Pembahasan STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA SLOW LEARNER DI KELAS III SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI GUNUNGKIDUL.

52 siswa. Penerapan kebijakan reward and punishment akan meningaktkan motivasi siswa untuk mendapatkan reward atau untuk menghindari punishment . Penghargaan mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar dan mencapai nilai yang tinggi dalam pembelajaran. Naf menjadi lebih rajin belajar karena menurut keterangan orang tua Naf, Naf sering malas belajar ketika tidak adan PR. Penghargaan tidak mempengaruhi Naf untuk menjawab pertanyaan lisan yang diajukan oleh guru maupun untuk mengerjakan PR. Lingkungan belajar siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Apabila dilihat dari sekolah dasar dimana Naf bersekolah merupakan lingkungan yang kondusif. Lingkungan sekolah bukan merupakan lingkungan yang rawan bencana alam, lingkungan sekolah bersih bebas dari sampah, dan tidak ramai meskipun berada di tepi jalan raya. Apabila dilihat dari pergaulan teman sebaya, teman-teman satu kelas Naf merupakan pergaulan yang baik. Seluruh siswa saling membantu apabila Naf kesulitan dan saling mengingatkan apabila Naf melakukan kesalahan. Dengan kondisi yang kondusif, Naf dapat belajar dengan rajin dan termotivasi untuk belajar. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif mempengaruhi motivasi belajar Naf. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono, 2009: 97 yang mengatakan bahwa kondisi lingkungan yang tidak kondusif misalnya lingkungan yang rawan bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, atau kondisi lingkungan yang terlalu ramai menyebabkan siswa tidak memiliki semangat dan motivasi untuk belajar. Fasilitas belajar di sekolah sudah cukup lengkap. Terdapat LCD dan 53 Proyektor, speaker, beberapa media pembelajaran, buku-buku pelajaran, dan buku-buku penunjang pembelajaran. Naf belajar rajin dengan kelas yang nyaman dan fasilitas yang lengkap. Dengan kondisi yang kondusif, Naf dapat belajar dengan rajin dan termotivasi untuk belajar. Sesuai dengan teori tersebut, lingkungan yang kondusif mempengaruhi motivasi belajar Naf. Naf lebih rajin belajar ketika lingkungan belajarnya kondusif atau mendukung kegiatan belajar. Kegiatan belajar sudah menggunakan berbagai macam metode. Metode pembelajaran yang digunakan antara lain ceramah, tanya jawab, diskusi, kelompok, dan siswa menemukan sendiri. Naf lebih senang belajar dengan kegiatan belajar secara berkelompok. Pada saat guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas untuk mencari tahu makanan kesukaan dari 10 teman sekelasnya, Naf terlihat antusias dan selesai mengerjakan tugas lebih cepat dari teman yang lainnya. Naf juga senang ketika guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan LCD dan proyektor. Naf duduk tenang dan memperhatikan ketika guru memutarkan video lagu-lagu wajib nasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata 2004: 71 yang mengatakan bahwa kegiatan belajar yang menarik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Metode dan model pembelaran yang variatif akan menarik perhatian siswa untuk belajar. Selain itu, siswa akan termotivasi untuk belajar apabila mereka melakukan suatu kegiatan secara langsung. Naf lebih termotivasi untuk belajar dengan kegiatan belajar yang menarik. Naf akan lebih cepat menyelesaikan tugas dengan adanya kegiatan 54 belajar kelompok. Naf juga akan termotivasi untuk belajar ketika guru menggunakan media LCD dan proyektor dengan konten yang menarik. 55 BAB V KESIMPULAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dalam Motivasi Belajar Siswa Slow Learner di SD Karangrejek II Wonosari, Gunungkidul dapat disimpulkan bahwa perilaku yang menunjukkan motivasi belajar siswa dilihat dari dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik tersebut adalah sebagai berikut 1 Hasrat dan keinginan untuk berhasil : Naf memiliki keinginan untuk berprestasi meskipun sering menunda-nunda pekerjaannya; 2 Dorongan kebutuhan belajar : Naf berusaha bertanya ketika kesulitan dalam memahami materi, namun belum bisa mandiri dalam belajar; 3 Harapan akan cita-cita : Naf memiliki harapan akan rencana sekolah dan mempunyai cita-cita. Naf juga mengetahui cara untuk mencapai cita-citanya. Motivasi ekstrinsik yaitu sebagai berikut 1 Adanya penghargaan : Naf semangat belajar ketika dijanjikan hadiah dan diberi pujian; 2 Lingkungan belajar yang kondusif : Naf semangat belajar ketika suasana lingkungan mendukung untuk belajar; 3 Kegiatan belajar yang menarik : Naf semangat belajar ketika Naf belajar secara berkelompok. Naf semangat belajar ketika guru menggunakan media pembelajaran yang menarik. 56

