15
untuk nilai peduli lingkungan menurut Endah Sulistyowati 2012: 72 adalah sebagai berikut.
Indikator Kelas 1.
Menjaga kebersihan di kelas. 2.
Menjaga perilaku hemat energi dan air. Indikator Sekolah
1. Menyediakan tempat pembuangan sampah, tempat cuci tangan, dan
kamar mandi yang bersih. 2.
Membiasakan perilaku warga masyarakat untuk memelihara tanaman. 3.
Hemat energi dan air Didukung pendapat dari Daryanto dan Suryatri Darmiatun 2013: 141-142
yang juga memaparkan indikator sekolah dan kelas untuk nilai peduli lingkungan sebagai berikut.
Indikator Sekolah 1.
Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. 2.
Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan. 3.
Menyediakan kamar mandi dan air bersih. 4.
Pembiasaan hemat energi. 5.
Membuat biopori di area sekolah. 6.
Terdapat saluran pembuangan air limbah dengan baik. 7.
Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik 8.
Menyediakan peralatan kebersihan 9.
Membuat tandon penyimpanan air
16
10. Memrogramkan cinta bersih lingkungan
Indikator Kelas 1.
Memelihara lingkungan kelas. 2.
Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas. 3.
Pembiasaan hemat energi. 4.
Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan.
Berikut ini menggambarkan keterkaitan antara nilai, jenjang kelas, dan indikator untuk karakter peduli lingkungan di Sekolah Dasar.
Tabel 2. Keterkaitan Nilai Peduli Lingkungan dan Indikator untuk SD Nilai
Indikator kelas 1-3 Indikator kelas 4-6
Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam
di
sekitarnya dan
mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi. Buang air besar dan air
kecil di WC Membersihkan WC
Membuang sampah di tempatnya
Membersihkan tempat
sampah Membersihkan
halaman sekolah Membersihkan
lingkungan sekolah Tidak memetik bunga
di taman sekolah Memperindah kelas dan
sekolah dengan tanaman Tidak menginjak
rumput di taman sekolah
Ikut memelihara taman di halaman sekolah
Menjaga kebersihan lingkungan kelas
Ikut dalam menjaga kebersihan lingkungan
Sumber: Kemendiknas dan Balitbang 2010: 30 Dari uraian tabel keterkaitan nilai peduli lingkungan dan indikator untuk SD
diatas terlihat bahwa indikator keberhasilan pendidikan karakter khusunya nilai peduli lingkungan di sekolah dasar terdiri dari indikator sekolah dan kelas. Selain
itu, indikator lebih diperinci lagi menjadi indikator untuk jenjang kelas rendah 1-3 dan kelas tinggi 4-6. Indikator tersebut telah mencakup sikap dan tindakan warga
17
sekolah untuk melakukan perawatan,pelestarian, dan pemeliharaan sarana prasarana serat lingkungan alam di sekolah.
C. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar
Penyelenggaraan pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan formal dan nonformal dapat dilihat pada konteks mikro. Secara mikro pengembangan
karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan
formal dan nonformal, kegiatan kokurikuler danatau ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Program pendidikan karakter pada
konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut Desain Induk Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2025.
Gambar 1. Konteks Mikro Pendidikan Karakter Pelaksanaan pendidikan karakter dalam konteks mikro juga sejalan dengan
pendapat Sri Narwati 2011: 53-55 yang menyatakan bahwa penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada proses pembelajaran,
18
pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar kegiatan rutin, spontan, keteladanan, dan pengkondisian, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan
ekstrakurikuler, serta koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
Selain itu, Daryanto dan Suryantri Darmiatun 2013: 88-91 juga berpendapat bahwa penyelenggaraan pendidikan karakter di SD dilakukan melalui
3 tiga cara, yaitu mengintegrasikan ke setiap mata pelajaran, mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran muatan lokal, dan melalui kegiatan pengembangan diri.
Didukung dengan pernyataan Kemendiknas 2010: 5-20 bahwa pengembangan nilai karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan konselor
secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata
pelajaran, dan budaya sekolah. Berdasarkan pendapat diatas, pendidikan karakter tidak hanya dilakukan
sekolah saja namun juga dilakukan di kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Implementasi atau penerapan nilai peduli lingkungan dalam penelitian
ini dilaksanakan di sekolah oleh karena itu berpijak pada pendidikan karakter melalui proses pembelajaran, budaya sekolah, dan ekstrakurikuler.
1. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Proses Pembelajaran
Implementasi nilai peduli lingkungan melalui proses pembelajaran mengacu pada pendapat Puskur Sri Narwati, 2011: 53 yaitu, penerapan pendidikan
karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat dilaksanakan adalah
19
pembelajaran kontekstual mengajak siswa menghubungkan materi yang dipelajari dengan kejadian nyata, harapan siswa dapat mencari dan menemukan hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Penanaman nilai peduli lingkungan juga mengacu pada pendapat Novan Ardy Wiyani 2013: 185 bahwa pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam
mata pelajaran pada dasarnya adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam
tingkah laku siswa sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Selain untuk menjadikan siswa menguasai
kompetensi materi yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan siswa mengenal, menyadari peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai khususnya nilai
peduli lingkungan dan menjadikannya perilaku. Endah Sulistyowati 2012: 59, menyatakan bahwa integrasi nilai karakter pada mata pelajaran dapat
dikembangkan melalui silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada Kompetensi Dasar KD di setiap mata pelajaran yang sudah ada sesuai
dengan nilai-nilai karakter yang akan diterapkan. Dalam pengembangan nilai karakter peduli lingkungan, guru dapat memasukkan pada KD yang berkaitannya
dengan nilai peduli lingkungan. Selanjutnya guru akan mengembangkan dalam indikator pencapaian, kegiatan pembelajaran dan teknik penilaian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada Kurikulum 2013 yang dikembangkan dari silabus diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2016
terdiri dari beberapa komponen yang mencakup 1 identitas sekolah, 2 identitas
20
mata pelajaran atau tema subtema, 3 kelas semester, 4 materi pokok, 5 alokasi waktu, 6 tujuan pembelajaran, 6 kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi, 7 materi pembelajaran, 8 metode pembelajaran, 9 media pembelajaran, 10 sumber belajar, 11 langkah-langkah pembelajaran, dan
12 penilaian hasil pembelajaran. Pada kurikulum 2013 yang dijelaskan dalam Permendikbud no 24 Tahun
2016, Kompetensi Dasar diturunkan dari Kompetensi Inti yang terdiri dari, yaitu sikap spiritual KD turunan dari KI 1, sikap sosial KD turunan dari KI 2,
pengetahuan KD turunan dari KI 3, dan keterampilan KD turunan dari KI 4. Penilaian aspek sikap KI 1 dan KI 2 dilakukan melalui observasi atau
pengamatan. Permendikbud no 23 Tahun 2016 menjelaskan bahwa penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes atau penugasan. Penilaian aspek keterampilan
dilakukan melalui praktik, proyek, portofolio. Dari beberapa pendapat diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa nilai
peduli lingkungan dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sudah ada. Guru dapat mengintegrasikan nilai peduli lingkungan pada mata pelajaran yang
sesuai kemudian mengembangkannya dalam silabus atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat KD dan Indikator terkait tentang nilai peduli
lingkungan.
2. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Budaya Sekolah
Implementasi nilai peduli lingkungan dapat dilaksanakan melalui budaya sekolah. Menurut Zamroni 2011:111 budaya sekolah adalah pola nilai-nilai,
prinsip-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam
21
perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah sehingga
mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah. Budaya sekolah Kemendiknas, 2010: 19 adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik
berinteraksi dengan sesama, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik, antar tenaga kependidikan, antara tenaga kependi+dikan dengan pendidik dan
peserta didik, dan antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah. Novan Ardy Wiyani 2013: 100 menyatakan bahwa budaya sekolah adalah
suasana kehidupan sekolah tempat antar-anggota sekolah saling interaksi. Interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang
berlaku di suatu sekolah. Pengembangan budaya sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yang meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan,
keteladanan, dan pengondisian. Didukung oleh pendapat Sri Narwati 2011: 53- 55, bahwa pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan
melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin. kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian.
Kemendiknas 2010: 15 menjelaskan bahwa kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap
saat. Contoh kegiatan rutin penerapan peduli lingkungan adalah: pemeriksaan kebersihan badan kuku, telinga, rambut dan lain-lain setiap hari Senin. Sri
Narwati 2011: 54juga berpendapat bahwa kegiatan rutin merupakan kegiatan yang ajeg dilakukan setiap saat. Contoh kegiatan rutin penerapan nilai peduli
lingkungan antara lain piket kelas.