Analisis Data ANALISIS BIAYA PENGERINGAN CENGKEH

Kelompok 3. Petani yang menggunakan pengering ERK, Kelompok 4. Petani yang menggunakan lamporan. Data masukan analisis biaya diperoleh dari hasil optimasi pada Bab III dari disertasi ini. Data lain berupa data harga bahan bakar, listrik, dan upah pekerja yang berlaku di Bogor. Jumlah hari kerja didasarkan pada hari-hari panen cengkeh, yaitu 5 bulan per tahun. Dalam penelitian ini analisis biaya dilakukan setelah cengkeh berproduksi.

6.2.5. Analisis Biaya Pengering ERK

Analisis biaya didasarkan pada kondisi pengeringan dengan data radiasi surya sebesar 310 Wm 2 , yang merupakan hasil optimisasi pada Lampiran III-5. Pada kondisi ini penjemuran cengkeh berlangsung selama 78 jam. Dengan pengering ERK suhu yang dihasilkan 48 o C, pengeringan cengkeh berlangsung selama 39.7 jam. Hasil analisis biaya akan dibahas untuk setiap kelompok pengguna. Rangkuman hasil analisis biaya dari ke-empat kelompok pengguna ini dinyatakan dalam Tabel VI-1. Tabel VI-1. Analisis biaya pengeringan cengkeh untuk petani dan pedagang pengumpul baik yang menggunakan pengering ERK maupun yang menggunakan lamporan Kelompok pengguna Modal awal tahun I Juta Rp Biaya Pokok Pengeringan Rpkg Tahun titik impas Keuntungan Juta Rpth Kapasitas pengeringan kgoperasi 1 265.0 373 2 8.9 386.0 2 58.4 632 7 0.8 48.2 3 38.7 803 4 4.2 8.0 4 8.1 9 440 6 0.3 38.5 Kelompok 1 pedagang pengumpul yang menggunakan pengering ERK. Usaha pengeringan cengkeh dilakukan dengan investasi awal yaitu berupa alat pengering seharga Rp 17.143.374,- Modal awal yang harus disediakan pada tahun pertama adalah Rp 265.376.613,-. Dengan perkiraan umur ekonomi pengering selama 10 tahun, diperoleh keuntungan sebesar Rp 8.900.000,- per tahun, dengan anggapan setelah akhir masa proyek, pedagang pengumpul masih akan memperoleh satu alat pengering dengan kapasitas yang sama. Waktu pengembalian modal tercapai pada tahun ke 2. Pada usaha ini, biaya pokok pengeringan adalah Rp 373,- per kg cengkeh basah. Data yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran VI-1. Kelompok 2 pedagang pengumpul yang menggunakan lamporan. Usaha pengeringan cengkeh tanpa menggunakan alat pengering ERK, membutuhkan investasi awal berupa lamporan sebesar Rp 5.096.920,- seluas 62.7 m 2 , dengan kapasitas 386 kg cengkeh. Total biaya pada tahun pertama adalah sebesar Rp 58.450.011,-. Dengan kapasitas ini usaha pengeringan menghasilkan keuntungan Rp 839.283,- per tahun. Waktu pengembalian modal terjadi pada tahun ke 7, seperti diperlihatkan pada Lampiran VI-2. Kelompok 3 petani cengkeh yang menggunakan pengering ERK. Petani, juga menanam cengkeh dan beberapa tanaman sela, untuk menambah keuntungan, seperti telah dijelaskan di depan, bahwa tanaman cengkeh perlu tanaman penaung dan baru dapat dipanen setelah beberapa tahun sejak ditanam. Diasumsikan petani memiliki lahan yang ditanamai cengkeh seluas 2 ha. Dengan investasi awal berupa alat pengering seharga Rp 17.143.374,- dan total biaya pada tahun pertama sebesar Rp38.665.281,- maka diperoleh keuntungan sebesar Rp 4.250.000,- per tahun. Waktu pengembalian modal tercapai pada tahun ke 4 Lampiran VI-3. Biaya pokok pengeringan untuk usaha ini adalah Rp Rp 803,- Kelompok 4 petani cengkeh yang menggunakan lamporan. Investasi awal berupa biaya lahan dan lamporan sebesar Rp 1.053.000,- dan biaya pada tahun pertama sebesar Rp8.083.095,-. Kapasitas lamporan sebesar 80 kg cengkeh. Usaha ini memberikan keuntungan pertahun sebesar Rp 350.000,- per tahun. Waktu pengembalian modal terjadi pada tahun ke 6. Data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran VI-4. Berdasarkan hasil di atas, usaha budidaya dan pengolahan cengkeh kering baik di tingkat petani maupun pedagang pengumpul akan lebih menguntungkan jika menggunakan pengering ERK.

6.2.6. Analisis Sensitifitas Biaya Pengering ERK