107
Tabel 5. Luas Penguasaan Lahan Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan dan Skala Usahatani di
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 20052006
Lahan Sempit ≤ 0.50 ha
Lahan Sedang 0.51–1.0 ha
Lahan Luas 1.0 ha
Total Uraian
Rata rata
SD Rata rata
SD Rata Rata
SD Rata rata
SD Total
Luas ha 0.28 0.10
0.75 0.16
2.24 1.18 1.03 1.10
Milikha 0.20 0.14
0.39 0.36
1.60 2.06 0.71 1.35
Bukan Milikha
0.13 0.27 0.38
0.36 1.00
1.24 0.47 0.84 Jml persil
2 0.41
3 0.87
4 1.33
3 1.33
Keterangan : SD : Simpangan Baku Standard Deviation
Jika dilihat dari proporsi luas lahan milik dan lahan bukan milik terhadap total luas lahan yang dikuasai menunjukkan bahwa secara umum rata-rata 62
persen luas lahan yang dikuasai merupakan lahan milik dan 38 persennya merupakan lahan bukan milik. Pada rumahtangga petani sayuran sampel dengan
lahan sempit dan lahan luas, proporsi lahan milik terhadap total lahan yang dikuasai masing-masing 68.3 dan 62.0 lebih besar dibandingkan proporsi
lahan bukan milik masing-masing 31.7 dan 38.0 . Sedangkan pada rumahtangga petani sampel dengan skala usahatani lahan sedang menunjukkan
proporsi luas lahan milik dan luas lahan bukan milik terhadap total luas lahan yang dikuasai relatif hampir sama masing-masing sekitar 50.0 persen.
5.2. Pola Tanam Usahatani
Terkait dengan pemanfaatan lahan menunjukkan bahwa rata-rata rumahtangga petani sampel memanfaatkan lahannya selama satu tahun dengan
intensitas pemanfaatan lahan sebesar 300 persen. Hal itu menunjukkan selama satu tahun, lahan ditanami tiga kali yaitu pada musim kemarau I MKI, musim
kemarau II MKII dan musim hujan MH. Jika dilihat secara teknis, tanaman
108
sayuran umumnya dapat ditanam setiap waktu tanpa memperhatikan musim dan hal itu yang dilakukan oleh rumahtangga petani sampel. Intensitas pemanfaatan
lahan yang dikelola rumahtangga petani sayuran sampel termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya intensitas pemanfaatan lahan tersebut menjadi salah satu
penyebab semakin menurunnya tingkat kesuburan lahan yang dikelola rumahtangga petani sayuran sampel. Dengan intensitas pemanfaatan lahan yang
tinggi mengindikasikan adanya eksploitasi lahan sehingga tanpa adanya perbaikan terhadap lahan akan menyebabkan tingkat kesuburan lahan semakin menurun.
Terkait dengan pola tanam selama satu tahun menunjukkan bahwa rumahtangga petani sayuran sampel mengusahakan lahannya dengan pola tanam
yang berbeda-beda setiap persilnya tetapi masih tetap mengusahakan komoditas unggulan yaitu kentang dan kubis. Usahatani kentang dan kubis rata-rata ditanam
rumahtangga petani sayuran sampel secara monokultur. Oleh karena rata-rata jumlah persil yang dikuasi rumahtangga petani lebih dari dua maka rumahtangga
petani sayuran sampel melakukan penanaman kentang dan kubis pada waktu yang sama tetapi pada lahan berbeda. Dalam penelitian ini kondisi tersebut
menunjukkan bahwa rumahtangga petani sayuran sampel telah melakukan diversifikasi cabang usahatani, dalam arti setiap musim diusahakan lebih dari satu
tanaman sayuran meskipun pengusahaannya tidak pada lahan atau persil yang sama. Jadi diversifikasi tidak hanya diartikan penanaman secara campuran atau
tumpangsari pada lahan yang sama tetapi termasuk yang sudah dijelaskan sebelumnya. Salah satu tujuan rumahtangga petani sayuran sampel melakukan
penanaman dengan komoditas yang berbeda pada setiap persilnya adalah untuk mengatasi adanya kegagalan atau risiko produksi maupun risiko harga produk.
109
Beberapa pola tanam yang umum diusahakan oleh rumahtangga petani sampel pada musim tanam tahun 20052006 dapat dilihat pada Gambar 8. Adapun
pola tanam yang umum dilakukan rumahtangga petani sayuran sampel sebagai berikut :
1. Pola I yaitu kentang – kubis – kentang
2. Pola II yaitu kubis – kentang – kubis
3. Pola III yaitu cabe + tomat – kubis – kentang .
Gambar 8. Pola Tanam Komoditas Sayuran pada Lahan yang Dikuasai
Rumahtangga Petani Sayuran Sampel, di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 20052006
Pola tanam I dan Pola tanam II diterapkan oleh rumahtangga petani sayuran sampel yang mengelola lahan sebanyak dua persil. Sedangkan rumahtangga petani
sayuran sampel yang mengelola lahan sebanyak lebih dari atau sama dengan tiga persil menerapkan Pola tanam I, Pola tanam II dan Pola tanam III.
Peb Jun Okt Jan Bulan
Luas
Kubis Kentang
Kentang
Kubis Kentang
Kubis
Cabe + Tomat – Wortel - Kentang
110
Secara umum 50 persen lahan kering di wilayah Kecamatan Pangalengan diusahakan dengan pola tanam kentang- kubis- kentang Koordinator Penyuluh
Pertanian, 2006. Penerapan pola tanam yang umum dilakukan rumahtangga petani sayuran sampel mengikuti prinsip teknik budidaya tanaman yaitu lahan
yang sudah ditanami kentang maka untuk musim tanam berikutnya sebaiknya lahan ’bekas’ kentang tidak boleh ditanami kembali dengan komoditas yang
termasuk dalam satu famili Solanaceae. Beberapa komoditas yang termasuk famili solanaceae diantaranya adalah kentang, tomat dan cabe. Perlakuan tersebut
didasarkan pada alasan bahwa lahan yang ditanami dengan komoditas yang termasuk famili Solanaceae secara berturut – turut setiap musim tanam maka
siklus hidup hama dan penyakit tanaman tidak akan terputus. Oleh karena itu salah satu cara yang dilakukan rumahtangga petani sayuran sampel untuk
menekan hama dan penyakit tanaman yaitu dengan dengan menerapkan pola tanam kentang - kubis – kentang artinya menanam komoditas kentang dilanjutkan
pada musim berikutnya menanam komoditas lain, yang tidak termasuk famili Solanaceae, seperti kubis.
Adapun penggunaan lahan untuk komoditas kentang dan kubis yang diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran sampel selama satu tahun dapat
dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa secara total, rumahtangga petani
sayuran sampel mempunyai rata-rata proporsi luas lahan garapan kentang 49 lebih tinggi dibandingkan kubis 34. Jika dilihat berdasarkan strata skala
usahatani, ternyata pada rumahtangga petani lahan sempit, pada periode tahun 20052006 lahan garapan hanya digunakan untuk komoditas kentang dan kubis.
111
Sementara itu untuk rumahtangga petani lahan sedang dan lahan luas, selain kentang dan kubis juga mengusahakan tanaman lain wortel, tomat, cabe. Pada
rumahtangga petani sayuran sampel lahan sedang, proporsi lahan garapan untuk tanamana lain sekitar 10 persen sedangkan pada rumahtangga petani lahan luas,
proporsi lahan garapan untuk tanaman lain sekitar 20 persen.
Tabel 6. Penggunaan Lahan Garapan Kentang dan Kubis Selama Satu Tahun pada Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala
Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 20052006
Uraian Lahan Sempit
≤ 0.50 ha Lahan Sedang
0.51–1.0 ha Lahan Luas
1.0 ha Total
Rata Rata
SD Rata Rata
SD Rata Rata
SD Rata Rata
SD
Kentang ha 0.44
54 0.17 1.15
51 0.25 3.27
49 1.63 1.51
49 1.55 Kubis ha
0.38 46 0.13
0.88 39 0.25
2.10 31 1.01
1.05 34 0.95
Lainnyaha 0.00
0 0.00 0.23
10 0.23 1.39
20 1.33 0.51
17 0.99 Keterangan : SD : Simpangan Baku Standard Deviation
Sementara itu secara keseluruhan, rata-rata rumahtangga petani sayuran sampel menunjukkan bahwa komoditas kentang merupakan komoditas sayuran
yang dominan diusahakan diusahakan diikuti komoditas kubis. Dalam kegiatan usahatani, rumahtangga petani sayuran sampel mengusahakan komoditas kentang
dan kubis secara monokultur. Namun demikian dalam kedua komoditas tersebut diusahakan pada waktu yang bersamaan meskipun pada lahan yang berbeda. Hal
tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga petani sayuran sampel telah melakukan kegiatan usaha diversifikasi antara kentang dan kubis dengan alasan
untuk mengatasi adanya risiko produksi.
112
5.3 . Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk