Zonasi perikanan tangkap Zonasi pemanfaatan kawasan Teluk Banten .1 Identifikasi penggunaan kawasan

79 Tabel 5 Skala Banding Berpasang Berdasarkan Taraf Relatif Pentingnya Intensitas Pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangkan sifat sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya Suatu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibandingkan elemen yang lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Kebalikan Jika satu aktivitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber: Saaty 1993. Tabel 6 Nilai Random Consistency Index RI untuk Jumlah Elemen n 1 sampai dengan 10 N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber: Mulyono 1991

3.4.6 Simulasi model pengelolaan kawasan perikanan tangkap

Simulasi model dilakukan dengan cara menganalisis berbagai alternatif kebijakan pengelolaan kawasan perikanan tangkap, dan mensimulasikan beberapa skenario kebijakan yang diusulkan. Analisis dilakukan terhadap kondisi sebelum ada model pengelolaan, pada saat penelitian dan setelah model tersusun dengan menggunakan simulasi. Simulasi model dilakukan dengan menggunakan pendekatan optimasi berkendala yaitu dengan program linier goal 80 programming LGP, yang penyelesaiannya dibantu dengan program LINDO Siswanto 1993. Optimisasi manajemen usaha penangkapan ikan yang dilakukan dimaksudkan untuk mencari nilai optimum upaya penangkapan masing-masing alat tangkap yang dioperasikan di Teluk Banten sehingga mendapatkan total hasil tangkapan yang maksimum. Model pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan aplikasi linier programming. Elemen-elemen yang digunakan dalam model ini terdiri atas: 1 fungsi tujuan, yaitu total hasil tangkapan maksimum dari usaha penangkapan ikan, 2 fungsi pembatas, terdiri dari nilai hasil tangkapan maksimum C msy , upaya penangkapan maksimum E msy , jumlah tenaga kerja yang optimum, serta batasan area penangkapan. 1 Fungsi tujuan Fungsi tujuan dari penelitian ini adalah memaksimumkan hasil tangkapan dari berbagai jenis alat tangkap:    n i i CPUEX MaksHT 1 3-15 Keterangan: X j = Jenis alat tangkap ke-i 5 = Payang Py 1 = Gill net Gn 6 = Pancing ulur Pc 2 = Dogol Dg 7 = Sero Sr 3 = Bagan tancap Bt 8 = Rampus Rp 4 = Bagan perahu Bp CPUE = Catch per unit effort hasil tangkapan tiap upaya penangkapan 2 Fungsi pembatas Dalam melakukan manajemen sumberdaya perikanan, jumlah hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang diperbolehkan hanya didasarkan pada nilai optimum hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang digunakannya atau sering disebut sebagai nilai maximum sustainable yield MSY. Penangkapan akan lestari dan hasil tangkapan yang maksimum pada saat mencapai nilai MSY. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pengkajian ini nilai-nilai upaya penangkapan E msy dan nilai hasil tangkapan C msy pada kondisi MSY dijadikan sebagai faktor pembatas yang tidak boleh dilampaui dalam pemanfaatan sumber daya. 81 i Hasil tangkapan lestari C msy Suatu jenis ikan di daerah tropis dapat ditangkap oleh lebih dari satu jenis alat tangkap, sehingga penggabungan hasil tangkapan dari beberapa jenis alat tangkap ikan harus ≤ C msy . MSYij n i i C CPUEX   1 atau   1 1 i msy n i n j j ij C v Y     3-16 Keterangan: Y ij = Produktivitas alat tangkap j terhadap ikan i CPUE ij v j = Jumlah jenis alat tangkap j C msyi = Hasil tangkapan maksimum lestari ii Upaya penangkapan lestari E msy Upaya penangkapan per jenis alat penangkapan terhadap suatu jenis ikan, dapat dihitung berdasarkan rumus:     i msy n i n j j ij E v FPI     1 1 3-17 Keterangan: FPI ij = daya tangkap alat tangkap j terhadap jenis ikan i V j = Jumlah jenis alat tangkap j E msy i = upaya penangkapan maksimum lestari iii Penyerapan tenaga kerja bagi usaha perikanan tangkap orang Jumlah penyerapan tenaga kerja diperoleh dari jumlah nelayan yang tercatat di laporan statistik perikanan tangkap Kabupaten Serang tahun 2009 sebanyak 1.314 orang. Koefisien tiap persamaan diperoleh dari hasil wawancara dengan responden pemilik kapal terhadap kebutuhan rata-rata tenaga kerja per alat tangkap per trip. Model persamaannya dapat dirumuskan: TK X JTK i n i i   1 3-18 Keterangan: JTK = Jumlah tenaga kerja tiap jenis alat tangkap i orangunit TK = Jumlah tenaga kerja yang dapat terserap orang iv Luas area penangkapan Luas area penangkapan tiap jenis alat tangkap dihitung berdasarkan luas sapuan pengoperasian tiap jenis alat tangkap. Luas area penangkapan gill net, 82 dan rampus dihitung dengan pendekatan luas sapuan trammel net yang berbentuk seperempat lingkaran dengan radiusjari-jarinya adalah panjang jaring Gunaisah 2008. Luas sapuan: 2 4 1 r L    3-19 Luas sapuan dogol dihitung berdasarkan luas sapuan trawl swept area Spare and Venema 1998: 2 X hr D a    ; 3-20 t V D   Keterangan: a = Luas sapuan dogol V = Kecepatan penarikan jaring pada permukaan dasar hr = Panjang tali ris atas t = Lama penarikan jaring X 2 = Fraksi panjang ris atas X 2 =0.5, Pauly 1980 hr x X 2 = Bukaan sayaplebar alur yang disapu trawl Luas sapuan bagan tancap dihitung berdasarkan luas jaring yang berbentuk bujur sangkar, dengan pertimbangan bahwa lampu petromaks 4 unit dipasang berada kurang lebih 50 cm hingga 100 cm di atas permukaan air, sehingga daya pancar cahaya petromaks tidak melebihi luas area jaring. Luas area bagan tancap: l p L   3-21 Luas bagan perahu dihitung berdasarkan jarak pancar lampu tembak yang dihidupkan pertama kali, yang melebihi panjang kapal penangkap, didekati dengan luas bujur sangkar jaring penangkap. Luas area bagan perahu: l p L   3-22 Luas payang dihitung berdasarkan luas lingkaran, dengan pertimbangan bahwa jaring payang dioperasikan dengan melingkari area penangkapan. Luas area payang: 2 r L   3-23 Luas pancing ulur, didekati berdasarkan ukuran panjang kapal yang digunakan, dengan pertimbangan bahwa pancing yang berpengaruh adalah kedalaman mata pancing. Apabila tali pancing terdorong oleh arus lebar sapuan tidak melebihi dari panjang kapalnya. Luas area pancing ulur: LOAkapal L  3-24