Peningkatan motivasi siswa mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penerapan dinamika kelompok (permainan) : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman, tahun ajaran 2012/2013.

(1)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA

MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

MELALUI PENERAPAN DINAMIKA KELOMPOK (PERMAINAN) ( Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Kelas XF

SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013 )

Deddy Setiawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dan mengetahui seberapa baik peningkatan motivasi siswa tersebut dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui dinamika kelompok yang berbentuk permainan pada siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 32 orang. Data hasil penelitian diperoleh dari kuesioner motivasi siswa yang didukung oleh hasil observasi selama kegiatan bimbingan klasikal berlangsung, catatan lapangan, wawancara, skala kiraan, dan dokumentasi.

Hasil pada penelitian ini adalah ada peningkatan motivasi mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan dengan rincian sebagai berikut: (1) pra penelitian terdapat 1 siswa (3,12%) yang motivasinya sangat rendah, 5 siswa (15,62%) motivasinya sedang, 20 siswa (62,50%) motivasinya tinggi, dan 6 siswa (18,75%) motivasinya sangat tinggi. (2) Kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 1 siswa (3,12%) yang motivasinya rendah, 2 siswa (6,25%) motivasinya sedang, 16 siswa (50%) motivasinya tinggi, dan 13 siswa (40, 62%) motivasinya sangat tinggi. (3) Pada perbaikan siklus 2 menjadi 9 siswa (28,13%) yang motivasinya tinggi dan 23 siswa (71,87%) motivasinya sangat tinggi. Dari hasil uji t, didapatkan bahwa Ho ditolak sehingga kesimpulannya adalah ada peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan dinamika kelompok (permainan) pada siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013.


(2)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF GAMES IN GROUP DYNAMIC TO INCREASE STUDENT MOTIVATION IN CLASSROOM GUIDANCE

(Guidance and Counseling Action Research on Class XF Students of State Senior High School 1 Depok, Sleman, Yogyakarta,

Academic Year 2012/2013)

Deddy Setiawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aimed to increase students’ motivation and to know the effect of using games in group dynamics to increase students’ motivation to engage in classroom guidance on students of class XF State Senior High School 1 Depok, Sleman Academic Year 2012/2013.

This research is action research in guidance and counseling (PTBK) and was conducted into two cycles. Each cycle was conducted in one session of classroom guidance. The subjects of this research were 32 students of class XF State Senior High School 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. The data was gathered through questionnaire on students’ motivation and was completed by data on observation during classroom guidance process, field notes, interview, asessment scale, and documentation.

Research findings showed that the used group dynamic games were able to increase students’ motivation to engage in classroom guidance process. The percentage of students’ motivation were as followed: 1) In pre research there was one student (3,12%) showed very low motivation, 5 students (15,62%) showed moderate motivation, 20 students (62,50%) showed high motivation, and 6 students (15,62%) showed very high motivation. 2) In the first cycle there was 1 student (3,12%) showed low motivation, 2 students (6,25%) showed moderate motivation, 16 students (50%) showed high motivation, and 13 students (40,62%) showed very high motivation. 3) In the second cycle there were 9 students (28,13%) showed high motivation and 23 students (71,87%) showed very high motivation. The result of t-test revealed that Ho was rejected. It was concluded that the implementation group dynamic games were able to increase motivation of students of class X F State Senior High School 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, Academic Year 2012/2013 to engage in classroom guidance session.


(3)

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA

MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

MELALUI PENERAPAN DINAMIKA KELOMPOK (PERMAINAN) ( Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Kelas XF

SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013 )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Deddy Setiawan NIM 091114086

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

i

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA

MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

MELALUI PENERAPAN DINAMIKA KELOMPOK (PERMAINAN) ( Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Kelas XF

SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013 )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Deddy Setiawan NIM 091114086

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri”

(Q.S. Ar Ra’du : 11)

“ Jangan pernah takut akan lelah dan

jangan pernah takut akan kesulitan”

(Didi Prayitno)

“Berpikir positif, optimis, diiringi usaha keras dan doa”

(Deddy Setiawan)


(8)

v

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk: Allah SWT

Setiap orang yang mencintai dunia pendidikan khususnya bimbingan dan konseling...

Keluargaku tercinta:

Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Didi Prayitno dan Ibu Suratmi Ketiga adikku Arif Edy Sugiarto, Andy Sulistiono, Erwin Setyo Pamungkas Simbah Tukiyem dan Simbah Siti Sudarmi serta Puteri Rahmawati Cahyani Teman-temanku BK USD angkatan 2009


(9)

Saya menyatakan den memuat karya atau ba dalam kutipan dan da yang lazim.

vi

Pernyataan Keaslian Karya

dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang say u bagian dari karya orang lain, kecuali yang t n daftar pustaka dengan mengikuti tata penulisa

Yogyakarta, 17 Penulis

Deddy Setiawan

saya tulis ini tidak g telah disebutkan nulisan karya ilmiah

7 Desember 2013


(10)

Saya yang bertanda ta Nama

Nomor Induk Mahasisw Demi pengembangan Universitas Sanata Dh

P MENGIK MELALUI PEN ( Penelitian Ti

SMA Nege

beserta perangkat yan kepada Perpustakaan mengalihkan dalam be data, mendistribusika atau media lain untuk maupun memberikan sebagai penulis. Demikian pernyataan i

vii

Pernyataan Persetujuan Publikasi

tangan di bawah ini mahasiswa Universitas Sa : Deddy Setiawan

hasiswa : 091114086

an ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA IKUTI LAYANAN BIMBINGAN KLASIK ENERAPAN DINAMIKA KELOMPOK (PE Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada K egeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013

ang diperlukan (bila ada). Dengan demikian sa kaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

bentuk media lain, mengelolanya dalam be busikannya secara terbatas, dan mempublikasikann

untuk kepentingan akademis tanpa perlu memint kan royalti kepada saya selama mencantumka

an ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 17 Yang m

Deddy S

s Sanata Dharma:

pada Perpustakaan

IKAL

(PERMAINAN) a Kelas XF 2012/2013 )

n saya memberikan untuk menyimpan, bentuk pangkalan kannya di internet inta ijin dari saya umkan nama saya

, 17 Desember 2013 menyatakan


(11)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA

MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

MELALUI PENERAPAN DINAMIKA KELOMPOK (PERMAINAN) ( Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Kelas XF

SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013 )

Deddy Setiawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dan mengetahui seberapa baik peningkatan motivasi siswa tersebut dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui dinamika kelompok yang berbentuk permainan pada siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 32 orang. Data hasil penelitian diperoleh dari kuesioner motivasi siswa yang didukung oleh hasil observasi selama kegiatan bimbingan klasikal berlangsung, catatan lapangan, wawancara, skala kiraan, dan dokumentasi.

Hasil pada penelitian ini adalah ada peningkatan motivasi mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan dengan rincian sebagai berikut: (1) pra penelitian terdapat 1 siswa (3,12%) yang motivasinya sangat rendah, 5 siswa (15,62%) motivasinya sedang, 20 siswa (62,50%) motivasinya tinggi, dan 6 siswa (18,75%) motivasinya sangat tinggi. (2) Kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 1 siswa (3,12%) yang motivasinya rendah, 2 siswa (6,25%) motivasinya sedang, 16 siswa (50%) motivasinya tinggi, dan 13 siswa (40, 62%) motivasinya sangat tinggi. (3) Pada perbaikan siklus 2 menjadi 9 siswa (28,13%) yang motivasinya tinggi dan 23 siswa (71,87%) motivasinya sangat tinggi. Dari hasil uji t, didapatkan bahwa Ho ditolak sehingga kesimpulannya adalah ada peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan dinamika kelompok (permainan) pada siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013.


(12)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF GAMES IN GROUP DYNAMIC TO INCREASE STUDENT MOTIVATION IN CLASSROOM GUIDANCE

(Guidance and Counseling Action Research on Class XF Students of State Senior High School 1 Depok, Sleman, Yogyakarta,

Academic Year 2012/2013)

Deddy Setiawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aimed to increase students’ motivation and to know the effect of using games in group dynamics to increase students’ motivation to engage in classroom guidance on students of class XF State Senior High School 1 Depok, Sleman Academic Year 2012/2013.

This research is action research in guidance and counseling (PTBK) and was conducted into two cycles. Each cycle was conducted in one session of classroom guidance. The subjects of this research were 32 students of class XF State Senior High School 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. The data was gathered through questionnaire on students’ motivation and was completed by data on observation during classroom guidance process, field notes, interview, asessment scale, and documentation.

Research findings showed that the used group dynamic games were able to increase students’ motivation to engage in classroom guidance process. The percentage of students’ motivation were as followed: 1) In pre research there was one student (3,12%) showed very low motivation, 5 students (15,62%) showed moderate motivation, 20 students (62,50%) showed high motivation, and 6 students (15,62%) showed very high motivation. 2) In the first cycle there was 1 student (3,12%) showed low motivation, 2 students (6,25%) showed moderate motivation, 16 students (50%) showed high motivation, and 13 students (40,62%) showed very high motivation. 3) In the second cycle there were 9 students (28,13%) showed high motivation and 23 students (71,87%) showed very high motivation. The result of t-test revealed that Ho was rejected. It was concluded that the implementation group dynamic games were able to increase motivation of students of class X F State Senior High School 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, Academic Year 2012/2013 to engage in classroom guidance session.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkah dan rahmat Allah SWT, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini

2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., P.Si., M.A, selaku sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini

3. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing dan mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati sehingga berguna untuk bekal hidup


(14)

xi

5. Drs. Maskur, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok, Sleman yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

6. Drs. Joko Wuryono, S.Pd, selaku koordinator Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Depok, Sleman yang bersedia membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian

7. Seluruh staf Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Depok, Sleman yang berkenan menerima dan memberikan saran bagi penulis dalam melaksanakan penelitian

8. Seluruh siswa SMA Negeri 1 Depok, Sleman khususnya siswa kelas XF Tahun Ajaran 2012/2013 atas kebersamaan dan kebahagiaannya saat penulis melaksanakan penelitian

9. Kedua orangtua tersayang, Bapak Didi Prayitno dan Ibu Suratmi yang tiada henti-hentinya memberikan motivasi, doa, kasih sayang dan segalanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

10. Adik-adikku Arif Edy Sugiarto, Andy Sulistiono, dan Erwin Setyo Pamungkas yang selalu mendukung penulis dengan penuh kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaan

11. Simbah Tukiyem, yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan dari penulis masih kecil hingga dewasa

12. Simbah Siti Sudarmi, yang selalu memotivasi dan memberikan doa kepada penulis


(15)

xii

13. Puteri Rahwamati Cahyani yang selalu menemani, memberikan motivasi dan semangat pada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan

14. Sahabat-sahabatku Vitally R. Fernando, Thomas Kris Susanto, Wiratama Rahman, Franciska Wening Panitis, Galih Herwin Prasetyo, Nupik Wahyu Widagdo, Aldian Putranto Hadi, Uut Triwiyarto, Rino Novidianta, Sadtya Edy Nugroho, Lisbeth Riany dan seluruh mahasiswa BK USD angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan kebahagiaan

15. Teman-teman kos “Amanah”atas kebersamaannya dan kebahagiaannya 16. Mas A. Priyatmoko, atas kesabaran dalam membantu penulis mengurus

administrasi perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini

17. Perpustakaan USD beserta karyawan perpustakaan atas pelayanan pada penulis selama penulis menyelesaikan studi

18. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Penelitian... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Bimbingan dan Bimbingan Klasikal ... 13


(17)

xiv

2. Pengertian Bimbingan Klasikal... 15

B. Motivasi ... 16

1. Pengertian Motivasi ... 16

2. Teori-Teori tentang Motivasi ... 19

3. Jenis–Jenis Motivasi ... 24

4. Fungsi Motivasi... 26

5. Motivasi Partisipasi... 28

C. Hakikat Dinamika Kelompok ... 31

1. Pengertian Dinamika Kelompok ... 31

2. Tujuan, Fungsi, Manfaat Dinamika Kelompok ... 33

3. Prinsip–Prinsip Penggunaan Dinamika Kelompok... 35

4. Permainan... 36

5. Efektivitas Dinamika Kelompok... 38

D. Kerangka Pikir ... 40

E. Hipotesis Tindakan... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 43

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 44

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44

D. SettingPenelitian... 45

E. Prosedur Penelitian... 47

F. Langkah Penelitian... 48

G. Teknik Pengumpulan Data... 51

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 52

I. Teknik Analisis Data... 57

J. Kriteria Keberhasilan ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 67


(18)

xv

2. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

Siklus I ... 75

3. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus II ... 93

4. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan ... 101

5. Hasil Uji Hipotesis ... 102

B. Pembahasan... 104

C. Keterbatasan Penelitian ... 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 109

B. Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA... 111


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Blue PrintPenyusunan Kuesioner Motivasi... 54

Tabel 2 Kriteria Panduan Pengamatan... 55

Tabel 3.Kriteria Panduan Wawancara Terstruktur Siswa ... 56

Tabel 4. Kriteria Skala Kiraan Sikap ... 56

Tabel 5.Daftar Indeks Korelasi ... 61

Tabel 6.Kategorisasi Skor Subjek ... 63

Tabel 7. Kategorisasi Skor Item... 64

Tabel 8.Kriteria Keberhasilan... 65

Tabel 9. Rancangan Kegiatan Pra Penelitian Tindakan Bimbingan ... 68

Tabel 10. Data Hasil Skala Kiraan Sikap... 71

Tabel 11. Perkembangan Skala Kiraan Sikap pada Siklus I ... 89

Tabel 12. Perkembangan Skala Kiraan Sikap pada Siklus II... 98

Tabel 13. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan ... 102


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993)... 47 Gambar 2. Kurva Hipotesis... 103


(21)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hasil Perbandingan Skor Item Pra penelitian dan Siklus I.... 87

Grafik 2. Hasil Perbandingan Skor Subjek Pra penelitian dan Siklus I... 88

Grafik 3. Perbandingan Skor Skala Kiraan Sikap Pra Penelitian dan Siklus I ... 90

Grafik 4. Perbandingan Skor Item Pada Siklus II ... 97

Grafik 5. Perkembangan Skor Subjek Pada Siklus II ... 98


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 115 Lampiran 2. Satuan Layanan Bimbingan... 117 Lampiran 3. Kisi-Kisi Penelitian... 139 Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 142 Lampiran 5. Rekapitulasi Data Penelitian... 151 Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian ... 155 Lampiran 7. Hasil Uji SPSS 15... 159 Lampiran 8. Presensi Siswa ... 162 Lampiran 9. Foto-Foto Penelitian ... 165 Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian ... 168


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses yang terjadi dalam kehidupan individu agar individu tersebut semakin berkembang dalam setiap tahap kehidupannya. Pendidikan dapat pula dipahami sebagai proses perkembangan diri individu yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan secara lebih mendalam dapat diartikan sebagai kegiatan yang mampu mengembangkan berbagai aspek kehidupan peserta didik dan mengintegrasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Pendidikan dapat pula dijadikan sebagai sarana perkembangan diri. Pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non formal. Pendidikan non formal dapat berupa pendidikan yang berasal dari lingkungan keluarga, sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan yang berada pada lingkup sekolah.


