Review tata ruang Zonasi Pemanfaatan Kawasan Teluk Banten

jernih. Transportasi menuju Pulau Tarahan sangat mudah, sehingga mendukung keberadaan pulau ini sebagai alternatif lokasi wisata. Beberapa lokasi memiliki potensi cukup baik untuk dijadikan sebagai taman laut sea garden berupa diving area atau snorkling area. Di sekitar P. Panjang juga terdapat beberapa pulau kecil yang masih belum dimanfaatkan potensinya secara maksimal. Namun sampai saat ini, lokasi tersebut belum dijadikan sebagai obyek wisata yang serius oleh pemerintah daerah setempat, padahal P. Panjang juga memiliki produk yang dapat dijadikan oleh-oleh wisatawan yaitu dodol rumput laut. Jenis rekreasi potensial yang dapat dikembangkan adalah mina wisata, memancing ataupun berlayar mengelilingi pulau. Lokasi wisata lainnya adalah daerah konservasi terumbu karang yang dapat dijadikan lokasi diving. Sarana transportasi menuju P. Panjang juga mudah, yaitu melalui Grenyang Bojonegara setiap hari ada kapal penumpang yang menuju P. Panjang. Pulau Tunda juga merupakan pulau berpenghuni yang dapat dijadikan lokasi wisata berupa penyelaman, hanya jalur transportasi umum menuju lokasi belum tersedia. Selama ini penduduk P. Tunda menggunakan kapal nelayan untuk menumpang menuju kota yaitu lewat Kasemen Karangantu.

5.4.4 Zona pelabuhan

Pada pesisir Teluk Banten terdapat dua jenis pelabuhan, yang pertama adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Karangantu, dan Pelabuhan Samudera Niaga di Bojonegara masih direncanakan pembangunannya. PPN Karangantu mulai berubah status yang semula Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Karangantu menjadi PPN sejak tanggal 30 Desember 2010, yaitu dengan diterbitkannya peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. PER.29Men 2010 tentang perubahan kedua atas peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.06Men2007 tentang organisasi dan tata kerja pelabuhan perikanan. PPN Karangantu berada pada Desa Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang. Berdasarkan rencana pemerintah Kota Serang tentang pembangunan Waterfront City, Desa Banten Karangantu dijadikan kawasan potensial yaitu zona inti kawasan pusat pengembangan KPP Banten Lama dan Karangantu. Salah satu arahan fungsi KPP Banten Lama dan Karangantu adalah dijadikan kawasan pariwisata dan Pelabuhan Perikanan Nusantara. Dengan demikian PPN Karangantu akan didukung sarana prasarana agar bisa menopang ekonomi kota Serang, walaupun secara organisasi PPN Karangantu di bawah pengelolaan DKP Pusat. Jalur transportasi yang dipersiapkan adalah 1 jalan poros nasional Kasemen-Banten Lama; 2 jalan poros provinsi Kasemen-Sport Area- Karangantu.

5.4.5 Zona Industri

Pusat pengembangan kegiatan industri di wilayah Kabupaten Serang adalah di Kawasan Bojonegara Lampiran 24 dan di Serang Timur khususnya di wilayah Cikande. Zona Kawasan Ekonomi Khusus KEK Bojonegara meliputi area yang luasnya sekitar 6.399,5 ha. Zona ini menampung 147 perusahaan yang bergerak di bidang industri mesin logam dasar, industri kimia, industri maritim dan pelabuhan. Bersarkan pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Banten 2010-2030, zona industri direncanakan disepanjang pesisir Teluk Banten Gambar 20. Keadaan ini akan berdampak pada aktivitas perikanan yang ada di kawasan Teluk. Resiko terjadinya pencemaran semakin besar, mengingat limbah industri semuanya dibuang ke perairan Teluk Banten. Hal ini akan berakibat kepada kelangsungan hidup biota yang ada di laut.

5.4.6 Rehabilitasi terumbu karang

Terumbu karang terdapat di sekitar Teluk Banten terdapat pada kedalaman antara 4-6 m. Kawasan rehabilitasi terumbu karang di sekitar Pulau Panjang, Pulau Kubur, dan Pulau Pamujan. Jenis-jenis karang yang dijumpai didominasi oleh bentuk-bentuk masif dengan polip yang besar dan bentuk daun foliose. Kondisi ini diduga disebabkan oleh keruhnya perairan oleh sedimentasi yang tinggi DKP Kabupaten Serang 2009. Pada kawasan terumbu karang ditemukan berbagai jenis ikan karang baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Jenis-jenis ikan karang tersebut diantaranya adalah kakap Plectorhynchus celebicus , ekor kuning Caesio spp , kerapu Ephinephelus , kepe-kepe Chaetodon ornatissimus , dakocan Dascyllus sp , dan keling Thalossoma lunare . Beberapa biota laut lain yang memiliki nilai penting dijumpai di sekitar pulau Kubur dan Pulau Pamujan yaitu jenis kerang Perighlypta clathrata yang hidup di daerah pasir di sekitar terumbu karang. Selain itu juga terdapat kerang Kima Tridacna Spp. yang dijumpai di beberapa lokasi seperti di Pulau Kubur, Pulau Panjang, dan Pulau Tunda.

5.4.7 Zona perikanan tangkap

Penentuan zona perikanan tangkap didasarkan pada hasil survei daerah penangkapan tiap jenis alat tangkap di kawasan Teluk Banten, dan dikombinasikan dengan hasil perhitungan indeks musim penangkapan serta wawancara dengan nelayan. Penataan daerah penangkapan dalam rangka pengembangan kawasan perikanan tangkap tetap memperhatikan ketersediaan sumberdaya ikan, kelayakan daerah penangkapan tiap jenis alat tangkap, dan pemanfaatan ruang bersama antar alat tangkap sehingga dapat meminimalisir konflik antar alat tangkap. 1 Indikator dan kriteria zonasi perikanan tangkap Penyusunan zonasi perikanan tangkap didasarkan pada kelayakan daerah penangkapan kondisi lingkungan perairan dan ketersediaan sumber daya ikan tiap jenis alat tangkap, kesesuaian alat tangkap dengan lokasi penangkapan, peluang konflik kecil, ketersediaan sarana prasarana, dan adanya daya dukung lingkungan Tabel 22. 2 Musim dan daerah penangkapan Musim dan daerah penangkapan merupakan salah satu indikator kelayakan daerah penangkapan ikan. i Musim penangkapan Secara umum penangkapan di Indonesia dikelompokkan ke dalam musim barat Desember-Februari, musim peralihan satu Maret-Mei, musim timur Juni-Agustus, dan musim peralihan dua September-November. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap indeks musim penangkapan, diperoleh hasil bahwa puncak musim penangkapan cumi-cumi pada bulan April dan ikan layang pada bulan November, hal ini ditunjukkan dengan indeks musim penangkapan cumi- cumi 297 sedangkan ikan layang 300. Pada Lampiran 22 terlihat bahwa selama bulan Desember rata-rata beberapa jenis ikan pelagis memiliki indeks musim penangkapan di atas 100, hanya cumi-cumi, lemuru, dan cucut yang di bawah 100. Hal ini menunjukkan bahwa pada bulan Desember untuk ketiga jenis ikan tersebut bukan merupakan musim penangkapan. Musim puncak, sedang, dan paceklik untuk ikan pelagis di perairan Teluk Banten dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 22 Indikator dan Kriteria Penentuan Zonasi Perikanan Tangkap No Indikator Kriteria teknis 1. Kelayakan daerah penangkapan ikan: i lingkungan perairan mendukung ii ketersediaan sumberdaya ikan  Suhu penyebaran ikan antara 29- 31ºC, dan pada saat puncak musim penangkapan antara 29-30ºC;  Kandungan klorofil-a sekitar 0,6 mgm 3 ;  Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan lebih kecil dari TAC, yaitu maksimal 70 dari nilai MSY 2. Kesesuaian alat tangkap dengan lokasi penangkapan Alat tangkap menangkap ikan sesuai dengan Surat Ijin Penangkapan Ikan SIPI 3. Peluang konflik kecil  Pemanfaatan zona yang telah ditetapkan sesuai dengan peruntukan;  Harus diperkuat dengan peraturan resmi dari Pemerintah Daerah setempat;  Nelayan andong tidak diperkenankan masuk;  Kesadaran nelayan;  Pengawasan antar pengguna zona. 4. Ketersediaan sarana prasarana  Penunjang produksi pelabuhan perikanan atau tempat pendaratan ikan, toko alat tangkap, fasilitas docking kapal;  Pengolahan industri pengolah, suplai es;  Pemasaran sarana transportasi, daerah pasar. 5. Adanya daya dukung lingkungan  Tingkat pencemaran lingkungan perairan di bawah batas ambang yang telah ditetapkan;  Kebijakan pemerintah yang komprehensif kebijakan lintas sektor Pada Tabel 23 terlihat bahwa musim puncak penangkapan terjadi pada bulan November sampai dengan Februari untuk ikan kembung, dan teri, diikuti cumi-cumi pada bulan Februari sampai dengan April. Musim puncak penangkapan terjadi lagi pada bulan Maret sampai dengan Juli untuk ikan kurisi, April sampai dengan Juni untuk kembung, dan Mei sampai dengan Juli untuk teri. Tongkol memiliki puncak musim penangkapan terpanjang, terjadi pada bulan November sampai dengan Juni, sedangkan puncak musim penangkapan terpendek adalah cumi-cumi. Secara umum, kondisi musim sedang terjadi pada bulan Juli dan Agustus musim timur, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan September-Oktober musim peralihan dari timur ke barat, kecuali teri, dan tenggiri yang tidak mengalami musim paceklik. Nelayan sendiri menyampaikan bahwa ikan tembang dan layang terdapat pada bulan November hingga April, ikan teri pada bulan Agustus hingga Oktober. Tabel 23 Musim Penangkapan Ikan Pelagis Jenis Ikan IMP pada Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kembung Cumi-cumi Tembang Teri Selar Layang Tongkol Lemuru Tenggiri Belanak Cucut Keterangan: : puncak : sedang : paceklik Pada saat musim peralihan timur ke barat yaitu pada bulan Oktober merupakan musim penangkapan layur, ekor kuning, dan beloso. Bulan November sampai dengan Februari merupakan musim puncak penangkapan rajungan, dan kuwe, sedangkan ikan kakap merah pada bulan November sampai dengan Januari. Pada saat awal musim barat yaitu bulan Desember, hampir semua jenis ikan demersal banyak tertangkap IMP100 kecuali udang dan beloso Lampiran 23. Berdasarkan wawancara dengan nelayan, musim ikan kuwe, kakap merah, manyung, dan cucut pada bulan Desember-Januari, pari pada bulan Desember-April, dan ikan pepetek ditemukan di seluruh bulan. Adapun musim puncak, sedang, dan paceklik tiap jenis ikan demersal dapat dilihat pada Tabel 24. Pada Tabel 24 terlihat bahwa layur, beloso, dan manyung merupakan ikan yang ditemukan sepanjang tahun. Musim paceklik tiap jenis ikan juga berbeda, ikan ekor kuning memiliki musim paceklik terlama yaitu lima bulan Februari-Juni. Tabel 24 Musim Penangkapan Ikan Demersal Jenis Ikan IMP pada Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kurisi Rajungan Pepetek Kakap merah Pari Udang Kuwe Bawal Layur Ekor kuning Beloso Manyung Keterangan: : puncak : sedang : paceklik ii Daerah penangkapan fishing ground Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, perairan sekitar Pulau Tunda dan Pulau Panjang dimanfaatkan oleh nelayan bottom set gill net, dogol, payang, pancing ulur, dan rampus. Bagan tancap hanya ditemukan di perairan sekitar Pulau Panjang, sedangkan drift gill net, dogol, dan sero memanfaatkan bersama perairan sekitar Pulau Pamujan Besar Tabel 25 dan Gambar 22. Penyebaran daerah penangkapan drift gill net jaring milenium dan puslon cukup luas dibandingkan denga alat tangkap yang lain, hal ini didukung dengan kemampuan kapal yang memadai kapal motor berukuran 15 x 3 x 3 m. Berdasarkan wawancara dengan pemilik alat tangkap, jaring milenium belum lama dioperasikan, mulai digunakan pada saat terjadi pelarangan lampara dasar sebagai alat tangkap alternatif. Tingkat pemanfaatan daerah penangkapan ikan oleh tiap jenis alat tangkap beragam. Daerah penangkapan ikan yang hanya dimanfaatkan oleh satu jenis alat tangkap adalah perairan sekitar Anyer, Pulau Sangiang, Selat Sunda, Pulau Bangka, dan Pulau Lima. Perairan sekitar Pulau Tunda merupakan daerah penagkapan yang paling banyak dimanfaatkan oleh enam jenis alat tangkap 75 dari delapan jenis alat tangkap yang ada. Tidak meratanya pemanfaatan daerah penangkapan karena kemampuan armada penangkapan yang terbatas, dan perairan di sekitar Pulau Tunda merupakan perairan yang masih memiliki sumber daya ikan yang cukup besar. Tabel 25 Tingkat Pemanfaatan Daerah Penangkapan di Teluk Banten dan Perairan Sekitarnya N o Jenis Alat Tangkap Daerah Penangkapan Ikan Luar Teluk Banten Teluk Banten AY KS PS LP SS PB PT PP LM BS 1 Gill net:  Drift gill net  Bottom set gill net 2 Dogol 3 Bagan Tancap 4 Bagan Perahu 5 Payang 6 Pancing ulur  Asal Karangantu  Asal Terate 7 Sero 8 Rampus Tingkat pemanfaatan DPI 12,5 37,5 12,5 25 12,5 12,5 75 62,5 12,5 37,5 Keterangan: KS = Perairan Kepulauan Seribu PT = Perairan sekitar P. Tunda PS = Perairan sekitar P. Sangiang PP = Perairan sekitar P. Panjang LP = Perairan Lampung LM = Perairan sekitar P. Lima SS = Selat Sunda BS = Perairan sekitar P. Pamujan Besar PB = Perairan sekitar P. Bangka AY = Anyer Pada Gambar 22 terlihat sebaran alat tangkap yang memanfaatkan Teluk Banten sebagai daerah penangkapan beserta jalur penangkapan yang telah ditentukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. Empat jenis alat tangkap bagan tancap, sero, rampus, dan gill net menangkap ikan pada jalur penangkapan I A perairan pantai yang diukur dari permukaan air laut pada surut yang terendah sampai dengan 3 mil laut, dan empat jenis alat tangkap yang lain dogol, payang, bagan perahu, dan pancing menangkap ikan pada jalur penangkapan I B perairan pantai di luar 3 mil laut sampai dengan 6 mil laut. Jika dikaitkan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Permen KP RI no. 22011 tentang jalur penangkapan ikan dan penempatan alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan pada WPP-NRI, dirubah dengan Permen KP no. 82011 terutama pada pasal 36 dengan menyebutkan masa berlakunya Permen ini pada bulan Februari 2012, dirubah kembali dengan Permen KP no. 52012 yang menyisipkan Bab VII A diantara Bab VII dan Bab VIII, alat tangkap yang ada di Teluk Banten tidak menyalahi ketentuan yang berlaku, meskipun terjadi perubahan jarak jalur penangkapan. Pada Permen KP tersebut jalur penangkapan IA, meliputi perairan pantai sampai dengan 2 mil laut yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah. Jalur penangkapan I B, meliputi perairan pantai di luar 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut. Jalur penangkapan II, meliputi perairan di luar jalur penangkapan ikan I sampai dengan 12 mil laut diukur dari permukaan laut pada surut terendah. Untuk memperjelas posisi alat tangkap dan jalur penangkapan pada dua ketentuan yang berlaku dapat dilihat pada Tabel 26. Berdasarkan gambar peta daerah penangkapan ikan Gambar 22, terlihat bahwa daerah penangkapan ikan terkonsentrasi di sekitar P. Panjang, P. Pamujan Besar dan Pamujan Kecil, P. Lima, serta P. Tunda. Beberapa daerah penangkapan di luar teluk namun masih dalam perairan Kabupaten Serang adalah sekitar P. Sangiang Desa Cikoneng Kecamatan Anyer, Selat Sunda. Bahkan beberapa alat tangkap ke lokasi penangkapan yang jauh yaitu perairan Kepulauan Seribu, Lampung, dan P. Bangka. Seluruh daerah penangkapan tersebut dimanfaatkan oleh berbagai alat tangkap Tabel 27. Pada Tabel 27 terlihat bahwa daerah penangkapan untuk dogol harus dikembalikan ke daerah penangkapan yang seharusnya sesuai dengan apa yang tertera dalam SIPI Surat Ijin Penangkapan Ikan, serta diawasi penggunaan otterboard, dan tickler chain saat pengoperaian alat tangkap. Pengembangan kawasan perikanan tangkap dapat dilakukan dengan memanfaatkan kawasan konservasi terumbu karang. Alat tangkap yang dapat digunakan pada lokasi ini adalah pancing ulur. Alat tangkap rampus yang dioperasikan di P. Lima dialihkan ke lokasi lain yaitu P. Panjang dan P. Pamujan Besar. Pengaturan jenis alat tangkap, area penangkapan masing-masing alat tangkap, dan musim penangkapan perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik pemanfaatan fishing ground antar alat tangkap, terutama dogol dengan alat tangkap tradisional lain. Tabel 26 Posisi Alat Tangkap dan Jalur Penangkapan Alat tangkap Spesifikasi teknis Jalur penangkapan Keterangan Permen no.22011 Teluk Banten Permen no.22011 Teluk Banten Bagan tancap mesh size ≥ 1 mm mesh size 3-5 mm IA dan IB IA Sesuai Sero Panjang penaju ≤ 100 m Lebih kurang 150 m IA IA Sesuai Rampus set gill net dengan mesh size ≥ 1,5 inchi, KM ≤ 10 GT mesh size 1,75, 2, dan 4 inchi, MT 2 GT IB, II, III IA Sesuai Gill net mesh size 1,5 inchi, KM ≤ 5 GT IA Sesuai Dogol mesh size ≥ 1 inchi, tali ris atas ≤ 40 m, KM 5-10 GT mesh size 1,25 inchi, tali ris atas 30-45 m, KM 5 GT IB, II, III IB Sesuai Payang mesh size ≥ 2 inchi, tali ris atas ≤ 100 m, KM 5-10 GT mesh size kantong sampai dengan sayap terus bertambah besar, mulai ½, ¾, 1, 1 ¼, 1 ½, 4, 10. dan 12 inchi, tali ris atas 60 m, KM 4-5 GT IB, II, III IB Sesuai Bagan perahu mesh size ≥ 1 inchi, P ≤ 30 m L ≤ 30 m, lampu ≤ 2.000 watt, KM 5-0 GT mesh size 2 inchi, P 9 m L 9 m, lampu 2.000 watt, KM 5 GT IB, dan II IB Sesuai Pancing ulur Dioperasikan untuk semua ukuran kapal Mata pancing ukuran no. 8 dan 16, KM 2 GT Semua jalur di WPP-NRI IB Sesuai