c. Learning Together
Dalam tipe ini guru menjelaskan materi pembelajaran. Setelah itu siswa dibagi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam
orang untuk mengerjakan lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Kemudian siswa mengerjakan kuis secara individual yang
mana kuis tersebut akan dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.
d. Group Investigation
Dalam metode ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran, kemudian
menjelaskannya kepada seluruh siswa di kelas. Diharapkan untuk menerima tanggung jawab besar untuk menentukan apa yang dipelajari,
mengorganisasikan kelompok mereka sendiri tentang bagaimana cara menguasai materi, dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikannya
kepada seluruh siswa di kelas.
e. Jigsaw
Dalam tipe ini, tiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi
pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain, kemudian guru mengadakan kuis.
B. Metode Pembelajaran
Cooperative Learning tipe Jigsaw
Metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson et all Anita Lie, 2002:69. Menggunakan jigsaw, siswa-
siswa ditempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggotakan lima sampai enam orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,
dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Sebagai contoh, bila materi tekstualnya adalah tentang cooperative learning,
seorang siswa di tim akan bertanggung jawab untuk mempelajari STAD, seorang untuk Jigsaw, seorang untuk Group Investigation dan satu atau dua orang lainnya
akan menjadi ahli expert untuk dasar penelitian dan sejarah cooperative learning. Para anggota dari tim-tim yang berbeda, tetapi membicarakan topik
yang sama kadang-kadang disebut expert group atau kelompok ahli bertemu untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Setelah itu
siswa kembali ke tim asalnya dan mengajarkan sesuatu yang telah mereka pelajari dalam expert group kepada anggota-anggota lain di timnya masing-masing.
Setelah pertemuan dan diskusi tim asal, siswa mengerjakan kuis secara individual tentang berbagai materi belajar.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Dalam bahasa latin, motivasi berasal dari kata motivum yang menunjukkan bahwa ada alasan tentang mengapa sesuatu itu bertindak.
Motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar Wuryani, 1986:143. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu
energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai sesuatu yang mengarahkan aktivitas siswa untuk mencapai tujuan belajar. Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Dikatakan “ keseluruhan”, karena biasanya
ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.
Menurut W. S. Winkel 1989:92, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memahami dan mengembangkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya
mampu membangkitkan kebutuhan siswanya untuk berprestasi.
2. Tipe-Tipe Motivasi
1 Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong yang berasal dari dalam diri internal individu. Tingkah laku
terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh tingkah laku
yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Individu yang melakukan kegiatannya didorong oleh motivasi intrinsik, maka kegiatannya adalah
untuk mencapai tujuan yang merupakan hasil kegiatan itu Prayitno, 1989:10-11.
2 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar Winkel, 1984:27. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan yang sebenarnya ada
di dalam diri siswa untuk belajar, dikatakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak
di luar aktivitas belajar itu sendiri Prayitno, 1989:14.
3. Peranan Motivasi Belajar
Menurut Uno 2002:27, ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain :
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,
jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
4. Teknik-Teknik Motivasi
Menurut Uno 2007:34, ada beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan
c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa
e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar
g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang telah dipahami. h.
Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.
i. Menggunakan simulasi dan permainan
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya
di depan umum. k.
Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar.
l. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa
D. Penelitian Tindakan Kelas PTK
1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research CAR, yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto 2006:3, ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut yaitu:
1. Penelitian Penelitian ini berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2. Tindakan
Tindakan berhubungan dengan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas
Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama
dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendapat lain dikemukan oleh Susento 2007:1, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan.
Kekhususannya terletak pada: 1 situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan 2 tindakan atau praktik yang dimaksud adalah pembelajaran
dalam kelas tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep penelitian tindakan kelas ditujukan untuk memperbaiki suatu proses
pembelajaran untuk dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, sesuai dengan kurikulum yang ada saat ini.
Website PPPG tertulis Bandung Susento, 2007:1 menyajikan dua karakteristik dari penelitian tindakan kelas yaitu:
1. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi
guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil
pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara
profesional 2. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan aksi tertentu untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas. Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang mengarah kepada tindakan-tindakan secara
terstruktur terhadap sekelompok siswa pada waktu yang sama dalam rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran.
2. Manfaat PTK
Menurut website PPPG tertulis Bandung Susento, 2007, manfaat PTK antara lain sebagai berikut:
a. Inovasi pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu
melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda
dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri dan berangkat dari persoalannya tersebut, maka secara
tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada tingkat kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. PTK dapat
membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat secara empirik dan bukan sekedar pemahaman secara teoritik.
c. Peningkatan profesionalisme guru
Guru yang profesional tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya.
PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, kemudian meningkatkannya menuju
ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik
pembelajarannya di kelas sehingga guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
3. Tahap-Tahap Pelaksanaan PTK
Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus. Tiap- tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut Susento, 2007:5:
a. Perencanaan tindakan
Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara
rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.
b. Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Observasi tindakan
Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan
dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar teman sejawat atau orang
yang berkompeten.
d. Refleksi terhadap tindakan
Memproses data yang diperoleh dari observasi tindakan. Data yang diperoleh ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan. Refleksi dapat dilakukan
guru dengan bantuan pengamat atau orang lain yang berkompeten. Berdasarkan hasil refleksi kemudian dilakukan evaluasi terhadap tindakan,
yaitu untuk menilai sejauh mana tindakan telah dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK selesai. Jika tindakan belum dapat mengatasi masalah,
maka tahap PTK masih dilanjutkan ke siklus kegiatan yang baru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan Tindakan
Aksi Observasi
Perencanaan Tindakan
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Aksi Observasi
Perencanaan Ulang
Refleksi SIKLUS I
SIKLUS II PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Kerangka Berpikir
Rendahnya motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran akuntansi disebabkan karena kebiasaan belajar bersama dalam kelompok diskusi
kelompok belum terbentuk. Terbukti masih dijumpai dalam kelas terdapat beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain handphone,
ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi pelajaran pada saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Hal tersebut dapat terjadi
karena guru belum menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan karena selama ini guru hanya memakai metode ceramah dan latihan soal saja.
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan tipe yang paling sederhana dari tipe-tipe pembelajaran kooperatif lainnya. Dengan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw diharapkan sebagai upaya dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Karena dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif tipe jigsaw siswa diajak untuk belajar dalam kelompok-kelompok kelompok asal dan kelompok ahli yang memungkinkan mereka dapat saling
berdiskusi dan masing-masing kelompok bertanggung jawab untuk menguasai salah satu bagian materi belajar dan kemudian mengajarkan bagian itu kepada
anggota-anggota lain dalam kelompoknya sehingga diharapkan nantinya akan dapat merangsang siswa untuk tertarik dan terlibat dalam proses pembelajaran
dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang bersifat mandiri yang dilakukan oleh peneliti dalam
lingkungan sekolah. Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan
kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMK BOPKRI I Yogyakarta, Jl. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2010
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI I Yogyakarta.