Simulasi model pengelolaan kawasan perikanan tangkap
Tabel 7 Sumber Daya Ikan di Teluk Banten Tahun 2005-2009
No Ikan pelagis
Produksi Sumber daya Ikan Ton Tiap Tahun Rata-rata
Pertum- buhan
2005 2006
2007 2008
2009 1
Kembung Rastrelliger spp
122,35 144,54
231,75 196,96
136,32 8,17
2 Cumi-cumi
Loligo sp 52,78
49,73 127,98
220,16 270,41
61,61 3
Tembang
Sardinella fimbriata
211,56 280,14
328,91 360,80
288,73 9,89
4 Teri Stolephorus
spp 214,51
231,27 193,31
221,42 253,35
5,09 5
Selar Selar spp 76,60
90,83 135,58
107,00 134,08
18,02 6
Tongkol Euthynnus spp
44,11 50,49
29,38 11,27
20,28 -2,25
7 Layang
Decapterus spp 74,31
31,50 29,11
41,87 27,38
-13,99 8
Lemuru
Sardinella lemuru
24,75 10,93
38,54 37,19
28,30 42,33
9 Tenggiri
Scomberomorus commersoni
14,85 27,15
21,70 13,94
36,22 46,72
10 Belanak Mugil
spp 24,85
29,19 15,11
26,25 20,58
5,35 11
Cucut Carcarinidae
17,17 2,55
3,45 9,89
7,31 27,74
Jumlah 993,92
1.056,92 1.315,93
1.361,47
1.306,26
6,19 Ikan demersal
1 Kurisi
Nemipterus spp 116,09
108,60 161,11
114,72 83,29
-3,57 2
Rajungan Portunus spp
113,35 12,95
50,36 87,50
49,17 57,57
3 Pepetek
Leiognathidae 426,93
550,85 500,28
463,15 295,17
-5,96 4
Kakap Merah Lutjanus spp
20,42 21,39
16,00 9,17
3,52 -31,19
5 Pari Trigonidae
11,84 13,46
12,75 20,95
16,00 12,27
6 Udang
Penaeus merguensis
Metapenaeus spp
31,36 8,83
18,03 22,41
24,80 16,83
7 Kuwe Caranx
spp 17,05
28,37 31,54
12,06 22,31
25,18 8
Bawal Hitam Fermio niger
6,47 14,03
3,58 2,67
5,80 33,61
9 Layur Trichiurus
spp 104,47
71,07 84,24
22,19 9,82
-35,71 10
Ekor Kuning Caesio spp
1,44 3,86
1,48 2,28
1,95 36,47
11 Beloso Saurida
spp 50,46
26,31 45,54
34,32 50,90
12,23 12
Manyung Tachysurus spp
21,01 32,33
25,35 19,93
19,93 2,73
Jumlah 804,79
783,43 789,16
696,62 499,38
-10,49 Ikan lain
141,90 252,08
266,65 370,23
559,89 27,76
Keterangan: ikan lain adalah ikan campur pelagis dan demersal yang tidak ditemukan sepanjang
tahun 2005-2009, dan jumlahnya relatif sedikit.
Peningkatan produksi ikan tiap tahunnya, ternyata dihasilkan dari alat tangkap gill net, yaitu sebesar 103,12. Hal ini menunjukkan bahwa gill net
merupakan alat tangkap yang paling produktif. Bagan perahu dan dogol juga mengalami pertumbuhan yang positif, masing-masing sebesar 41,16 dan
12,97 Tabel 8. Adapun berbagai jenis ikan yang tertangkap masing-masing alat tangkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 8 Produksi Ikan Per Jenis Alat Tangkap Tahun 2005-2009
Jenis Alat Tangkap
Produksi Ikan Per Tahun Ton Rata-rata
Pertum- buhan
2005 2006
2007 2008
2009 Gill net
40,39 199,84
230,48 134,86
194,00 103,12
Dogol 773,71
810,56 1 128,05
767,66 1 073,86
12,97 Bagan Tancap
673,69 480,64
678,37 481,20
219,89 -17,72
Bagan Perahu 359,56
507,57 41,16
Payang 316,13
443,53 258,66
216,05 146,86
-12,47 Pancing Ulur
136,69 151,31
76,18 37,74
45,57 -17,17
Sero 333,70
144,79 -56,61
Rampus 6,56
97,55 33,00
-83,09 Jumlah
1.940,61 2.092,43
2.371,74 2.428,32
2.365,53 5,24
Sumber: data diolah dari PPP Karangantu, TPI Terate, TPI Wadas, dan TPI Kepuh 2010.
2 Upaya penangkapan effort
Produktivitas alat tangkap tidak dapat dipisahkan dengan banyaknya upaya penangkapan. Pada Tabel 9 terlihat bahwa upaya penangkapan terbesar
adalah gill net yang setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 45,29, sedangkan tiga alat tangkap yang lain mengalami penurunan setiap tahunnya.
Jika dikaitkan dengan Tabel 8 terlihat bahwa alat tangkap gill net mengalami peningkatan produksi paling besar dibanding ketujuh alat tangkap yang lain
103,12. Dengan demikian gill net termasuk alat tangkap yang paling produktif, karena peningkatan upaya penangkapan seiring dengan peningkatan
jumlah hasil tangkapan. Penurunan upaya penangkapan rampus terbesar, karena data tidak kontinyu pada setiap tahunnya.
3 Alat penangkap ikan
Pada tahun 2009 gill net merupakan alat tangkap yang paling besar jumlahnya 27 dibandingkan dengn alat tangkap yang lain. Jumlah terbesar
22 atau 122 unit ditemukan di Karangantu, sedangkan payang menempati urutan kedua 22. Payang sendiri dapat ditemukan di keempat TPI lokasi
penelitian Gambar 11.
Tabel 9 Trip Tiap Jenis Alat Tangkap Jenis Alat
Tangkap Trip Per Tahun
Rata-rata Pertumbuhan
2005 2006
2007 2008
2009 Gill net
820 1.013 1.328
2.305 3.526 45,29
Dogol 1.162
569 882
1.351 1.804 22,67
Bagan Tancap 1.637
1.188 2.049 4.068 1.146
17,94 Bagan Perahu
388 2.883 643,04
Payang 1.885
2.185 2.682
2.065 1.487 -3.08
Pancing Ulur 705
568 980
249 331
2.86 Sero
1.859 1.717 -1.91
Rampus 128
607 467
-61.53
Sumber: data diolah dari PPP Karangantu, TPI Terate, TPI Wadas, dan TPI Kepuh 2010.
1 Gillnet i Konstruksi
Gillnet yang ada di Teluk Banten terdiri dari jaring milenium, jaring puslonsilir hasil wawancara dengan nelayan, dan bottom gillnet jaring
rajungan yang masing-masing memiliki ikan tujuan tangkap yang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, jaring milenium dioperasikan
untuk menangkap ikan tongkol dan bawal sebagai tangkapan utama, serta ikan kakap, dan tengiri sebagai hasil tangkapan sampingan. Jaring puslon ditujukan
untuk menangkap ikan kembung banjar, tongkol, dan tenggiri, sedangkan jaring rajungan untuk menangkap rajungan.
Jaring milenium berukuran panjang 30 m dan tinggi 9 m, dengan ukuran mata jaring sebesar 37,8 inchi. Jaring puslon memiliki panjang kurang lebih 1
km, dan tinggi sekitar 11 m. Konstruksi jaring puslon berbeda dengan jaring milenium, jika jaring milenium memiliki satu jenis benang di seluruh tubuh jaring,
sedangkan jaring puslon berbeda. Satu badan jaring puslon terdiri dari tiga ukuran benang dan jumlah mata yang berbeda. Dua puluh lima mata bagian atas
menggunakan benang no. 6D, bagian tengah sebanyak 300 mata dengan benang no. 3, dan bagian bawah sebanyak 25 mata dengan benang no. 6, di
bagian bawah jaring dilengkapi dengan batu yang terbuat dari semen, berfungsi sebagai pemberat.
Gill net 27
Dogol 6
Bagan Perahu 10
Bagan Tancap 4
Payang 22
Pancing 6
Sero 8
Rampus 17
Gambar 11 Komposisi Alat Tangkap di Kawasan Teluk Banten Tahun 2009. Jaring rajungan memiliki panjang 400 m dan tinggi 1 m, dengan ukuran mata
jaring sebesar 4 inchi. Bahan jaring terbuat dari nilon bernomor 25. Konstruksi masing-masing tipe gillnet dapat dlihat pada Lampiran 3.
ii Metode pengoperasian
Metode pengoperasian jaring milenium dan puslon sama yaitu dengan cara dihanyutkan dalam perairan drift gillnet mengikuti arah arus. Setting
tawur diawali dengan penurunan pelampung tanda, dan seterusnya sampai pada ujung pelampung tanda yang terakhir, membutuhkan waktu sekitar satu
jam. Driffting menghanyut membutuhkan waktu 3-4 jam, dan hauling penarikan membutuhkan waktu sekitar 1 sampai dengan 2 jam. Waktu yang
dibutuhkan masing-masing tahapan sangat bergantung pada panjang-pendeknya jumlah tintingpiece dari gillnet. Sedangkan jaring rajungan dipasang menetap
di dasar perairan bottom set gillnet. Setting dilakukan pada malam hari sekitar jam 12 selama kurang lebih satu jam. Perendaman dilakukan selama 3 jam dan
hauling selama kurang lebih 1 jam untuk setiap tinting. Proses pengoperasian jaring rajungan ini dilakukan setelah hauling jaring rajungan yang sudah
direndam sebelumnya begitu seterusnya. 2 Dogol
i Konstruksi Jenis alat tangkap dogol di Karangantu terdiri dari dogolcantrang, dan
lampara dasar. Bentuk dan konstruksi cantrang dan lampara dasar umumnya
tidak jauh berbeda. Namun lampara dasar di Karangantu telah dimodifikasi dengan menambahkan rantai pengejut tickler chain pada dasar atau bagian
bawah alat tangkap, dan otterboard pembuka mulut jaring. Lampara dasar memiliki jaring yang berbentuk kerucut dan terdiri atas tiga bagian, yaitu: dua
lembar sayap wing, tali penarik sebagai penghubung ke dua sayap di atas warp, badan body, dan kantong cod end. Konstruksi kedua alat ini dapat
dilihat pada Lampiran 4. ii Metode pengoperasian
Lampara dasar dioperasikan dengan cara ditarik pada dasar perairan oleh satu kapal dalam jangka waktu tertentu. Jaring ditarik secara horizontal
mendatar di dalam air. Alat ini dilengkapi dengan papan pembuka mulut jaring otter board yang membuat mulut jaring terbuka selama kegiatan penangkapan
dilakukan. Penurunan jaring dimulai dari kantong, badan dan terakhir bagian mulut. kaki kanan setelah itu ditarik dengan kapal bergerak.
3 Bagan Tancap i Konstruksi
Komponen bagan terdiri dari bangunan bagan, jaring bagan waring, dan alat pendukung petromaks, tali pengantung petromaks, keranjang ikan, dan
serok. Bangunan bagan terbuat dari bambu dengan diameter 8-10 cm, setiap bangunan bagan umumnya memiliki tiang pancang yang berjumlah 24 atau 25
batang. Berdasarkan wawancara dengan nelayan setempat, ukuran bangunan bagan bervariasi dari 9 x 9 m hingga 12 x 12 m.
Waring sebagai komponen penting kegiatan penangkapan bagan, terbuat dari polyamide monofilament berwarna hitam dengan ukuran mata jaring 0,3-0,5
cm, dan panjang 12-13 m. Supaya waring atau jaring bagan dapat terbentang dengan sempurna maka pada bagian tepi waring dibuat bingkai dari bambu
dengan ukuran 10 x 10 m. Bila panjang waring 13 m dan bingkainya berukuran 10 m maka tinggi waring diperkirakan mencapai 2 m Lampiran 5. Bambu
bingkai waring biasanya dilubangi pada setiap ruasnya. Hal ini bertujuan agar rongga-rongga bambu dapat terisi oleh air, sehingga bambu menjadi berat
mudah tenggelam dengan cepat. Pada bagian tengah dari alat tangkap bagan terdapat bangunan yang menyerupai gubukrumah bagan. Bangunan ini
berfungsi untuk berlindung bagi nelayan dari terpaan angin dan hujan. Selain itu,
rumah bagan ini juga berfungsi sebagai tempat istirahat bagi nelayan pada sela waktu setting hingga hauling.
Lampu petromaks merupakan sumber cahaya dan alat bantu utama kegiatan penangkapan bagan tancap. Jumlah petromaks yang digunakan oleh
nelayan rata-rata 4 unit. Petromaks ini dipasang di bagian tengah bangunan bagan. Bahan bakar petromaks umumnya menggunakan minyak tanah, namun
nelayan di Teluk Banten menggunakan campuran solar dan minyak tanah, dikarenakan kelangkaan minyak tanah.
ii Metode pengoperasian Bagan mulai dioperasikan pukul 18.00 WIB. Pengoperasian bagan
dimulai dengan menurunkan waring secara perlahan-lahan hingga kedalaman maksimum, biasanya 12-15 m. Setelah waring selesai diturunkan nelayan
mempersiapkan petromaks untuk dinyalakan. Petromaks diturunkan satu persatu dan menggantungnya tepat di bawah bangunan bagan. Penggantungan
dilakukan sedemikian rupa sehingga petromaks berada kurang lebih 50-100 cm di atas permukaan air. Setelah semua terpasang pada posisinya nelayan
kemudian menunggu dan memperhatikan kondisi lingkungan cahaya petromaks, arus, angin, dan kedatangan ikan. Setelah satu jam biasanya tekanan
petromaks dengan memompanya sehingga cahayanya stabil dan tidak redup. Proses hauling rata-rata dilakukan setelah 2-3 jam setelah setting, namun
patokan waktu ini tidak selalu sama tergantung kondisi ikan, bila sebelum 2 jam ikan telah datang nelayan mengangkat jaring, begitu pula sebaliknya. Proses
hauling dimulai dengan mengurangi jumlah petromaks dari 4 unit menjadi 2 unit. Hal ini dilakukan untuk mengkonsentrasikan ikan di sekitar cahaya petromaks.
Setelah itu, lampu yang tersisa diangkat menjauhi permukaan air dengan cara menarik tali penggantung petromaks, sedemikian rupa sehingga petromaks tepat
ada di bawah bangunan bagan dengan jarak sekitar 100 cm. Proses selanjutnya adalah penarikan waring, proses ini dimulai dengan memutar roller secara
perlahan-lahan, hal ini dilakukan agar ikan tidak terkejut dan meloloskan diri dari waring. Putaran roller semakin dipercepat pada saat waring mendekati
permukaan air, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah ikan yang lolos karena ikan mengetahui ada benda asing yang bergerak mendekatinya. Roller terus
diputar hingga bingkai waring menyentuh lantairangka bagan bagian atas. Proses terakhir dari pengoperasian bagan adalah memindahkan hasil
tangkapan yang berada di bawah waring ke keranjang dengan menggunakan
serok. Setelah itu, ikan yang tertangkap dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing. Proses pengoperasian bagan diulangi hingga 4-5 kali setting
setiap malamnya. 4 Bagan Perahu
i Konstruksi Bagan perahu yang ada di Teluk Banten memiliki karakteristik tersendiri.
Kapal motor berukuran 15 x 3 x 1 m, dengan mesin inboard berkekuatan 30 PK dilengkapi dengan waring berukuran 9 m
2
dengan mesh size sebesar 2 inchi. Lampu sebanyak 13 buah terdiri dari lampu tembak 3 buah, lampu kap sebanyak
9 buah, dan lampu pengantar sebanyak 1 buah. Masing-masing lampu berkekuatan 190 watt Lampiran 6.
ii Metode pengoperasian Pengoperasian ”bagan congkel” diawali dengan menurunkan jaring dan
menyalakan seluruh lampu ”tembak”, dilanjutkan dengan lampu pengantar yang berfungsi untuk memfokuskan ikan, selanjutnya lampu kap dinyalakan. Setelah
setengah jam lampu ”tembak” bagian belakang dimatikan, satu menit setelah itu lampu ”tembak” samping dimatikan, begitu seterusnya, dilanjutkan dengan lampu
kap ujung dimatikan, dan terakhir lampu pengantar. Perendaman jaring
berlangsung selama 2 jam, setelah itu jaring diangkat dengan cara digulung oleh dua orang. Setelah sampai di atas hasil tangkapan diambil dengan
menggunakan serok berdiameter 1 m dengan panjang tangkai 0,5 m. Dalam satu malam dapat dilaksanakan 5-9 kali tawur.
5 Payang i Konstruksi
Konstruksi payang tingker tidak berbeda dengan jenis payang lain yang ada di Indonesia, hanya payang ini dilengkapi dengan lampu sebagai alat bantu
penangkapan. Payang terdiri dari dua buah sayap, badan, dan kantong. Pada bagian sayap, menggunakan jaring dengan mesh size 10 dan 12 inchi, badan
jaring menggunakan mesh size 4, 1,5, 1,25, dan 1 inchi yang dipasang berurutan, sedangkan kantong menggunakan ukuran mata jaring 0,75 dan 0,5
inchi. Dilengkapi dengan pelampung yang terbuat dari busa karet, dan pemberat dari batu Lampiran 7. Kapal dilengkapi dengan lampu sebanyak 6-8 lampu,
dengan kekuatan sebanyak 10.000 watt yang dinyalakan dengan genset dan dinamo.
ii Metode pengoperasian Lampu besar dinyalakan setelah kapal sampai di lokasi penangkapan.
Tujuan dinyalakan lampu besar ini adalah untuk mengumpulkan ikan. Setelah ikan berkumpul, perahu kecil dan lampu berkekuatan 200 watt sebanyak 2 buah
diturunkan, diikuti dengan penurunan jaring dengan cara melingkari perahu kecil tersebut kurang lebih selama 0,25 jam. Setelah sempurna pelingkaran, jaring
langsung ditarik selama kurang lebih 0,25 jam. 6 Pancing Ulur
i Konstruksi Konstruski pancing ulur di Teluk Banten berbeda-beda, baik yang berasal
dari TPI Karangantu maupun TPI Terate Lampiran 8. Di Karangantu, pancing ulur hanya digunakan untuk menangkap ikan tengiri dan kembung, sedangkan di
Terate tidak memiliki konstruksi khusus untuk ikan tertentu. Spesifikasi pancing ulur di Teluk Banten dapat dilihat pada Tabel 10, menunjukkan bahwa pancing
ulur benar-benar selektif karena konstruksi alat tangkap disesuaikan dengan ikan tujuan tangkap.
ii Metode pengoperasian Pengoperasian pancing ulur cukup sederhana. Pancing diulur sampai
pada kedalaman yang diinginkan, penggulung pancing tetap dipegang oleh nelayan sampai dirasakan ada ikan yang menarik-narik pancing, lalu pancing
langsung diangkat. 7 Sero
i Konstruksi Sero terdiri dari empat bagian penting yaitu penajo, sayap, badan, dan
bunuhan. Sayap beukuran panjang kurang lebih 30 m, terbuat dari benang polyethylen PE no.9 dengan diameter mata jaring 1,5 inchi. Badan terdiri dari
kamar-kamar, dengan jumlah yang bervariasi. Penajo berfungsi untuk menghalangi jalannya ikan, terbuat dari benang no. 9, dengan diameter mata
jaring 2,5 inchi Lampiran 9.
Tabel 10 Spesifikasi Pancing Ulur di Teluk Banten No
Spesifikasi Pancing ulur di
TPI Karangantu TPI Terate
1 Main line
Benang no. 200
Benang no. 8 Benang no. 8 di
siang hari dan no. 500-700 di malam
hari
2 Swivelkili-kili
Ada satu buah
Tidak ada Tidak ada
3 Kail pada branch
line No. 8
No. 16 No. 15 di siang
hari, dan no. 7 atau 8 di malam hari
4 Dilengkapi timah
sebagai pemberat Ada
Tidak ada Tidak ada
5 Dioperasikan
pada kedalaman 20-30 m
15-20 m 25 m
6 Umpan
Alami: ikan kembung dan
tembang utuh segar
Alami: rebon Alami: rebon dan
cumi dicincang Buatan: plastik
mirip udang, bulu ayam
7 Target
penangkapan Tenggiri
Kembung Cumi musim
hujan; Kembung dan manyung
musim kemarau
ii Metode pengoperasian Sero dipasang pada daerah yang relatif dangkal 3-3,5 m dengan cara
menghadang arus, sehingga pada waktu pasang terendam air, sedang waktu surut tidak tergenang air, kondisi ini dimanfaatkan untuk pengambilan hasil
tangkapan. Sero merupakan alat tangkap pasif, hasil tangkapan berupa ikan- ikan pantai kurisi, sembilang, kuro yang terbawa arus masuk ke dalam kamar-
kamar, tertangkap pula cumi-cumi, dan udang serta rajungan. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan serok, berdiameter 30 cm dengan
panjang pegangan 3 m. 8 Rampus
i Konstruksi Konstruksi rampus sama dengan gillnet yang lain, setiap nelayan memiliki
ukuran rampus yang berbeda-beda. Ada yang memiliki rampus dengan panjang 100 mata dan tinggi 200 mata. Jaring terbuat dari benang bernomor 26, dengan
ukuran mata jaring sebesar 2 inchi pada seluruh tubuh jaring webbing. Jika perahu besar ada yang membawa rampus sebanyak 12 piece, satu piece
berukuran panjang 60 m dan tinggi 4,5 m, ukuran mata jaring 5 inchi dan benang