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah peneliti sampaikan, maka peneliti akan mencoba memberikan saran pada beberapa pihak terkait di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Subyek Naf sebaiknya berlatih fokus untuk mengerjakan tugas. Naf harus berlatih untuk tidak terpengaruh teman-teman yang ramai dan tetap mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 2. Guru a. Guru dapat lebih memberikan perhatian kepada Naf agar Naf tetap fokus dalam mengerjakan tugas. b. Guru juga dapat lebih banyak menggunakan metode yang menarik seperti diskusi atau tugas berkelompok dan menggunakan media yang menarik seperti menggunakan media LCD dengan konten yang menarik sehingga menarik perhatian siswa. 3. Orang tua Orang tua dan keluarga Naf hendaknya selalu memberi pendampingan dan dukungan baik sarana prasarana maupun semangat agar Naf tetap memiliki semangat untuk belajar 57 DAFTAR PUSTAKA Abdul Hadis. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik . Bandung: Penerbit Alfabeta. Abin Syamsuddin Makmun. 2009. Psikologi kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul: Prinsip Umum Dasar Perilaku, Prisnsip Dasar Perkembangan Perilaku dan Pribadi, Prinsip Dasar Belajar Mengajar, Prinsip Dasar Bimbingan Belajar . Bandung: PT Remaja Rosdakarya David D. Smith. 2009. Sekolah Inklusif Konsep dan Penerapan Pembelajaran . Bandung: Nuansa Cendekia. Dedy Kustawan. 2013. Bimbingan Konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus . Jakarta: PT Luxima Metro Media. Dimyati Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajran . Jakarta: Rineka Cipta Endang Rochyati, Zaenal Alimin.2005. Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi Anak Tunagrahita . Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti. Eva Latipah. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan . Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Hamzah B. Uno. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang Pendidikan . Jakarta: PT Bumi Aksara. Haris Herdiansyah. 2015. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups : sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif . Jakarta: Rajawali Press. Kemis dan Ati Rosnawati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita . Jakarta: PT Luxima Metro Media. Lexy J. Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mardiati Busono. 1988. Pendidikan Anak Tuna Rungu . Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Matthew B. Miles Huberman, A. Michael. 2009. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber tentang Metode-metode Baru . Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press. Mohammad Asrori.2008. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik . Jakarta: Bumi Aksara Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan : dengan pendekatan baru . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 58 Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus . Yogyakarta: Nuha Litera. Mumpuniarti. 2007. Pendekatan Bagi Anak Hambatan Mental . Yogyakarta: Kanwa Publisher. Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. . 2010. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Nana Triani. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar Slow Learner . Jakarta: PT. Luxima Metro Media. Noeng Muhadjir. 2007. Metodologi Keilmuan : Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed . Yogyakarta: Rake Sarasin. Robert E. Slavin. 2011. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik . Jakarta: PT Indeks. Rod R. Seeley., Trent D. Stephens., Philip Tate. 2008. Anatomy Physiology . Boston: McGraw Hill Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sri Budiyartati. 2004. Problematika Pewmbelajaran di Sekolah Dasar . Yogyakarta: Deepublish. Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian . Jakarta: PT Rineka Cipta. . 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rineka Cipta. Sunaryo Kartadinata. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar . Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Primary School Teacher Development Project. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD . Bandung: Penerbit Alfabeta. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: PT Bumi Aksara Sumardi Suryabrata. 2008 . Psikologi Pendidikan .Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Zainal Arifin. 2011. Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 60 Lampiran 1. Transkrip Data Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa slow learner Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Slow Learner Sekolah Dasar : SD Karangrejek 2 Wonosari HariTanggal : Selasa, 26 Juli 2016 Tempat : Ruang Kelas III A Waktu : 09.00 – 12.10 Kegiatan : Observasi di dalam Kelas I No Aspek yang Diamati Indikator Ya Tidak Keterangan A Motivasi Intrinsik 1. Hasrat dan keinginan untuk berhasil 1. Naf mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah √ Naf mengerjakan tugas yang dituliskan oleh guru di papan tulis pada saat mata pelajaran matematika. Naf tertinggal dari teman lainnya dan melanjutkan tugas pada saat jam istirahat 2. Naf tidak menunda-nunda pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh guru di sekolah √ Naf lebih banyak bermain sehingga harus beberapa kali diingatkan oleh guru untuk kembali mengerjakan tugas. 3. Naf aktif menjawab pertanyaan guru √ Naf menjawab pertanyaan lisan yang diajukan guru tentang materi tumbuhan.