Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi Kentang

272

7.2.1. Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi Kentang

Risiko produksi ditunjukkan oleh adanya fluktuasi produksi yang dialami rumahtangga petani sayuran pada setiap musim. Usahatani kentang mempunyai risiko produksi lebih tinggi dibandingkan usahatani kubis. Pengaruh peningkatan risiko produksi kentang sebesar lima persen pada ekonomi rumahtangga petani sayuran dapat dilihat pada Tabel 55 dan Lampiran 9. Peningkatan risiko produksi kentang sebesar lima persen menyebabkan terjadinya penurunan pada semua variabel ekonomi rumahtangga baik pada pengambilan keputusan produksi, alokasi tenaga kerja maupun konsumsi. Hal itu dapat dilihat pada masing-masing persamaan dalam setiap bloknya. Dalam pengambilan keputusan produksi, peningkatan risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran pada umumnya telah mengurangi penggunaan input usahatani seperti luas lahan garapan LHGKT, LHGKB, benih kentang PBNHKT, PBNHKB dan pupuk PPKNKT, PPKPKT, PNPKB. Pengurangan penggunaan input usahatani tersebut dikarenakan rumahtangga petani pada umumnya tidak ingin mengalami kerugian yang lebih besar akibat peningkatan risiko produksi kentang. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa rumahtangga petani sayuran berperilaku sebagai risk averse, yang ditunjukkan dengan mengurangi penggunaan input pada usahatani kentang dan kubis. Dengan berkurangnya penggunaan input menyebabkan produktivitas dan produksi yang dihasilkan juga mengalami penurunan. Kondisi tersebut pada akhirnya akan menurunkan pendapatan usahatani pada masing- masing komoditas sehingga total pendapatan rumahtangga juga akan mengalami penurunan. 273 Tabel 55. Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi Kentang Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 Variabel Lahan Sempit ≤ 0.50 ha Lahan Sedang 0.51-1.0 ha Lahan Luas 1.0 ha Luas lahan kentang LHGKT -2.78 -2.64 -2.60 Produktivitas kentang PRDKT -1.97 -1.16 -0.94 Produksi kentang PKT -3.71 -3.56 -3.10 Benih kentang PBNHKT -0.56 -0.49 -0.38 Pupuk nitrogen PPKNKT -0.20 -0.15 -0.10 Pupuk phosphor PPKPKT -0.26 -0.13 -0.13 Obat-obatan kentang PESKT -0.93 -0.91 -0.88 TK dalam kel. pria kentangTKPDKT -4.25 -4.21 -4.15 TK dalm kel. wanita ketangTKWDKT -1.57 -1.50 -1.49 TK luar kel.pria kentang TKPLKT -0.81 -0.75 -0.75 TK luar kel. wanita kentng TKWLKT -0.46 -0.44 -0.43 Luas lahan kubis LHGKB -1.97 -1.85 -1.82 Produktivitas kubis PRDKB -0.22 -0.19 -0.16 Produksi kubis PKB -1.99 -1.87 -1.84 Benih kubis PBNHKB -0.21 -0.18 -0.14 Pupuk NPK PNPKB -0.21 -0.22 -0.18 Obat-obatan kubis PESKB -0.05 -0.05 -0.06 TK dalam kel. pria kubis TKPDKB -0.71 -0.85 -0.76 TK dalam kel. wanta kubis TKWDKB -1.18 -1.35 -1.25 TK luar kel.pria kubis TKPLKB -0.07 -0.00 -0.00 TK luar kel.wanita TKWLKB -0.32 -0.32 -0.33 TK pria pada off farm TKPOF 7.49 5.06 4.72 TK wanita pada off farm TKWOF 0.99 0.82 0.75 TK pria pada non farm TKPNF 0.43 0.67 0.57 TK wanita pada non farm TKWNF 0.46 0.65 0.36 Total pendapatan off farm TPOF 5.01 4.22 2.37 Pendapatan kentang PUTKT -4.11 -4.00 -4.03 Pendapatan kubis PUTKB -1.99 -1.91 -1.86 Total pendapatan non farm TPNF 0.99 1.55 1.36 Total pendapatan usahatani TPUT -4.33 -4.29 -4.25 Total pendapatan rumahtangga TPRT -4.09 -4.40 -4.12 Pengeluaran pangan PPANG -0.58 -0.46 -0.43 Pengeluaran non pangan PNPG -0.35 -0.26 -0.21 Pengeluaran kesehatan PKS -0.21 -0.16 -0.18 Pengeluaran pendidikan PPEND -0.90 -1.16 -0.69 Tabungan TAB -0.91 -0.89 -0.85 Investasi produksi INVES -0.62 -0.67 -0.57 274 Jika dibandingkan antara rumahtangga petani berdasarkan strata luas lahan garapan menunjukkan bahwa dengan adanya risiko produksi kentang menyebabkan persentase penurunan pada rumahtangga petani lahan sempit relatif lebih besar