21
kelompok
intra group competition
; dan 3 kompetisi antara kelompok
inter group competition
. c.
Informasikan hasil kegiatan dan berikan kesempatan kepada individu atau
kelompok yang
bersangkutan untuk
mendiskusikannya. Mendiskusikan hasil kegiatan yang telah dilakukan pada pembelajaran
pada hari tersebut akan meningkatkan motivasi siswa untuk terus berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilannya. Eva Latipah
2012: 187 menjelaskan kegiatan ini sebagai sarana umpan balik
feedback
.
Feedback
yang diberikan terhadap hasil belajar siswa harus jelas dan berkaitan langsung dengan pencapaian siswa. Pemberian
feedback
yang memiliki jeda waktu lama dengan hasil belajar siswa menyebabkan dua dampak negatif yaitu 1 siswa yang melakukan
kesalahan dalam belajar akan tetap melakukan kesalahan yang sama kecuali siswa mengetahui kesalahan yang dilakukannya; dan 2
membuat keterkaitan antara perilaku dan akibatnya menjadi kabur. d.
Ganjaran dan hadiah
reward and bonus
atau insentif dapat juga diberikan dalam bentuk penghargaan dengan pujian, piagam, fasilitas,
kesempatan, promosi, dan sebagainya. Menurut A. M. Sardiman 2006: 94 pujian adalah bentuk
reinforcement
yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik bagi siswa. Bila dipandang mungkin
dapat juga digunakan hukuman pedagogis. Penerapan kebijakan
reward and punishment
akan meningkatkan motivasi siswa untuk mendapatkan
reward
maupun untuk menghindari
punishment
.
22
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa antara lain 1 menjelaskan manfaat, tujuan, dan sasaran dari kegiatan pembelajaran; 2 memilih cara penyajian yang bervariasi; 3 informasikan hasil
kegiatan dan berikan kesempatan bagi individu untuk mendiskusikannya; dan 4 memberikan ganjaranhadiah atau hukuman.
B. Hakikat Siswa
Slow Learner
1. Pengertian Siswa
Slow Learner
Siswa
slow learner
memiliki kemampuan di bawah rata-rata siswa seusianya. Menurut Sri Budiyartati 2014: 29, siswa
slow learner
atau lamban belajar adalah siswa yang memiliki potensi intelektual lebih sedikit
di bawah normal, namun belum dikategorikan sebagai tunagrahita. Kemis dan Ati Rosnawati 2013: 12 mengungkapkan klasifikasi siswa tunagrahita
untuk keperluan pembelajaran, siswa lamban belajar atau
slow learner
berada pada taraf perbatasan
borderline
dengan IQ 70-85. Siswa
slow learner
mengalami hambatan dalam beberapa proses seperti berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial. Siswa
slow learner
membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas baik tugas akademik maupun tugas non
akademik Dedy Kustawan, 2013: 28. Oleh karena itu, siswa
slow learner
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Hal ini juga diungkapkan oleh Cooter Cooter Jr dalam Nana Triani, 2013: 3 yang mengungkapkan
bahwa siswa lambat belajar atau
slow learner
adalah siswa yang memiliki
23
prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata dari siswa pada umumnya yang memiliki IQ berkisar antara 90-109. Apabila dilakukan tes
IQ, maka skor siswa
slow learner
berada di antara 70 dan 90. Sedangkan menurut Toto dalam makalah seminarnya dalam Triani, 2013: 3
mengungkapkan bahwa siswa lamban belajar atau
slow learner
adalah siswa yang memiliki IQ berada pada taraf perbatasan
border line
yaitu antara 70 hingga 85. Klasifikasi lamban belajar dikemukakan oleh Triman Prasadio
Mumpuniarti, 2007:14 yaitu : 1
retardasi sekolah IQ 86-90
2 borderline
IQ 70-85 3
ringan
mild
IQ 50-60 4
sedang
moderate
IQ 36-49 5
berat
severe
IQ 20-30 6
sangat berat IQ 0-19
Klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa siswa
slow learner
yang masuk kategori
borderline
berada satu tingkat di atas tunagrahita. Perbedaan yang mendasar antara ketunagrahitaan, lambat belajar
borderline
dan kesulitan belajar terletak pada kemampuan kecerdasannya Rochyati, 2005:
31. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa siswa
slow learner
adalah siswa yang memiliki prestasi lebih rendah atau sedikit di bawah rata-rata dari pada siswa pada umumnya yang
24
memiliki IQ sekitar 90-109. Apabila dilakukan tes IQ, maka skor siswa
slow learner
berkisar antara 70-90.
2. Karakteristik Siswa
Slow Learner
Siswa
slow learner
memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.
a. Inteligensi
Siswa lamban belajar atau
slow learner
memiliki IQ di bawah rata-rata yaitu 70- 90 dari aspek inteligensi berdasarkan skala WISC.
Nana Triani 2013:10 mengungkapkan bahwa siswa
slow learner
biasanya mengalami masalah pada hampir semua mata pelajaran terutama yang berkenaan dengan hafalan dan pemahaman. Nilai belajar
siswa
slow learner
rendah apabila dibandingkan dengan teman-teman di kelasnya. Dedy Kustawan 2013: 29 mengungkapkan bahwa siswa
lamban belajar atau
slow learner
rata-rata memiliki prestasi yang rendah, sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas daripada
teman-teman seusianya, daya tangkap terhadap pelajaran lambat, dan tidak naik kelas.
b. Bahasa
Siswa lamban belajar atau
slow learner
mengalami kesulitan baik dalam bahasa ekspresif atau menyampaikan ide atau gagasan
maupun dalam memahami percakapan orang lain atau bahasa reseptif dalam segi bahasa Nana Triani, 2013: 10. Siswa
slow learner
kurang jelas, kurang lancar, dan tidak tepat dalam menggunakan bahasa. Selain
25
aspek bahasa lisan, Cece Wijaya dalam Mulyadi, 2010: 125 mengungkapkan bahwa siswa
slow learner
juga mengalami kesulitan dalam menulis walaupun menggunakan kata-kata mudah dan
sederhana. c.
Lemahnya Kemampuan Konsentrasi Siswa
slow learner
memiliki kemampuan konsentrasi yang lemah dan terbatas. Mulyadi 2010: 123 mengatakan bahwa siswa
slow learner
memiliki perhatian dan konsentrasi yang terbatas. Siswa
slow learner
kurang memperlihatkan dan bahkan tidak memberikan perhatian terhadap apa yang dan bagaimana pekerjaan tersebut
dikerjakan. G. Lokanadha Reddy 2006: 10 mengungkapkan siswa
slow learner
tidak bisa berkonsentrasi lebih dari 30 menit pada saat pembelajaran yang sebagian besar menggunakan penjelasan verbal.
d. Memori
Siswa
slow learner
memiliki kekuatan memori yang lemah. Flavell dan Wellmen dalam G. Lokanadha Reddy, 2006: 7
mendefinisikan memori sebagai rangkaian proses berpikir yang mencakup mengenal, memanggil kembali, pengetahuan, strategi
berpikir dan metamemori. Siswa
slow learner
perlu mempelajari suatu materi beberapa kali sebelum dapat memahaminya. Salah satu
penyebab lemahnya memori siswa
slow learner
adalah karena lemahnya konsentrasi dan perhatian. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Cece Wijaya dalam Mulyadi, 2010: 125 yang mengungkapkan bahwa