Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan dan berkelanjutan

75

3.4.5 Strategi kebijakan pengelolaan kawasan perikanan tangkap

Model pengelolaan kawasan perikanan tangkap di Teluk Banten merupakan model konseptual yang disusun berdasarkan hasil analisis terhadap kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah daerah setempat. Penentuan skenario kebijakan dilakukan melalui survei dengan menggali sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan upaya pengelolaan kawasan perikanan tangkap di Teluk Banten bersumber dari masyarakat, pemerintah dan swasta. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan solusi model pengelolaan kawasan perikanan tangkap yang sesuai dengan kemauan stakeholders perikanan tangkap. Berdasarkan hasil survei ini kemudian dilakukan analisis SWOT. SWOT adalah analisis yang banyak digunakan para perencana strategis daerah atau bisnis strategic planner, metode ini digunakan dalam menghasilkan suatu perencanaan strategis pengembangan daerah dan bisnis Rangkuti 2009. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman threats. Matriks SWOT dapat digambarkan sebagaimana hasil identifikasi dan perhitungan, dilakukan dengan menggunakan analisa IFAS Internal Factor Analysis Summary dan EFAS External Factor Analysis Summary. Adapun langkah untuk melakukan analisis SWOT adalah sebagai berikut Rangkuti, 2009: 1 Pembobotan dengan analisis SWOT i Menentukan faktor-faktor kelemahan dan kekuatan, serta faktor peluang dan ancaman. ii Memberi bobot pada masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 paling penting sampai dengan 0,00 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategis instansi. Jumlah bobot tidak boleh lebih dari skor total 1,00. iii Memberi rating untuk masing-masing faktor dengan menggunakan skala mulai dari 4 sangat baik sampai dengan 1 di bawah rata-rata. iv Mengalikan bobot dan rating untuk menentukan skor tiap-tiap faktor. v Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan. 2 Berdasarkan total skor dari masing-masing kriteria S-W-O-T, digunakan dalam penggambaran posisinya pada matriks SWOT Gambar 8. 76 Kuadran III Kuadran I mendukung strategi turn-around mendukung strategi agresif Kuadran IV Kuadran II mendukung strategi defensif mendukung strategi diversifikasi Gambar 8 Skematis Analisis SWOT. Kuadran I : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Instansi memberi peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat diterapkan dalam strategi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif Growth oriented strategy. Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, instansi ini masih mempunyai kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. Kuadran III : Instansi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendalakelemahan internal. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal instansi sehingga dapat merebut peluang dengan lebih baik. Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, instansi sedang mengalami berbagai ancaman dan kelemahan internal. Matriks SWOT Gambar 9 dapat menggambarkan secara jelas berbagai peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi instansi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat Berbagai peluang Berbagai ancaman Kelemahan internal Kekuatan internal 77 menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. Salah satu dari empat set kemungkinan alternatif strategis inilah yang diharapkan dari analisis SWOT untuk digunakan dalam strategi suatu instansi. Empat set alternatif strategis yang dihasilkan dari matriks SWOT adalah sebagai berikut: 1 Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran instansi, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. 2 Strategi ST Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh instansi untuk mengatasi ancaman. 3 Strategi WO Strategi ini dimanfaatkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4 Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. IFAS EFAS STRENGTHS S  Tentukan faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESSES W  Tentukan faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES O  Tentukan faktor-faktor peluang eksternal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk Memanfaatkan peluang THREATS T  Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Gambar 9 Matrik SWOT. Identifikasi kondisi internal meliputi i kondisi dan standar ekonomi kawasan; ii jalinan kerjasama antara perikanan tangkap dengan sektor lain; iii pola-pola pengembangan SDM; iv sumber daya modal dan investasi; v pengembangan investasi; vi kelembagaan lokal dan pemerintahan; serta vii 78 daerah pemasaran dan memberi label khas bagi kawasan. Sedangkan faktor eksternal meliputi masalah kesenjangan wilayah dan pengembangan kapasitas otonomi daerah, perdagangan bebas, serta otonomi daerah. Formulasi strategi disusun dengan cara menentukan faktor-faktor strategis eksternal, menentukan faktor-faktor strategis internal dan perumusan alternatif strategi. Prioritas strategi yang akan dilaksanakan diperoleh dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP. Langkah pertama yang dilakukan dalam AHP adalah penyusunan struktur hierarki. Struktur hierarki dilakukan dengan mengawali tujuan umum sebagai tujuan utama level 1, dilanjutkan dengan sub tujuankriteria level 2 dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah level 3. Langkah selanjutnya adalah membuat skala banding berpasang, untuk membandingkan setiap sub kriteria yang ada dengan beberapa alternatif yang ditawarkan. Skala banding berpasang ini dibuat berdasarkan tingkatan kualitatif dari sub kriteria yang dikuantitatifkan dengan tujuan untuk mendapatkan suatu skala baru yang memungkinkan untuk melakukan perbandingan antar beberapa alternatif. Analisis banding berpasang secara menyeluruh merupakan analisis perbandingan dari dua kriteria utama yang digunakan dalam analisis ini. Sistem pembobotan pada skala banding berpasang menggunakan tabel panduan skala banding berpasang seperti disajikan pada Tabel 5. Prinsip konsistensi logis harus dilakukan mengingat konsistensi sangat penting dalam pengambilan keputusan. Konsisten memiliki dua makna yaitu: pertama, obyek yang serupa dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya, kedua, konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara obyek- obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio konsistensi consistency ratio: CR. Nilai rasio konsistensi tidak lebih dari 10. Jika rasio konsistensi lebih dari 10, pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu diperbaiki Saaty 1993 dan Marimin 2004. Nilai indeks acak RI dari matriks berordo 1 sampai 10 yang digunakan untuk menentukan rasio konsistensi CR seperti tercantum pada Tabel 6. 79 Tabel 5 Skala Banding Berpasang Berdasarkan Taraf Relatif Pentingnya Intensitas Pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangkan sifat sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya Suatu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibandingkan elemen yang lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Kebalikan Jika satu aktivitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber: Saaty 1993. Tabel 6 Nilai Random Consistency Index RI untuk Jumlah Elemen n 1 sampai dengan 10 N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber: Mulyono 1991

3.4.6 Simulasi model pengelolaan kawasan perikanan tangkap

Simulasi model dilakukan dengan cara menganalisis berbagai alternatif kebijakan pengelolaan kawasan perikanan tangkap, dan mensimulasikan beberapa skenario kebijakan yang diusulkan. Analisis dilakukan terhadap kondisi sebelum ada model pengelolaan, pada saat penelitian dan setelah model tersusun dengan menggunakan simulasi. Simulasi model dilakukan dengan menggunakan pendekatan optimasi berkendala yaitu dengan program linier goal