahtangga petani meminjam dana pada pedagang pengumpul dengan pembayaran pada saat panen dengan harga mengikuti perubahan yang terjadi di pasar. Hal tersebut menunjukkan risiko harga akan selalu dihadapi rumahtangga petani. Perilaku lain yang dapat dilihat pada rumahtangga petani dalam memasarkan hasil panen dengan melakukan sistem tebasan pada pedagang pengumpul pada saat harga tinggi sehingga hal tersebut 279 dapat mengurangi risiko harga produk yang akan dialami rumahtangga petani sayuran. Perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan alokasi tenaga kerja menunjukkan bahwa peningkatan risiko harga kubis menyebabkan rumahtangga petani meningkatkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga baik pria maupun wanita pada kegiatan off farm TKPOF, TKWOF dan non farm TKPNF, TKWNF. Penggunaan tenaga kerja rumahtangga petani sayuran lahan sempit pada kegiatan off farm dan non farm ternyata lebih tinggi dibandingkan rumahtangga petani lahan sedang dan luas. Selanjutnya dilihat dari perilaku ekonomi rumahtangga dalam pengambilan keputusan konsumsi menunjukkan dengan adanya peningkatan risiko harga kubis menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan, non pangan, kesehatan dan pendidikan PPANG, PNPG, PKS, PPEND. Demikian halnya untuk tabungan dan investasi produksi mengalami penurunan. Penurunan pengeluaran konsumsi sangat terkait dengan pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani dari kegiatan produksi. Oleh karena peningkatan risiko harga kubis menyebabkan total pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani mengalami penurunan maka berpengaruh terhadap penurunan pengeluaran konsumsi rumahtangga. 7.2.3. Pengaruh Peningkatan Upah Usahatani Upah tenaga kerja pria dan wanita pada kegiatan usahatani on farm mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan upah minimum regional. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa upah pada kegiatan usahatani mengalami peningkatan sekitar 20 persen. Pengaruh peningkatan upah terhadap 280 perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dapat dilihat pada Tabel 57 dan Lampiran 11. Peningkatan upah tenaga kerja pria dan wanita pada kegiatan usahatani sebesar 20 persen mengakibatkan penurunan pada sebagian besar variabel ekonomi rumahtangga petani sayuran. Hal itu menunjukkan pengambilan keputusan rumahtangga akan terpengaruh akibat peningkatan upah. Pada pengambilan keputusan produksi dapat dilihat pada penurunan luas lahan garapan dan penggunaan input sehingga produksi PKB, PKT, total pendapatan usahatani TPUT dan total pendapatan rumahtangga petani sayuran TPRT mengalami penurunan. Dengan penurunan produksi maka total pendapatan usahatani akan mengalami penurunan. Dibandingkan antara rumahtangga petani, penurunan produktivitas, total pendapatan usahatani dan total pendapatan rumahtangga petani sayuran paling besar terjadi pada rumahtangga petani lahan sempit dibandingkan rumahtangga petani lainnya. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan upah tenaga kerja pada kegiatan usahatani menyebabkan persentase penurunan permintaan atau penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani rumahtangga petani lahan sempit lebih besar dibandingkan rumahtangga petani lainnya. Persentase penurunan yang lebih besar pada penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada rumahtangga petani sayuran menyebabkan produktivitas yang dihasilkan rumahtangga petani lahan sempit mengalami penurunan lebih besar dibandingkan rumahtangga petani lainnya, demikian halnya dengan total pendapatan rumahtangga petani. 281 Tabel 57. Pengaruh Peningkatan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 Variabel Lahan Sempit ≤ 0.50 ha Lahan Sedang 0.51-1.0 ha Lahan Luas 1.0 ha Luas lahan kentang LHGKT -1.24 -0.86 -1.22 Produktivitas kentang PRDKT -1.01 -0.96 -0.93 Produksi kentang PKT -1.24 -0.78 -1.22 Benih kentang PBNHKT -2.20 -1.97 -1.80 Pupuk nitrogen PPKNKT -0.02 -0.14 -0.05 Pupuk phosphor PPKPKT -0.16 -0.02 -0.18 Obat-obatan kentang PESKT -0.06 -0.97 -0.06 TK dalam kel. pria kentangTKPDKT -0.72 -0.98 -0.72 TK dalam kel. wanita TKWDKT -9.24 -9.13 -10.98 TK luar kel.pria TKPLKT -0.35 -0.10 -0.31 TK luar kel. wanita TKWLKT -3.21 -2.61 -3.20 Luas lahan kubis LHGKB -4.23 -4.20 -4.17 Produktivitas kubis PRDKB -0.02 -0.04 -0.03 Produksi kubis PKB -4.25 -4.26 -4.20 Benih kubis PBNHKB -0.12 -0.08 -0.12 Pupuk NPK PNPKB -0.28 -0.47 -0.29 Obat-obatan kubis PESKB -0.08 -0.13 -0.08 TK dalam kel. pria kubis TKPDKB -1.42 -0.66 -1.53 TK dalam kel. wanta kubis TKWDKB -1.68 -1.32 -1.08 TK luar kel.pria kubis TKPLKB -3.07 -3.18 -3.23 TK luar kel.wanita TKWLKB -0.29 -0.62 -0.28 TK pria pada off farm TKPOF 2.78 1.78 1.37 TK wanita pada off farm TKWOF 0.58 0.14 0.89 TK pria pada non farm TKPNF 1.17 1.02 1.58 TK wanita pada non farm TKWNF 0.64 0.62 0.61 Total pendapatan off farm TPOF 4.53 3.98 3.74 Pendapatan kentang PUTKT -5.62 -4.72 -3.96 Pendapatan kubis PUTKB -3.67 -3.58 -3.37 Total pendapatan non farm TPNF 1.84 1.33 1.39 Total pendapatan usahatani TPUT -4.90 -3.43 -2.85 Total pendapatan rumahtangga TPRT -4.30 -3.40 -2.30 Pengeluaran pangan PPANG -0.67 -1.13 -0.74 Pengeluaran non pangan PNPG -0.35 -0.65 -0.35 Pengeluaran kesehatan PKS -0.29 -0.40 -0.31 Pengeluaran pendidikan PPEND -1.27 -2.88 -1.18 Tabungan TAB -1.26 -2.21 -1.45 Investasi produksi INVES -0.88 -1.67 -0.98 282 Perilaku rumahtangga petani lahan sedang sebagai akibat peningkatan upah dengan menurunkan pengeluaran konsumsi dengan persentase penurunan lebih besar dibandingkan dengan rumahtangga petani lainnya. Hal ini terjadi karena persentase penurunan total pendapatan rumahtangga petani lebih besar sehingga persentase penurunan pengeluaran konsumsi juga lebih besar dibandingkan rumahtangga petani lainnya. Perilaku rumahtangga petani dalam pengambilan keputusan konsumsi menunjukkan bahwa peningkatan upah tenaga kerja pada kegiatan usahatani menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan PPANG, non pangan PNPG, kesehatan PKS, pendidikan PPEND serta tabungan TAB. Penurunan pengeluaran konsumsi sangat dipengaruhi total pendapatan rumahtangga. Rekapitulasi pengaruh peningkatan risiko produksi, risiko harga produk dan upah pada kegiatan usahatani pada rumahtangga petani lahan sempit dapat dilihat pada Lampiran 12. Pengaruh peningkatan risiko produksi terhadap ekonomi rumahtangga petani sayuran menyebabkan kegiatan produksi dan konsumsi mengalami penurunan lebih besar dibandingkan pengaruh peningkatan risiko harga produk dan upah pada kegiatan usahatani. Demikian halnya pada rumahtangga petani sayuran lahan sedang dan luas menunjukkan kondisi yang sama, yaitu peningkatan risiko produksi menyebabkan kondisi ekonomi rumahtangga petani sayuran lebih buruk dibandingkan peningkatan risiko harga produk dan upah pada kegiatan usahatani Lampiran 13 dan Lampiran 14. 283

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN