6.2.3. Ekonomi Teknik Alat Pertanian
Untuk mengetahui batasan pengambilan keputusan apakah proyek layak dilaksanakan atau tidak, maka digunakan beberapa kriteria. Untuk itu dapat dilakukan dengan cara menghitung NPV
Net Present Value, IRR Internal Rate of Return dan BC Ratio Benefit-Cost Ratio. Apabila kriteria kelayakan proyek dinyatakan dalam NPV, maka proyek dikatakan layak jika NPV lebih
besar atau sama dengan nol. NPV bernilai nol berarti proyek akan mendapat modalnya kembali setelah diperhitungkan discount rate yang berlaku. Jika BC Ratio digunakan, maka proyek layak
dilaksanakan jika BC ratio lebih besar atau sama dengan satu. Sedangkan untuk kriteria dari IRR, proyek dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku saat itu.
Dalam menghitung NPV digunakan arus kas yang berisi nilai investasi, biaya dan manfaat serta keuntungan. Biaya mesin pertanian terdiri dari dua komponen, yaitu biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Biaya tetap sering disebut sebagai biaya pemilikan, sedangkan biaya tidak tetap kadang-kadang disebut biaya operasi. Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu
periode kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tidak tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan jumlah jam kerja alatmesin. Meskipun alat bekerja pada waktu yang berbeda atau bahkan pada
saat tidak digunakan untuk bekerja, biaya ini tetap dan harus diperhitungkan dan besarnya relatif tetap. Jenis biaya yang termasuk dalam biaya tetap adalah biaya penyusutan, biaya bunga modal
dan asuransi, biaya pajak, biaya gudang. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada saat mesin peroperasi dan jumlahnya
tergantung pada jam kerja pemakaian. Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan dalam satuan Rpjam. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan bakarlistrik, biaya perbaikan atau pemeliharaan
mesin, biaya operator, biaya hal-hal khusus lainnya sesuai dengan jenis usaha yang dilakukan. Dengan analisis biaya dapat dihitung nilai titik impas dan biaya pokok mesin pertanian.
Biaya pokok mesin pertanian adalah biaya persatuan produk yang diopersikan atau dihasilkan atau dapat dinyatakan sebagai biaya per satuan jam kerja atau kapasitas mesin. Titik impas break
event point adalah nilai dimana terjadi kesetimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Di luar
nilai tersebut, kondisi alternatif tersebut berbeda sehingga akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang tepat akan memberikan keuntungan dan sebaliknya akan
menimbulkan kerugian. Titik impas dicapai pada saat jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya, atau keuntungan sama dengan nol.
6.2.4. Analisis Data
Analisis biaya pengeringan cengkeh ditujukan untuk petani cengkeh dan pedagang pengumpul cengkeh, yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
Kelompok 1. Pedagang pengumpul yang menggunakan pengering ERK, Kelompok 2. Pedagang pengumpul yang menggunakan lamporan.
Kelompok 3. Petani yang menggunakan pengering ERK, Kelompok 4. Petani yang menggunakan lamporan.
Data masukan analisis biaya diperoleh dari hasil optimasi pada Bab III dari disertasi ini. Data lain berupa data harga bahan bakar, listrik, dan upah pekerja yang berlaku di Bogor. Jumlah
hari kerja didasarkan pada hari-hari panen cengkeh, yaitu 5 bulan per tahun. Dalam penelitian ini analisis biaya dilakukan setelah cengkeh berproduksi.
6.2.5. Analisis Biaya Pengering ERK
Analisis biaya didasarkan pada kondisi pengeringan dengan data radiasi surya sebesar 310 Wm
2
, yang merupakan hasil optimisasi pada Lampiran III-5. Pada kondisi ini penjemuran cengkeh berlangsung selama 78 jam. Dengan pengering ERK suhu yang dihasilkan 48
o
C, pengeringan cengkeh berlangsung selama 39.7 jam. Hasil analisis biaya akan dibahas untuk setiap
kelompok pengguna. Rangkuman hasil analisis biaya dari ke-empat kelompok pengguna ini dinyatakan dalam Tabel VI-1.
Tabel VI-1. Analisis biaya pengeringan cengkeh untuk petani dan pedagang pengumpul baik yang menggunakan pengering ERK maupun yang menggunakan lamporan
Kelompok pengguna
Modal awal tahun I
Juta Rp Biaya Pokok
Pengeringan Rpkg
Tahun titik impas
Keuntungan Juta Rpth
Kapasitas pengeringan kgoperasi
1 265.0
373 2
8.9 386.0
2 58.4
632 7
0.8 48.2
3 38.7
803 4
4.2 8.0
4 8.1
9 440 6
0.3 38.5
Kelompok 1 pedagang pengumpul yang menggunakan pengering ERK. Usaha pengeringan
cengkeh dilakukan dengan investasi awal yaitu berupa alat pengering seharga Rp 17.143.374,- Modal awal yang harus disediakan pada tahun pertama adalah Rp 265.376.613,-. Dengan
perkiraan umur ekonomi pengering selama 10 tahun, diperoleh keuntungan sebesar Rp 8.900.000,- per tahun, dengan anggapan setelah akhir masa proyek, pedagang pengumpul masih akan
memperoleh satu alat pengering dengan kapasitas yang sama. Waktu pengembalian modal tercapai pada tahun ke 2. Pada usaha ini, biaya pokok pengeringan adalah Rp 373,- per kg
cengkeh basah. Data yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran VI-1.
Kelompok 2 pedagang pengumpul yang menggunakan lamporan. Usaha pengeringan
cengkeh tanpa menggunakan alat pengering ERK, membutuhkan investasi awal berupa lamporan sebesar Rp 5.096.920,- seluas 62.7 m
2
, dengan kapasitas 386 kg cengkeh. Total biaya pada tahun pertama adalah sebesar Rp 58.450.011,-. Dengan kapasitas ini usaha pengeringan menghasilkan