26 memiliki motivasi intrinsik memiliki antusias yang tinggi dalam
mengikuti, melaksanakan proses yang terjadi dan menerapkan apa yang didapatkan dalam bimbingan klasikal. Siswa mau dengan
sendirinya memiliki “greget” dalam menguasai kompetensi tertentu. b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar Djamarah,2008:151. Motivasi ekstrinsik ini bukan berarti tidak baik dan tidak penting. Dalam
kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan tetap dibutuhkan. Hal ini dikarenakan keadaan siswa yang dinamis,
berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,
sehingga perlu motivasi ekstrinsik Sardiman, 2007:91
4. Fungsi Motivasi
Siswa didik dalam kegiatan di sekolah merupakan subjek utama pendidikan. Diharapkan siswa mampu berprestasi dengan mencurahkan
perhatian sepenuhnya dalam kegiatan di sekolah. Berkaitan dengan kegiatan bimbingan klasikal, siswa diharapkan menaruh perhatian terhadap materi
bimbingan klasikal. Sehingga kompetensi yang disampaikan dapat dikuasai. Faktanya, ada siswa yang malah tidak memperhatikan bahkan tidak
terlibat secara psikis dalam kegiatan bimbingan klasikal. Motivasi intrinsik siswa tidak ada sehingga dibutuhkan suntikan motivasi ekstrinsik. Guru BK
27 harus lebih aktif dalam memaksimalkan fungsi-fungsi motivasi tersebut.
Sejalan dengan itu Djamarah 2008 menyatakan baik motivasi intrinsik dan motivasi motivasi ekstrinsik, keduanya berfungsi sebagai pendorong,
penggerak, dan penyeleksi tingkah laku. Ketiganya menyatu dan terimplikasi dalam perbuatan siswa.
Lebih lanjut lagi fungsi motivasi dibagi menjadi 3 Djamarah, 2008:157, yaitu :
a. Motivasi sebagai pendorong kegiatan Motivasi diawali dengan adanya ketertarikan pada suatu hal
sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan usaha konkrit untuk mendapatkannya atau untuk melakukannya. Bisa pula
motivasi diawali dengan adanya rasa tidak suka sehingga timbul keinginan untuk menjauhi atau mengabaikan suatu hal tersebut.
Pendorong kegiatan ini tidak terlepas dari adanya rasa ingin tahu yang ingin dicari oleh manusia sehingga muncullah minat sebagai
awal terjadinya motivasi. Rasa ingin tahu dari seseorang mendorong individu tersebut untuk berusaha memuaskan rasa ingin tahunya.
b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan Setelah adanya rasa ingin tahu maka seseorang akan mulai
melakukan tindakan demi memuaskan rasa ingin tahunya tersebut. Individu akan mulai aktif melakukan tindakan setelah didorong oleh
rasa ingin tahu. Sikap ini terjadi sebagai akibat dari adanya motivasi yang menggerakkan perilaku.
28 c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Motivasi sebagai pengarah perbuatan ini tidak terlepas dari tujuan yang akan dicapai oleh individu. Tujuan yang akan dicapai ini
mengarahkan individu untuk semakin kuat meraih tujuan. Jika motivasi dikaitkan dengan siswa maka Sardiman 2001:81,
menyebutkan bahwa motivasi yang ada pada diri siswa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin f.
Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya
h. Senang mencari dan memecahkan masalah
5. Motivasi partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation”, adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan Suryosubroto 2002:278. Keit
Davis dalam Suryosubroto, 2002:279 menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang untuk pencapaian tujuan dan ikut
bertanggung jawab didalamnya. Menurut Tjokrowinoto dalam Suryosubroto, 2002:278 partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam
situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir