kooperatif yang dilatihkan. Seluruh siswa 100 mengaku berminat untuk mengikuti penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
pertemuan selanjutnya. Sedangkan untuk kegiatan siswa dalam kelompok, sebanyak 100 siswa mengaku mendengarkan orang lain,
sebanyak 86 siswa mengajukan pertanyaan, sebanyak 86 siswa mengorganisasikan ide-ide dalam kelompok, sebanyak 95 siswa
mengorganisasikan kelompok, sebanyak 91 siswa tidak mengacaukan kegiatan, dan sebanyak 100 siswa tidak melamun
ketika proses pembelajaran. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut para siswa
adalah lebih mudah dalam mempelajari materi dan membuat siswa menjadi lebih bersemangat untuk belajar. Sedangkan hambatan yang
dihadapi adalah kelas menjadi agak ramai. Pada siklus II ini menunjukkan bahwa keseluruhan komponen pembelajaran sudah baik
dan proses pembelajaran sudah berjalan dengan lancar. Terlihat bahwa motivasi belajar siswa sudah meningkat dibandingkan dengan pada
saat pra penelitian dan pada siklus I.
B. Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, motivasi dalam belajar dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya penggerak
yang mendorong diri seorang siswa untuk belajar. Indikator-indikator sebagai penanda bahwa seseorang termotivasi dalam belajar adalah adanya hasrat dan
keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya
kegiatan yang menarik untuk belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan motivasi
belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra penelitian, siklus I, dan siklus II. Untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa dalam penelitian
tindakan kelas ini menggunakan instrumen kuesioner. Berikut ini dipaparkan analisis perbandingan tingkat motivasi belajar siswa mulai pra penelitian, siklus I,
dan siklus II
Tabel 5.17 Indikator Keberhasilan Tingkat Motivasi Belajar
Siswa Pada Pra Penelitian, Siklus I, dan Siklus II
Indikator Keberhasilan No Indikator Skala
Kategori Pra
Penelitian Siklus I
Siklus II
21 – 24 Sangat Tinggi
30 23
54 18 – 20
Tinggi 55
55 32
16 – 17 Cukup
15 18
14 14 – 15
Kurang 4
1 Adanya hasrat dan
keinginan berhasil
6 - 13 Sangat Kurang
Jumlah 100
100 100
10 – 12 Sangat Tinggi
15 50
77 9
Tinggi 25
27 14
8 Cukup
20 14
9 7
Kurang 35
9 2 Adanya
dorongan dan kebutuhan
dalam belajar
3 - 6 Sangat Kurang
5
Jumlah 100
100 100
7 – 8 Sangat Tinggi
10 45
54 6
Tinggi 40
41 32
5 Cukup
45 14
14 4
Kurang 5
3 Adanya harapan dan
cita-cita masa depan
2 – 4 Sangat Kurang
Jumlah 100
100 100
14 – 16 Sangat Tinggi
4 45
12 – 13 Tinggi
50 64
32 11
Cukup 25
4 14
10 Kurang
20 18
9 4 Adanya
penghargaan dalam belajar
4 - 9 Sangat Kurang
5 10
Jumlah 100
100 100
7 – 8 Sangat Tinggi
40 18
64 6
Tinggi 5
59 36
5 Cukup
45 23
4 Kurang
10 5 Adanya
kegiatan yang menarik
dalam belajar
2 - 3 Sangat Kurang
Jumlah 100
100 100
10 – 12 Sangat Tinggi
27 68
9 Tinggi
35 50
14 8
Cukup 30
14 14
7 Kurang
20 9
4 6 Adanya
lingkungan belajar yang
kondusif
3 - 6 Sangat Kurang
15
Jumlah 100
100 100
Tabel 5.17 menunjukkan hasil komparasi tingkat motivasi belajar siswa sebelum penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pra penelitian dan pada
masing-masing siklus. Untuk indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil pada saat pra penelitian diperoleh nilai mean sebesar 19,55; pada saat siklus I diperoleh
nilai mean s ebesar 18,63 dan pada saat siklus II diperoleh nilai mean PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebesar 20,09. Untuk indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar pada saat pra penelitian diperoleh nilai mean sebesar 8,10; pada saat siklus I
diperoleh nilai mean sebesar 9,59 dan pada saat siklus II diperoleh nilai mean sebesar 10,81. Untuk indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan pada saat
pra penelitian diperoleh nilai mean sebesar 5,55; pada saat siklus I diperoleh nilai mean sebesar 6,45 dan pada saat siklus II diperoleh nilai mean sebesar 6,72.
Untuk indikator adanya penghargaan dalam belajar pada saat pra penelitian diperoleh nilai mean sebesar 11,20; pada saat siklus I diperoleh nilai mean sebesar
11,36 dan pada saat siklus II diperoleh nilai mean sebesar 12,90. Untuk indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar pada saat pra penelitian diperoleh
nilai mean sebesar 5,85; pada saat siklus I diperoleh nilai mean sebesar 5,95 dan pada saat siklus II diperoleh nilai mean sebesar 7,00. Untuk indikator adanya
lingkungan belajar yang kondusif pada saat pra penelitian diperoleh nilai mean sebesar 7,85; pada saat siklus I diperoleh nilai mean sebesar 8,95 dan pada saat
siklus II diperoleh nilai mean sebesar 9,77. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil perhitungan nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada pra
penelitian = 58,25; pada siklus I = 60,86; dan pada siklus II = 67,45. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN