53
persamaan yang terkait yaitu keputusan produksi, konsumsi dan penggunaan input pada rumahtangga petani.
Dengan menggunakan pendekatan ekonometrik dimungkinkan untuk melakukan proxy terhadap variabel sehingga model yang dikembangkan tidak
hanya tepat dalam teori tetapi juga empiris. Dengan demikian model ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam penelitian ini dibangun dengan pendektan
sistem yang mempertimbangkan teori dan karakteristik rumahtangga petani sayuran dengan melihat keterkaitan antar variabel-variabel yang menentukan
perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran. Lebih lanjut model yang dibangun dalam penelitian ini akan dijelaskan pada bagian perumusan model.
3.1.6. Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk
Model ekonomi rumahtangga petani yang dibangun dalam penelitian ini memasukkan unsur risiko yaitu risiko produksi dan risiko harga produk. Risiko
menunjukkan kemungkinan kehilangan loss yang mempengaruhi kesejahteraan individu Harwood et al., 1999. Rumahtangga petani khususnya menghadapi
harga input yang sudah dapat diketahui tetapi belum secara pasti mengetahui harga produk dan beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah produksi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga petani menghadapi risiko produksi dan risiko harga produk Patrick et al., 1985; Moschini dan Hennessy, 1999. Dalam
menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan berdasarkan pada konsep expected utility Robison dan Barry, 1987. Dalam
kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif relative frequencies dan
digunakan dalam pengambilan keputusan.
54
Beberapa ukuran risiko didasarkan pada nilai variance, standard deviation dan coefficient of variation Anderson et al., 1977; Calkin dan DiPietre, 1983;
Elton dan Gruber, 1995. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti misalnya standard
deviation merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient of variation merupakan rasio standard deviation dengan nilai ekspektasi. Pada umumnya
rumahtangga mengusahakan lebih dari satu kegiatan usahatani. Oleh karena itu coefficient of variation sangat efektif mengukur perbandingan variasi produksi
atau harga atau pendapatan dari dua atau lebih kegiatan. Risiko pada umumnya berhubungan dengan adanya suatu perubahan
dalam setiap periode, sehingga risiko produksi dan risiko harga produk menggambarkan adanya fluktuasi pada produksi dan harga produk yang dialami
rumahtangga petani. Adanya fluktuasi tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan variance produksi periode tertentu. Salah satu model yang dapat
mengakomodasi kondisi tersebut yaitu model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity GARCH Verbeek, 2000; De Wet, 2005;
Moschini dan Hennessy, 1999. Model GARCH secara khusus didesain untuk model variance yang mana variance sebagai variabel dependent merupakan
fungsi dari variabel dependent periode sebelumnya atau variabel independent atau eksogenous. Secara umum model GARCH dapat dituliskan sebagai berikut :
2 1
2 1
2 j
t j
q j
j t
j p
j t
− =
− =
∑ ∑
+ +
= σ
β ε
α ϖ
σ ……………………………………....[71]
Dalam prakteknya spesifikasi GARCH yang standar yaitu GARCH 1,1 sering dilakukan dan dapat dituliskan sebagai berikut :
55
2 1
2 1
2 −
−
+ +
=
t t
t
βσ αε
ϖ σ
……………………………………………..…[72] dimana :
2 t
σ = variance error pada periode t
2 t
σ non negative
2 1
− t
ε = error kuadrat periode sebelumnya
2 1
−
t
σ = variance error pada periode sebelumnya
ω,α, = parameter estimasi ω,α dan juga non negative Persamaan [72] menunjukkan variance error pada periode t
2 t
σ ditentukan error kudarat periode sebelumnya
2 1
− t
ε dan variance error pada periode sebelumnya
2 1
−
t
σ . Variance error menunjukkan variance dari produksi. Terkait dengan analisis risiko model Just dan Pope 1979, fungsi produksi
terdiri dari mean production dan variance production function. Kedua fungsi produksi dipengaruhi lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida.
Penelitan ini menggunakan model Just dan Pope 1979 dan model GARCH yang standar yaitu GARCH 1,1 Verbeek, 2000 sehingga persamaan
[72] dapat dituliskan sebagai berikut : y
it
=
θX
it
+ ............................................................................................[73]
2 1
2 1
2
− −
+ +
=
t i
t i
t i
βσ αε
ϖ σ
+ X
it
.............................................................[74] dimana :
y
it
= produksi rumahtangga petani ke i pada musim t X
it
= penggunaan input pada produksi ke i periode tertentu θ, = parameter
Penelitian ini menggunakan data cross section rumahtangga petani sayuran dengan periode waktu tiga musim tanam atau data panel. Model GARCH
56
digunakan karena adanya variasi baik diantara musim tanam maupun rumahtangga petani. Diantara rumahtangga petani, variasi ditunjukkan oleh
perbedaan penggunaan generasi kentang diantara rumahtangga petani. Adapun risiko produksi yang dibahas dalam penelitian ini khusus komoditas kentang dan
kubis sebagai komoditas dominan yang diusahakan rumahtangga petani sayuran di Kecamatan Pangalengan. Oleh karena rumahtangga petani sayuran pada
umumnya mengusahakan kegiatan usahatani lebih dari satu komoditas diversifikasi maka risiko portofolio portfolio risk dari kegiatan diversifikasi
dihitung setelah diketahui risiko masing-masing kegiatan atau investasi Anderson et al., 1977; Elton and Gruber, 1995.
Selain risiko produksi, rumahtangga petani sayuran menghadapi risiko harga produk. Analisis risiko harga produk tidak dilakukan seperti analisis risiko
produksi. Hal ini dikarenakan data yang tidak memadai sehingga tidak dimungkinkan dilakukan analisis seperti risiko produksi. Data yang tidak
memadai disini mencakup variabel-variabel yang mempengaruhi harga produk, sementara rumahtangga petani sebagai price taker. Dengan demikian analisis
risiko harga produk dianalisis dengan menggunakan perhitungan variance secara manual yang merupakan penjumlahan selisih kuadrat harga produk dengan
ekspektasi harga dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. 3.2.
Kerangka Pemikiran Konsepsional
Rumahtangga petani sayuran dalam mengelola usahatani sering
menghadapi masalah risiko, khususnya risiko produksi dan risiko harga produk. Dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk akan mempengaruhi
perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran. Perilaku ekonomi rumahtangga
57
petani sayuran berkaitan dengan perilaku rumahtangga dalam pengambilan keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja. Kerangka pemikiran
konsepsional tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan pada kerangka pemikiran teori, beberapa faktor yang diduga
mempengaruhi risiko produksi sayuran diantaranya adalah penggunaan input seperti lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Selain penggunaan
input, risiko produksi musim tertentu juga dipengaruhi oleh risiko produksi musim sebelumnya. Risiko produksi musim sebelumnya mempunyai pengaruh
positif terhadap risiko produksi musim tertentu. Sedangkan pengaruh penggunaan input terhadap risiko produksi dapat bersifat sebagai risk reducing factors maupun
risk inducing factors. Penggunaan input yang diduga sebagai risk reducing factors diantaranya adalah obat-obatan dan tenaga kerja. Obat-obatan dan tenaga kerja
pada waktu yang tepat diduga mampu mempertahankan kestabilan produksi sehingga akan mengurangi variasi atau kesenjangan produksi. Sedangkan
penggunaan input lainnya seperti pupuk, benih dan lahan diduga sebagai risk inducing factors, yaitu faktor yang menyebabkan adanya variasi atau kesenjangan
produksi. Selanjutnya risiko produksi dan risiko harga produk dapat mempengaruhi
penggunaan input produksi. Dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk maka penggunaan input diduga akan mengalami penurunan. Selain risiko
produksi dan risiko harga produk, penggunaan input diduga dipengaruhi juga oleh harga masing-masing input dan ekspektasi harga output. Harga input akan
memberikan pengaruh negatif terhadap penggunaan input. Sedangkan ekspektasi harga output akan memberikan pengaruh positif terhadap penggunaan input.
58
Gambar 6. Kerangka Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran pada Kondisi Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk
Pendapatan On Farm
Kegiatan Off Farm
Kegiatan Non Farm
Pendapatan rumahtangga
Konsumsi Pangan
Konsumsi Non Pangan
-Pendidikan -Kesehatan
Kegiatan On Farm Produksi
Penggunaan Input: lahan, benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja
-Investasi -Tabungan
Pendapatan Off Farm
Pendapatan Non Farm
Pengeluaran rumahtangga
Risiko Produksi dan Harga
Perilaku Rumahtangga Petani
Keputusan Produksi
Keputusan Konsumsi
Keputusan Tenaga kerja
59
Dalam pengembangan model, diantara penggunaan input juga dapat saling mempengaruhi satu sama lain.
Pengambilan keputusan produksi mencakup keputusan dalam mengalokasikan penggunaan input dan produksi yang dihasilkan. Pada kegiatan
produksi usahatani on farm, risiko produksi dan risiko harga produk akan mempengaruhi produksi usahatani yang dihasilkan rumahtangga petani. Dengan
adanya risiko produksi dan risiko harga produk maka produktivitas sayuran yang dihasilkan diduga akan mengalami penurunan. Namun demikian produktivitas
selain dipengaruhi oleh risiko produksi dan risiko harga produk, juga dipengaruhi oleh harga input dan ekspektasi harga produk. Harga input akan memberikan
pengaruh negatif terhadap produktivitas, sedangkan ekspektasi harga output akan memberikan pengaruh positif. Dalam pengembangan model, produktivitas juga
dipengaruhi oleh penggunaan input usahatani, yang mana penggunaan input akan memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas.
Selanjutnya pada pengambilan keputusan alokasi tenaga kerja mencakup keputusan untuk mengalokasikan tenaga kerja rumahtangga petani sayuran pada
berbagai kegiatan. Terdapat tiga kegiatan yang dilakukan tenaga kerja rumahtangga petani sayuran yaitu kegiatan on farm, off farm dan non farm.
Kegiatan on farm merupakan kegiatan yang dilakukan oleh rumahtangga dalam mengelola usahatani. Sedangkan kegiatan off farm merupakan kegiatan yang
dilakukan rumahtangga petani di luar usahataninya sendiri atau yang dilakukan pada usahatani petani lain, seperti berburuh tani. Dan kegiatan non farm
merupakan kegiatan yang dilakukan rumahtangga petani di luar pertanian seperti tukang ojek, buruh bangunan maupun berdagang.
60
Adanya alokasi tenaga kerja rumahtangga pada ketiga kegiatan tersebut dapat menimbulkan adanya keterkaitan antar rumahtangga khususnya untuk
kegiatan on farm. Keterkaitan antar rumahtangga terjadi bila rumahtangga petani menghadapi kekurangan tenaga kerja pada kegiatan on farm. Kekurangan tenaga
kerja tersebut dapat disebabkan curahan tenaga kerja rumahtangga tidak mencukupi kebutuhan pada kegiatan on farm, karena tercurahkan untuk kegiatan
lainnya, sehingga rumahtangga petani harus menyewa tenaga kerja luar keluarga. Hal tersebut menunjukkan pada kegiatan on farm dapat terjadi substitusi antara
tenaga kerja rumahtangga petani dengan tenaga kerja luar keluarga. Artinya bila terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on
farm maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga akan mengalami penurunan, demikian pula sebaliknya. Selain berdasarkan sumbernya, tenaga kerja
rmahtangga petani dibedakan berdasarkan gender yaitu tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita.
Risiko produksi maupun risiko harga produk akan mempengaruhi alokasi tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on farm, off farm dan non farm.
Adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga akan menurunkan penggunaan tenaga kerja pada kegiatan on farm. Sebaliknya dengan adanya risiko
produksi dan risiko harga produk, penggunaan tenaga kerja pada kegiatan off farm dan non farm diduga akan mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan
dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga akan menggeser curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani dari kegiatan on farm menjadi
kegiatan off farm dan non farm.
