BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Biaya
Biaya adalah harga yang digunakan atau dikorbankan dalam rangka memperoleh penghasilan revenue dan akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan. Pada awal timbulnya akuntansi biaya mula-mula hanya ditujukan untuk penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan, akan tetapi
dengan semakin pentingnya biaya non produksi, yaitu biaya pemasaran dan administrasi umum, akuntansi biaya saat ini ditujukan untuk menyajikan
informasi biaya bagi manjemen baik biaya produksi maupun biaya non produksi.
3.2 Penggolongan Biaya
2
1. Objek biaya
Menurut Firdaus 2009 penggolongan biaya diperlukan untuk menyampaikan dan menyajikan data biaya agar berguna bagi manajemen dalam
mencapai berbagai tujuannya. Sebelum memutuskan bagaimana menghimpun dan mengalokasikan biaya dengan baik, manajemen dapat melakukan penggolongan
biaya atas dasar:
2. Perilaku biaya
3. Periode akuntansi
2
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Hal: 23-31
Universitas Sumatera Utara
4. Fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional
3.2.1. Penggolongan Biaya Berdasarkan Objek Biaya Ditinjau dari objek biaya maka biaya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya langsung Direct cost
Biaya langsung yaitu biaya terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan secara langsung pada objek atau pusat biaya tertentu.
Contoh biaya ini adalah biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
2 Biaya Tidak Langsung Overhead cost
Pengertian biaya produksi tidak langsung factory overhead cost atau singkatnya biaya overhead produksi menurut Matz dan Usry 2002 dapat
didefenisikan sebagai biaya dari bahan atau material tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya produksi yang tidak dapat dibebankan
langsung kepada produk. Jadi dengan kata lain biaya overhead produksi ini meliputi seluruh biaya produksi kecuali biaya material langsung dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya overhead produksi merupakan biaya yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk yang
menggunakannya atau yang mengkonsumsinya. Hal ini berbeda dengan biaya produksi langsung yang dapat diidentifikasi secara langsung kepada produk
yang mengkonsumsinya. Biaya overhead yang timbul umumnya dikonsumsi oleh lebih dari satu departemen produksi.
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar, biaya overhead produksi digolongkan sebagai berikut: a.
Biaya Bahan Pembantu Indirect Material, merupakan biaya bahan yang diperlukan dalam proses pembuatan produksi, tetapi bukan biaya bahan
baku bahan langsung. Bahan pembantu ini akhirnya juga menjadi bagian produk, tetapi memiliki nilai yang kecil.
b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Indirect Labor, merupakan biaya
tenaga kerja yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji supervisor, quality control,
tenaga kerja administrasi dan pekerja yang bertugas dalam kerja pemeliharaan yang secara tidak langsung berkaitan dengan produksi.
c. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Repair and Maintenance, yaitu biaya
yang dikeluarkan untuk aktivitas reparasi dan pemeliharaan mesinperalatan, serta pemakaian suku cadang. Terkadang biaya suku
cadang dipisahkan dari biaya reparasi dan pemeliharaan. d.
Biaya Penyusutan dan Depresiasi, misalnya biaya penyusutan mesin, peralatan dan kendaraan.
e. Biaya Utilitas, misalnya biaya penggunaan air, gas dan listrik. Sejalan
dengan perkembangan teknologi pada proses produksi, biaya overhead produksi juga semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Penggolongan Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya
Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan atau volume maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya, yaitu :
1. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dalam total berubah secara langsung dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, baik volume produksi
ataupun volume penjualan. Di samping itu, biaya variabel mempunyai karakteristik umum yang lain dimana biaya per unitnya tidak berubah.
2. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara total tetap tidak berubah dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas dari tingkat
kegiatan yang relevan atau dalam periode waktu tertentu Biaya tetap per unit akan berubah dengan adanya perubahan volume produksi. Dalam jangka
panjang biaya tetap juga akan menjadi biaya variabel. 3.
Biaya semi variabel Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung
unsur tetap dan unsur variabel. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya ini harus dipisah menjadi elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel.
Unsur tetap ini biasanya merupakan biaya minimum yang harus dikeluarkan untuk jasa yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3. Penggolongan Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi
Dalam penggolongan biaya sehubungan dengan periode akuntansi, biaya- biaya dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya-biaya tersebut dibebankan
terhadap pendapatan. Penggolongan ini berguna bagi manajemen dalam membandingkan beban-beban dengan pendapatan secara layak dalam rangka
penyusunan laporan keuangan. Sehubungan dengan periode akuntansi ada dua kategori kelompok biaya yaitu :
1. Biaya produk
Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama dengan biaya produksi yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya-biaya ini
pada saat terjadinya dicata dan dialokasikan sebagai persediaan, tetapi apabila terjadi penjualan atas persedian atau produk, maka biaya dari persediaan akan
menjadi harga atau beban pokok penjualan yang akan dibandingkan dengan pendapatan yang telah teralisir dari penjualan tersebut.
2. Biaya periode
Biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau produk tetapi berhubungan dengan periode waktu atau periode akuntansi. Biaya periode ini
bisa bermanfaat untuk memperoleh pendapatan dalam beberapa periode akuntansi dan ada juga yang memberi manfaat hanya untuk periode akuntansi
yang berjalan. Contoh biaya ini adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi.
Universitas Sumatera Utara
3.2.4. Penggolongan Biaya Berdasarkan Fungsi Manajemen
Penggolongan biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis, dan pengendalian biaya
atas dasar fungsi-fungsi yang ada dalam suatu organisasi perusahaan. Berdasarkan pada jenis kegiatan fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Yang termasuk dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik 2.
Biaya administrasi dan umum, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum, yang terjadi dalam rangka penentuan
kebijaksanaan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
3. Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk jadi sampai
dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi fungsi penjualan, penggudangan produk jadi, dan pengiriman.
3.3. Sistem Perhitungan Biaya
3.3.1. Sistem Biaya Tradisional
Dahulu sistem biaya yang digunakan sangatlah sederhana dan biasanya biaya-biaya yang terlibat di dalamnya hanyalah biaya langsung, yakni meliputi
biaya tenaga kerja langsung dan biaya material langsung. Namun seiring dengan perkembangan zaman, biaya-biaya lainnya bermunculan, seperti biaya
Universitas Sumatera Utara
maintenance perawatan, utilitas, dan biaya-biaya lainnya yang tergolong sebagai biaya overhead. Sistem biaya tradisional akan membebankan biaya-biaya tidak
langsung tadi kepada basis alokasi yang tidak representatif. Sistem ini mengutamakan satu atau dua pemacu biaya yang berbasis unit
sebagai pembebanan biaya sehingga menciptakan biaya produk yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi berupa subsidi silang cross subsidy antar produk, satu
produk mengalami kelebihan biaya overcosting dan produk lainnya mengalami kekurangan biaya undercosting. Tingkat distorsi yang terjadi tergantung pada
proporsi biaya overhead terhadap biaya produksi total. Semakin besar proporsinya, semakin besar distorsi yang terjadi demikian juga sebaliknya
Dalam sistem biaya secara tradisional dapat dilihat bahwa biaya-biaya yang terlibat biasanya hanya biaya langsung saja, yaitu biaya tenaga kerja dan
biaya material. Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul biaya-biaya yang bisa digolongkan kedalam biaya langsung. Biaya-biaya tersebut seperti biaya
perawatan, dan lain sebagainya. Sistem biaya tradisional akan membebankan biaya tidak langsung kepada basis alokasi yang tidak representatif. Pada sistem
biaya tradisional, dalam mengalokasikan biaya pabrik tidak langsung ke unit produksi, tetapi ditempuh dengan cara sebagai berikut :
1. Dilakukan alokasi biaya ke seluruh unit organisasi yang ada.
2. Biaya unit organisasi dialokasikan lagi ke setiap unit produksi. Unsur- unsur
biaya bersama dialokasikan secara proporsional dengan menggunakan suatu basis pembebanan atau faktor pembanding yang sesuai, sedangkan unsur-
Universitas Sumatera Utara
unsur biaya lainnya dialokasikan secara langsung sesuai dengan perhitungan langsungnya masing-masing.
Basis pembebanan atau faktor pembanding yang digunakan diantaranya : a.
Jumlah unit produksi b.
Jam tenaga kerja langsung c.
Biaya tenaga kerja langsung d.
Biaya material langsung
3.3.2. Activity Based Costing
Menurut Firdaus 2009 Activity Based Costing adalah suatu metode yang menghitung biaya dan kinerja dari suatu proses yang berhubungan dengan
aktivitas dan objek-objek biaya. Pembebanan biaya berdasarkan penggunaan sumber-sumber daya dan pembebanan biaya kepada objek-objek seperti: produk,
pelanggan, berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pengakuan hubungan timbal balik antara cost driver dan aktivitas.
3
Hongren 2007 menyatakan bahwa Activity Based Costing adalah suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-
aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam
3
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Hal: 320-321
3
Hongren, Charles T. 2007. Cost Accounting a Managerial Emphasis. Hal : 123-124
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.
4
Menurut Cooper dan Kaplan 1998 Activity Based Costing ini berfokus pada proses penentuan product costing biaya produk, yaitu dengan cara
menentukan aktivitas-aktivitas yang diserap produk tersebut selama proses produksi. Activity Based Costing menghasilkan informasi yang dapat membatasi
distorsi dan subsidi silang yang disebabkan oleh pengalokasian sistem akuntansi biaya tradisional. Penghematan biaya dapat dilakukan dengan membatasi
aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai. Dengan demikian dapat digunakan sebagai dasar untuk perbaikan profitabilitas perusahaan secara continue, sehingga
keunggulan perusahaan dapat diraih.