dibandingkan lahan sedang dan luas. Kendala anggaran pada rumahtangga petani lahan sempit menjadi salah satu alasan rumahtangga petani dalam mengatasi risiko produksi sehingga terjadi penurunan pada kegiatan produksi yang lebih besar. Risiko produksi kentang dapat bersumber dari cuaca dan atau gangguan hama dan penyakit tanaman. Pada saat musim hujan, gangguan hama dan penyakit tanaman sangat besar sehingga dibutuhkan pendanaan yang relatif besar untuk mengatasinya, sementara rumahtangga petani lahan sempit menghadapi kendala anggaran. Sedangkan pada saat musim kemarau, tanaman sayuran sangat membutuhkan pengairan, sementara rumahtangga petani menghadapi kendala memperoleh pengairan dari irigasi yang terdapat di daerah penelitian. Air yang tersedia dari sumber air di daerah penelitian tidak mampu mengairi seluruh lahan sayuran di daerah penelitian. Bagi rumahtangga petani lahan sedang dan luas memungkinkan menggunakan sprinkler untuk pengairan, tetapi bagi lahan sempit sangat terbatas anggarannya. Kondisi tersebut menyebabkan persentase penurunan produktivitas dan pendapatan yang dialami rumahtangga petani lahan sempit lebih besar dibandingkan rumahtangga petani lahan sedang dan luas. Sedangkan bagi rumahtangga petani lahan sedang dan luas, keikutsertaan dalam sistem kerjasama kemitraan menjadi salah satu alternatif mengatasi risiko produksi. Bagi rumahtangga petani yang melakukan kerjasama kemitraan dengan perusahaan PT Indofood atau perusahaan dagang sayuran akan mendapatkan 275 pengawasan dan bimbingan dari pihak perusahaan. Sehingga permasalahan teknis produksi yang dihadapi rumahtangga petani dapat diatasi dengan pihak perusahaan. Hal itu terjadi karena pihak perusahaan juga berkepentingan terhadap hasil panen yang diperoleh rumahtangga petani sayuran. Pada umumnya rumahtangga petani lahan sedang dan luas yang melakukan kerjasama kemitraan dengan PT Indofood atau distributor sayuran. Selain hal tersebut diatas juga di daerah penelitian terdapat sistem bagi hasil antara pemilik lahan dengan penggarap dengan sistem maro atau marapat dan lainnya. Namun demikian sistem ini dapat memberikan pengaruh disinsentif terhadap peningkatan produktivitas Fukui et al, 2003. Adanya risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran yang mengelola usahatani dengan sistem bagi hasil akan mengurangi penggunaan input sehingga produktivitas yang dihasilkan juga menurun. Dalam pengambilan keputusan alokasi tenaga kerja, peningkatan risiko produksi kentang menyebabkan penurunan pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga pada kegiatan on farm baik untuk usahatani kentang dan kubis TKPDKT,TKWDKT, TKPDKB, TKWDKB. Persentase penurunan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga pada rumahtangga petani lahan sempit lebih besar dibandingkan lahan sedang dan luas. Namun demikian dengan adanya risiko produksi kentang mendorong rumahtangga petani sayuran untuk meningkatkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan off farm TKPOF dan TKWOF dan non farm TKPNF, TKWNF. Persentase peningkatan tenaga kerja pada rumahtangga petani sayuran lebih tinggi dibandingkan lahan sedang dan luas. 276 Selanjutnya dalam pengambilan keputusan konsumsi menunjukkan adanya peningkatan risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan PPANG, non pangan PNPG, kesehatan PKS dan pendidikan PPEND. Pengeluaran untuk konsumsi sangat dipengaruhi oleh total pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani dari kegiatan produksi. Penurunan pendapatan yang diakibatkan oleh peningkatan risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi konsumsi. Persentase penurunan konsumsi diantara rumahtangga petani lahan sempit relatif lebih besar dibandingkan lahan sedang dan luas.

7.2.2. Pengaruh Peningkatan Risiko Harga Kubis