61
Dalam pengembangan model, curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani diantara ketiga kegiatan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh risiko
produksi dan risiko harga produk tetapi faktor lain seperti upah, ekspektasi harga output, karakteristik rumahtangga jumlah angkatan kerja dan curahan waktu
pada kegiatan lainnya. Upah pada masing-masing kegiatan diduga akan berpengaruh positif terhadap curahan waktu tenaga kerja rumahtangga pada
masing-masing kegiatan. Sedangkan ekspektasi harga output diduga akan meningkatkan curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on
farm tetapi akan menurunkan curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan off farm dan non farm. Selanjutnya curahan waktu tenaga kerja
rumahtangga petani diantara ketiga kegiatan dapat saling mempengaruhi satu sama lain, artinya curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani untuk kegiatan
on farm akan mempengaruhi curahan waktunya pada kegiatan off farm dan non farm, demikian pula sebaliknya curahan waktu pada kegiatan off farm dan non
farm akan mempengaruhi kegiatan on farm. Selain mempengaruhi keputusan produksi dan alokasi tenaga kerja, risiko
produksi dan risiko harga produk juga mempengaruhi perilaku rumahtangga petani dalam mengambil keputusan konsumsi. Pengambilan keputusan konsumsi
rumahtangga petani menyangkut keputusan konsumsi untuk kebutuhan pangan, non pangan, pendidikan, kesehatan, tabungan dan investasi usahatani. Semua
konsumsi yang dilakukan rumahtangga petani tersebut merupakan pengeluaran rumahtangga petani. Adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga dapat
menyebabkan pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan, non pangan, pendidikan, kesehatan, tabungan dan investasi akan mengalami penurunan. Hal
62
ini terjadi karena pengeluaran rumahtangga sangat tergantung dengan pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani. Hubungan antara pengeluaran dengan
pendapatan rumahtangga menunjukkan adanya keterkaitan antara pengambilan keputusan produksi dan konsumsi melalui tingkat pendapatan. Artinya pendapatan
yang diperoleh rumahtangga petani akan digunakan untuk membiayai pengeluaran rumahtangga. Jika adanya risiko produksi dan risiko harga produk menyebabkan
pendapatan menurun maka akan berpengaruh terhadap penurunan pengeluaran rumahtangga petani.
Pengeluaran untuk masing-masing konsumsi rumahtangga juga dipengaruhi oleh karakteritik rumahtangga jumlah anggota rumahtangga, jumlah
anak sekolah dan pendidikan anggota keluarga, pendapatan rumahtangga dan pengeluaran konsumsi lainnya. Diantara pengeluaran rumahtangga tersebut dapat
saling mempengaruhi satu sama lain dan mempunyai pengaruh negatif. Terkait dengan pendapatan rumahtangga petani terdiri dari pendapatan on
farm, off farm dan non farm. Output pada kegiatan on farm pada umumnya dijual ke pasar sehingga diperoleh pendapatan usahatani on farm. Sementara itu
kegiatan lain yang dilakukan rumahtangga petani, yaitu kegiatan off farm dan non farm, akan memberikan pendapatan off farm dan non farm. Ketiga kegiatan
tersebut akan memberikan kontribusi pada total pendapatan rumahtangga petani. Total pendapatan rumahtangga petani akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran rumahtangga dan membiayai kegiatan usahatani.
63
IV. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini menguraikan mengenai beberapa tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian. Beberapa tahapan tersebut meliputi
penentuan lokasi penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data dan perumusan model.
4.1. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Indonesia.
Komoditas sayuran menjadi perhatian dalam penelitian disamping sangat potensial untuk dikembangkan, juga mempunyai risiko produksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman padi. Pada tahun 2004 -2005, Jawa Barat mempunyai rata-rata kontribusi luas tanam atau luas panen sayuran secara
nasional sekitar 20.1 persen. Sedangkan kontribusi produksi sayuran Jawa Barat mencapai sekitar 33.8 persen Badan Pusat Statistik, 2005-2006 ; Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Jawa Barat, 2005-2006. Selanjutnya dari Provinsi Jawa Barat dipilih Kabupaten Bandung sebagai
salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi sayuran di Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2003-2005, Kabupaten Bandung mempunyai kontribusi luas
tanam sayuran, luas panen sayuran dan produksi sayuran rata-rata tertinggi terhadap provinsi Jawa Barat masing-masing sebesar 29.3 persen, 29.1 persen dan
33.9 persen Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2004-2006. Langkah berikutnya dalam menentukan lokasi penelitian dengan
melakukan pemilihan secara sengaja purposive terhadap satu kecamatan yang