Mutu Produk Hasil Pengeringan

Rak atas Rak tengah Rak bawah Rak atas Rak tengah Rak bawah Ukuran rata rata rata rata rata rata rata Warna Coklat kehitaman Coklat kehitam an Coklat kehitam an Coklat kehitam an Coklat kehitam an Coklat kehitam an coklat Bahan asing bb 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Gagang cengkeh bb 1 1 1 1 1 1 1.6 Cengkeh inferior bb . 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.5 Kadar air bb 11.6 10.57 9.91 10.93 8.99 9.98 10.99 Kadar minyak atsiri vb 23.86 24.44 23.2 23.96 23.12 22.92 22.86 Kelas mutu I I I I I I II Posisi rak memberikan perbedaan pada kandungan minyak atsiri yang dihasilkan, tetapi tidak memberikan pola yang teratur. Kandungan minyak atsiri rata-rata hasil pengering ERK pada percobaan 2 lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan minyak atsiri penjemuran. Sebaliknya terjadi pada percobaan 1 dan 3, kandungan minyak atsiri pada penjemuran lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan minyak atsiri hasil pengering ERK. Percobaan 1 dan 3 berlangsung selama 5 hingga 6 hari, sedangkan percobaan 2 berlangsung selama 3 hari. Waktu pengeringan yang semakin lama diduga menyebabkan proses kehilangan minyak atsiri yang semakin besar. Tabel IV-10. Mutu bunga cengkeh kering percobaan 3 Posisi dekat Inlet Posisi dekat Outlet Jemur Rak atas Rak tengah Rak bawah Rak atas Rak tengah Rak bawah Ukuran rata rata rata rata rata rata rata Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman coklat Bahan asing bb 0.3 0.5 0.5 0.2 0.5 0.5 0.1 Gagang cengkeh bb 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 Cengkeh inferior bb . 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Kadar air bb 12 11 10.94 10.98 12.93 10 12 Kadar minyak atsiri 22.45 23.3 23.12 22.71 22.89 22.82 23.03 vb Kelas mutu I I I I I I II Mutu minyak bunga cengkeh hasil penyulingan dinyatakan dalam Tabel IV-11. Minyak bunga cengkeh yang dihasilkan dari percobaan telah memenuhi standar kualitas perdagangan. Hal ini ditunjukkan oleh kadar eugenol yang berperanan penting sebagai inti dari kandungan minyak atsiri. Putaran optik dan indeks bias menyatakan kejernihan. Minyak bunga cengkeh yang dihasilkan cukup jernih. Berat jenis minyak bunga cengkeh untuk percobaan 3 lebih kecil dari pada standar, dikarenakan, sebagian air belum dapat dipisahkan dari minyak. Berat jenis minyak bunga cengkeh lebih besar dibandingkan dengan air, sehingga adanya air di dalam minyak akan menurunkan berat jenis totalnya. Untuk parameter kelarutan dalam alkohol, minyak yang dihasilkan dari percobaan sukar larut di dalam alkohol 70. Tabel IV-11. Uji mutu minyak bunga cengkeh Syarat mutu Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Standar mutu Borat jenis 25 o C 1.041 1.044 1.0375 1.044 – 1.057 Indeks bias 20 o C 1.5265 1.5264 1.5281 1.528 – 1.538 Putaran optik Ta -1 o 19’ -1 o 39’ -1 o 35’ – 0 o Kadar eugenol total 90 87 85 85 - 93 Kelarutan dalam alkohol 70 1:1 1:1 1:1 1:2 Lemak

4.5. KESIMPULAN

Perbedaan suhu pengeringan pada arah vertikal lebih besar dibandingkan arah horizontal, masing-masing dengan nilai ragam sebesar 2.4 o C dan 0.95 o C. Perbedaan suhu ini menyebabkan perbedaan kadar air produk antar rak, yaitu sebesar 3.78 bb. Perbedaan suhu udara pengering antar rak di dalam ruang pengering terutama terjadi pada siang karena pengaruh radiasi surya yang langsung mengenai rak teratas. Perbedaan ini dapat diatasi dengan menggunakan plat absorber yang luas sesuai dengan kapasitasnya untuk menghasilkan suhu udara pengering yang diinginkan dan meletakkan plat absorber pada posisi yang terkena sinar surya secara langsung. Untuk mendapatkan efisiensi pengeringan dan mutu bunga cengkeh kering yang tinggi, suhu pengeringan cengkeh sebaiknya dipertahankan sebesar 48 o C dan kapasitas produk yang dikeringkan adalah kapasitas maksimum pengering dan tebal lapisan cengkeh 3 cm. Proses pengeringan secara kontinyu 24 jam per hari dapat mempercepat jumlah hari pengeringan, dan memperkecil kehilangan minyak atsiri. Tetapi pengeringan malam hari membutuhkan konsumsi energi per kg uap air produk yang tinggi pula. Untuk itu pada malam hari kipas dinyalakan secara intermitten, hal ini dapat memperkecil konsumsi energi listrik. Penggunaan energi tambahan dari bahan bakar arang perlu diberikan secara kontinyu pada malam hari untuk mempertahankan suhu pengeringan pada 48 o C dan mempersingkat waktu pengeringan hingga 4 hari. Pada musim penghujan pengering ERK sangat efektif digunakan karena menghasilkan performansi yang lebih baik dibandingkan dengan penjemuran. Efisiensi pengeringan tertinggi diantara ke 3 percobaan adalah 19 dan penggunaan energi per kg uap sebesar 16 MJkg. Mutu yang dihasilkan dari seluruh rangkaian percobaan adalah mutu I dan mutu II.

4.6. DAFTAR PUSTAKA

Bermawie, N. 1997. Pemuliaan tanaman cengkeh. Monograf Cengkeh II. BPPP Balitro. Bogor. Hadipoentyanti, E. 1997. Tipe dan karakteristik cengkeh Syzygium aromaticum L Merr dan Perry. Monograf Cengkeh II. BPPP Balitro. Bogor. Kamaruddin A., A.H. Tambunan, Thamrin, F. Wenur, dan Dyah W. 1994. Optimasi dalam perencanaan alat pengering hasil pertanian dengan energi surya. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Bogor. Kamaruddin A., Dyah, W., L.O. Nelwan dan L.P. Manalu. 1999. Recent Development of GHE Solar Drying in Indonesia Grass Root Project. Proceedings. ADC’99 The First Asian - Australian Drying Conference. Bali, 24-27 Oktober 1999. CREATA. LP IPB. Bogor. Ketaren, S. 1979. Pengolahan Minyak Atsiri I. Terjemahan dari Essential Oil Volume I. Ernest Guenther. D. Van Nostrad Co., Inc., New York. FATETA IPB. Bogor. Nurjannah, N., Yuliani, S. dan Yanti L. 1997. Pengolahan dan diversifikassi hasil cengkeh. Monograf Cengkeh II. BPPP Balitro. Bogor. Rosman, R. dan P. Wahid. 1997. Strategi alternatif pengembangan tanaman cengkeh dalam menghadapi kelebihan produksi. Monograf Cengkeh II. BPPP Balitro. Bogor. Tambunan, A.H., Dyah W., L.O. Nelwan dan Hartulistiyoso, E. 2001. Panduan Praktis Mujumdar untuk Pengeringan Industrial. Terjemahan dari Mujumdar’s Practical Guide for Industrial Drying. Sakamon Devahastin. Seri Pustaka IPB Press. Bogor. Wahid, P. dan Surmaini, E. 1997. Pola tanam berbasis cengkeh. Monograf Cengkeh II. BPPP Balitro. Bogor.