5
5
Cooper Robin, dan Kaplan. 1998. The Design of Cost Management Systems. Hal : 157
5
Widjaja, Amin. 1992. Activity Based Costing : Suatu Pengantar. Hal: 132-133
Fokus utama Activity Based Costing adalah aktivitas, karena pada dasarnya pengelolaan manajemen merupakan perencanaan dan pengendalian
aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam perusahaan semua aktivitas ditujukan untuk menghasilkan produk dengan biaya memadai. Dengan demikian,
fokus utama manajemen adalah pada pengelolaan aktivitas, yaitu merencanakan dan mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk
dengan tingkat biaya semestinya.
Universitas Sumatera Utara
Penerapan sistem ABC dirancang sehingga setiap biaya yang tidak dapat dialokasikan secara langsung kepada objek biaya, dibebankan kepada objek biaya
berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas tersebut. Yang dimaksud aktivitas adalah kejadian, tugas, atau sebuah pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan
tertentu. Yang dimaksud dengan objek biaya cost object adalah sesuatu yang menyebabkan biaya tersebut akan diukur, contoh objek biaya adalah berdasarkan
produk, berdasarkan pelanggan, berdasarkan departemen, dan lain-lain. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ABC menghitung biaya produk
dan membebankan biaya produk sesuai dengan objek biayanya, berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab
itu, penerapan ABC akan mendukung proses pengambilan keputusan-keputusan strategis dalam perusahaan, seperti: keputusan tentang harga, dan proses efisiensi
yang dilakukan perusahaan karena penerapan ABC mengharuskan perusahaan untuk melakukan identifikasi dan perbaikan atas seluruh kegiatan yang dilakukan
pada sebuah perusahaan.
3.4. Perbedaan antara ABC dengan Traditional Costing
6
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya
cost driver untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya
Activity Based Costing yang dikemukakan oleh Widjaja 2001 adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.
Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk
penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen
persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk
analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya cost pools dan pemacu biaya cost driver jauh lebih akurat dan jelas, selain itu
ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.
3.5. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC
7
Menurut Hansen dan Mowen 2000 pembebanan biaya overhead pada Activity Based Costing juga menggunakan dua tahap seperti pada sistem biaya
tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap
kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional.
7
Hansen dan Mowen. 2000. Manajemen Biaya. Hal: 322-324
Universitas Sumatera Utara
3.5.1. Tahap Pertama
Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC pada tahap ini dimulai dengan pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang
sejenis atau homogen yang terdiri dari 4 langkah, yaitu: 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas
2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu:
Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif perunit cost pool.
4. Menentukan biaya per unit Cost Pool Adalah biaya perunit cost pool yang dihitung untuk suatu aktivitas. Menurut
Hansen dan Mowen 1999 biaya per unit cost pool dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Biaya per Unit Cost Pool = Driver
Cost pool
cost Aktivitas
Biaya
3.5.2. Tahap Kedua
Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya
overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus: BOP yang dibebankan = Biaya per unit Cost Pool x Cost Driver yang dipilih
Universitas Sumatera Utara
3.6. Klasifikasi Aktivitas Biaya
8
Klasifikasi aktivitas biaya merupakan pengelompokan biaya dalam berbagai kelompok biaya cost pool. Pengelompokan ini didasarkan atas tingkat
kesulitan untuk menentukan hubungan sebab akibat serta untuk dasar pengalokasian cost allocation based.
Menurut Firdaus 2009 ada 4 kategori dalam pengelompokan biaya pada ABC, adalah sebagai berikut:
1. Biaya untuk setiap unit unit level adalah sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas yang akan meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang dihasilkan. Pengelompokan untuk level ini berdasarkan hubungan sebab
akibat dengan setiap unit yang dihasilkan. Contoh: biaya perbaikan mesin, biaya listrik, dan biaya penyusutan mesin.
2. Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu batch level adalah sumber daya
yang digunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan sekelompok unit batch produk atau jasa yang dihasilkan. Pengelompokan untuk level ini
adalah biaya hubungan sebab akibat untuk setiap kelompok unit yang dihasilkan. Contoh : biaya setup mesin.
3. Biaya untuk setiap produk tertentu product level adalah sumber daya yang
digunakan untuk mendukung produksi suatu produk. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh produksi atau penjualan satu atau beberapa unit batch.
Contoh: biaya desain produk, biaya pengembangan prototype, dan rekayasa produksi.
8
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Hal: 324
Universitas Sumatera Utara
4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu facility level adalah sumber daya yang
digunakan untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi
secara keseluruhan. Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan
untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi barang atau jasa. Contoh: biaya keamanan, biaya kebersihan, dan
asuransi biaya pabrik.
3.7. Keunggulan Activity Based Costing