(24)

Proses pendidikan formal atau sekolah didukung oleh berbagai aspek. Aspek pendidikan di sekolah meliputi aspek pengajaran dan bimbingan. Keduanya merupakan 2 komponen yang berbeda secara teoritis namun dalam praktis keduanya saling berkaitan dan mendukung. Aspek pengajaran difungsikan untuk mengetahui perkembangan kognitif peserta didik. Aspek bimbingan berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui perkembangan peserta didik secara afeksi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tugas perkembangannya. Aspek pengajaran merupakan kajian guru bidang studi yang mengampu mata pelajaran. Aspek bimbingan di sekolah menjadi bidang kajian konselor sekolah yang mengampu bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling memandang peserta didik secara menyeluruh dan utuh. Hal terpenting dalam bimbingan dan konseling adalah sisi afektif peserta didik. Jelasnya bimbingan dan konseling lebih memandang, menyentuh, dan memfasilitasi peserta didik agar mampu berkembang secara utuh melalui sisi emosional atau afektif peserta didik. Bimbingan dan konseling memiliki peran membantu peserta didik agar mampu menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam diri meliputi pribadi, sosial, belajar dan karier. Selain itu bimbingan dan konseling di sekolah juga dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dalam dirinya secara optimal.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang baik dan tepat sasaran memerlukan strategi yang baik pula. Strategi yang baik dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling tentunya dapat mengikuti atau mentaati komponen dalam bimbingan dan konseling di sekolah. Pelaksanaan layanan bimbingan dan


(25)

konseling di sekolah meliputi pemberian layanan bimbingan klasikal dan layanan konseling. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki empat komponen yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem (Santoadi: 2010). Layanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dengan tujuan mengembangkan potensi atau skill yang dimiliki peserta didik.

Layanan bimbingan dilaksanakan melalui kegiatan di kelas dan di luar kelas. Layanan bimbingan di kelas biasa disebut bimbingan klasikal. Menurut Winkel dan Hastuti (2004:545) bimbingan klasikal adalah bimbingan kelompok yang dilakukan secara klasikal atau dilaksanakan dengan melibatkan seluruh siswa dalam suatu kelas di sekolah pada umumnya. Bimbingan klasikal dapat dipahami pula sebagai bimbingan secara kelompok yang besar (20-40 orang) dan berada dalam kelas. Bimbingan klasikal secara umum membantu peserta didik tanpa memandang ragam permasalahan peserta didik tetapi lebih memandang berdasarkan kebutuhan peserta didik.

Bimbingan klasikal merupakan bagian penting program bimbingan dan konseling dalam mengembangkan potensi peserta didik. Bimbingan klasikal mampu mendeteksi gejala awal masalah peserta didik sebelum menjadi lebih parah. Lebih jauh lagi, bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang diberikan oleh seorang guru bimbingan dan konseling yang bertujuan mencegah tidak terpenuhinya tugas-tugas perkembangan, mengembangkan, dan menerapkan sikap dan nilai kemanusiaan agar individu mampu meyelesaikan tugas-tugas


(26)

perkembangannya. Paparan tersebut memberikan gambaran pentingnya peran bimbingan klasikal bagi perkembangan peserta didik

Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal agaknya kurang menarik bagi peserta didik. Hal tersebut dapat ditandai dengan aktivitas peserta didik yang cenderung lebih senang dengan mengobrol di kelas, bemain HP atau membuat gaduh. Fakta tersebut sejalan dengan Djamarah dan Zain (2007:97) yang mengatakan bahwa gejala negatif dari bimbingan klasikal yaitu (1) peserta didik merasa bosan, (2) menyebabkan peserta didik menjadi pasif, (3) merasa tidak tertarik, (4) yang visual menjadi rugi, yang mendengarkan merasa jenuh. Kenyataan yang ada di lapangan tersebut, secara umum menunjukkan bahwa layanan bimbingan klasikal belum optimal menjadi pondasi dari layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan.

Layanan bimbingan klasikal merupakan bagian layanan dasar bimbingan dan konseling di sekolah. Hal tersebut menjadi tanggung jawab guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling dituntut lebih kreatif dalam merancang program bimbingan klasikal agar peserta didik benar-benar termotivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Selain itu dalam bimbingan klasikal, guru bimbingan dan konseling diharapkan lebih mampu mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan ide yang baru guna mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.

Guru bimbingan dan konseling hendaknya mampu mengembangkan suasana bimbingan yang lebih kondusif selama kegiatan layanan bimbingan klasikal berlangsung. Suasana bimbingan tersebut adalah adanya umpan balik


(27)

interaktif antara guru bimbingan dan konseling dan peserta didik. Adanya umpan balik tersebut berawal dari adanya motivasi peserta didik untuk mengikuti proses layanan bimbingan klasikal. Selain itu layanan bimbingan klasikal juga didukung dengan pemberian materi yang menarik. Peran guru bimbingan dan konseling sangat penting dalam memastikan bahwa materi yang diberikan dapat membuat peserta didik termotivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal.

Memotivasi peserta didik agar dengan senang hati mengikuti layanan bimbingan klasikal bukan suatu hal yang mudah. Guru bimbingan dan konseling dapat dengan kreatif menggunakan berbagai teknik dalam penyampaian materi bimbingan klasikal. Seperti diskusi, ceramah, dinamika kelompok, atau bermain peran. Namun salah satu teknik penyampaian materi yang dapat diberikan oleh guru bimbingan dan konseling adalah dengan dinamika kelompok.

Dinamika kelompok adalah studi mengenai interaksi dan interdepensi antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain dengan adanya feedback dinamis atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis antar individu sebagai anggota kelompok dengan memiliki tujuan tertentu. Dinamika kelompok dianggap dapat membuat suasana kelas terutama dalam bimbingan klasikal dapat berjalan dengan baik dan memiliki daya tarik untuk peserta didik. Menurut Nurihsan (2006:24) bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana dan penyelesaian masalah.

Dinamika kelompok menyuguhkan berbagai nilai-nilai afeksi yang dapat diserap oleh peserta didik. Nilai-nilai seperti kepemimpinan, kerjasama,


(28)

pemecahan masalah (problem solving), sosialisasi, tanggung jawab dan lain sebagainya bisa didapatkan jika prosesnya dilakukan dengan baik dan benar. Dinamika kelompok tidak hanya berbentuk diskusi saja namun bisa bermacam-macam seperti permainan. Permainan mengandung unsur dinamika kelompok yang kental. Permainan mengarah pada kekuatan dinamika kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah.

Permasalahan yang dialami peserta didik dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat berakar pada banyak faktor. Antara lain adalah faktor penggunaan metode bimbingan, media, dan materi bimbingan. Masalah-masalah tersebut dapat ditemukan di sekolah formal, baik negeri maupun swasta termasuk SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta peserta didik terutama di kelas X masih memiliki motivasi yang rendah dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Hal tersebut dapat ditandai dengan banyak siswa yang mengobrol dengan teman lain saat kegiatan bimbingan klasikal, pasif, ribut di kelas, berteriak di kelas hingga adanya siswa yang terlambat masuk kelas tiap kegiatan bimbingan klasikal akan dilaksanakan.

Data wawancara tersebut kemudian dikembangkan menjadi panduan pengamatan di kelas yang dilakukan oleh peneliti. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa peserta didik masih banyak beraktivitas sendiri di luar bimbingan. Peserta didik kurang memiliki inisiatif untuk bertanya. Lebih jauh lagi, peserta didik terlihat malu untuk sharing mengenai pengalamannya. Peserta didik membuat gaduh di kelas dan tidak memperhatikan guru bimbingan dan


(29)

konseling. Masalah ini kemudian bercabang menjadi beberapa permasalahan yaitu: peserta didik kurang aktif dalam kegiatan bimbingan klasikal, gaduh, dan acuh tak acuh saat mengikuti kegiatan bimbingan klasikal.

Berangkat dari kenyataan tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tindakan bimbingan dan konseling dengan judul “Peningkatan

Motivasi Siswa Dalam Mengikuti Layanan Bimbingan Klasikal Melalui

Dinamika Kelompok (Permainan) Pada Kelas XF SMA Negeri 1 Depok,

Sleman Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini dilakukan terutama terhadap kelas yang berdasarkan observasi dan data angket (pre-test) kurang memiliki motivasi dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan klasikal di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya penelitian tindakan yang dilakukan akan membuat kualitas bimbingan yang diberikan guru bimbingan dan konseling dapat meningkat. Sehingga peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan data pengamatan serta data wawancara masalah-masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang memiliki keberanian dalam bertanya atau berpendapat, peserta didik hanya menjawab saat ditanya oleh guru saja 2. Peserta didik gaduh saat bimbingan klasikal

3. Peserta didik lebih banyak mengerjakan tugas mata pelajaran lain saat bimbingan


(30)

4. Peserta didik lebih banyak aktif membicarakan hal lain bersama teman sehingga mengabaikan guru BK

5. Peserta didik tidak memahami sepenuhnya materi dalam layanan bimbingan klasikal

6. Peserta didik cenderung bosan pada materi bimbingan klasikal

C. Batasan Masalah

Bimbingan dan konseling pada dasarnya sangat luas jika dijabarkan menggunakan berbagai sudut pandang. Begitu pula kegiatan bimbingan klasikal yang menjadi sebuah pondasi dari bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan secara optimal. Pada penelitian ini, dibatasi masalah pada kegiatan bimbingan klasikal di kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman.

Begitu pula dalam kegiatan kelompok, mengingat luasnya pengertian kelompok maka yang menjadi fokus masalah pada penelitian ini adalah dinamika yang terjadi dalam kelompok kecil dalam permainan. Dinamika kelompok adalah sebuah proses interaksi yang terjadi diantara 2 orang atau lebih yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah bersama. Jenis kegiatan dinamika kelompok dalam penelitian ini adalah permainan. Bentuk permainan dipilih peneliti karena melihat permainan mampu menjadi sarana untuk mendapatkan berbagai macam nilai. Permainan mampu memfasilitasi adanya dinamika kelompok yang lebih koheren, sinergis, dan padu guna mengembangkan kepribadian peserta didik.


(31)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatkan melalui dinamika kelompok (permainan) pada kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Seberapa baik peningkatan motivasi siswa pada kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013 dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penerapan dinamika kelompok (permainan)?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui dinamika kelompok (permainan) pada kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Mengetahui seberapa baik peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui dinamika kelompok (permainan) pada kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.


(32)

F. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Teoritis

Mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang pendidikan khususnya pada Bimbingan dan Konseling (BK). Menggali upaya-upaya meningkatkan kualitas terutama layanan bimbingan klasikal dengan adanya penerapan dinamika kelompok yang semakin inovatif. 2. Praktis

a. Bagi peserta didik

Memiliki motivasi dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan klasikal sehingga mampu mengeksplorasi seluruh potensi-potensi dalam diri peserta didik yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi peserta didik.

b. Bagi guru BK

Menambah wawasan dan gambaran mengenai berbagai teknik penyampaian materi yang digunakan saat ini dalam memberikan layanan bimbingan klasikal khususnya dinamika kelompok (permainan). Selain itu, guru diharapkan mampu untuk semakin kreatif menyusun sendiri teknik penyampaian materi bimbingan yang mampu membuat peserta didik memiliki motivasi mengikuti layanan bimbingan klasikal yang tinggi dan akhirnya adalah adanya peningkatan mutu pendidikan.


(33)

c. Bagi peneliti lain

Dapat memberikan inspirasi dan referensi untuk penelitian sejenis.

G. Definisi Operasional

Menurut Suryabrata (dalam Purwanto, 2007:93) definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi operasional mengarah pada sifat konkrit yang dapat diamati. Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Motivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal

Motivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal merupakan dorongan yang dipicu oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam dan luar diri peserta didik kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman yang mendasari tingkah laku siswa dan ditunjukkan dengan sikap aktif, terlibat, bertanya, mendengarkan, memperhatikan, mencatat, memecahkan masalah, senang, menjawab pertanyaan, mengikuti perintah, tekun, semangat dan tertarik dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal.

2. Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan kegiatan interaksi 2 orang atau lebih yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama dan sifatnya saling bergantung positif guna memecahkan


(34)

masalah yang dihadapi dan mencapai tujuan secara efektif dan efisien di kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman.

3. Permainan

Permainan adalah aktivitas yang dilakukan sekelompok kecil siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman yang melibatkan proses belajar, mematuhi peraturan, disiplin diri dan adopsi peran-peran pemimpin yang berguna untuk mengembangkan komunikasi, penyaluran energi emosional yang terpendam, memecahkan masalah, merangsang kreativitas siswa dan dalam rangka mencari kesenangan serta kepuasan yang ditandai dengan

adanya “menang-kalah”

4. Siswa

Siswa yaitu semua peserta didik yang terdaftar pada kelas XF SMA Negeri Depok, Sleman Tahun Ajaran 2012/2013.


(35)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Bab ini berisi paparan mengenai kajian teori relevan yang mendasari bangunan konseptual penelitian tindakan ini yang meliputi: bimbingan klasikal, motivasi, hakikat dinamika kelompok, kerangka pikir, dan hipotesis tindakan.

A. Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Bimbingan

Mortensen dan Schmuller (1976) (dalam Nurihsan, 2006:7) menyatakan:

Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea.

Bimbingan dapat pula didefinisikan sebagai bagian dari program pendidikan secara keseluruhan yang membantu individu meraih kesempatan dan pelayanan dari konselor dimana setiap individu diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan kompetensinya secara terkonsep.

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agar individu tersebut memahami dirinya sendiri (Sukardi dan Kusmawati, 2008). Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial (Natawijaya, 1987:31). Lebih lanjut lagi Prayitno (2004:99) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat


(36)

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Surya (1988:12) menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Prayitno dan Amti (2004) menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Berdasarkan pengertian di atas bimbingan dapat diartikan sebagai suatu arahan atau pemberian bantuan yang bersifat sistematis yang diberikan oleh ahli kepada individu demi terpenuhinya tugas perkembangan individu. Melalui bimbingan diharapkan individu mampu mengembangkan pribadinya dan mandiri secara psikologis hingga akhirnya aktualisasi diri individu. Individu mampu berprestasi baik secara akademik maupun matang dari sisi psikologis namun tetap memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.


(37)

2. Pengertian Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel (1997: 519) bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalamannya di sekolah bagi dirinya sendiri. Bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan dengan topik-topik bimbingan yang relevan dan sejalan dengan kebutuhan siswa. Pada dasarnya bimbingan klasikal merupakan bentuk dan sarana pelayanan bimbingan yang diberikan konselor di dalam kelas dengan menyajikan materi yang telah disiapkan sebelumnya untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti, 2004). Bimbingan klasikal merupakan layanan bimbingan kelompok yang diberikan dalam suasana kelompok kelas di sekolah.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal diberikan oleh konselor kepada kelompok dalam kelas-kelas tertentu di sekolah. Sehingga dalam perkembangannya bimbingan kelompok semacam ini sering disebut bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal diberikan secara kontinyu dan sistematis sebagai bagian dari program bimbingan dan konseling. Peserta didik diharapkan mampu menyerap, mengevaluasi, dan merefleksikan nilai-nilai dalam bimbingan klasikal serta menyusun rencana dalam setiap langkap hidupnya dan dan mengambil keputusan dengan tepat.


(38)

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin, yaitu motivum. Kata motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Dalam bahasa Inggris, kata motivasi disebut motivation yang berasal dari kata motivum

(Wuryani, 2008: 329). Secara etimologi, motivasi berasal dari kata “motif”. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu.

Suryabrata (2006:70) menyatakan bahwa motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sependapat dengan hal itu, Handoko (1992;9) mengatakan pula bahwa motif adalah dorongan/ alasan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu/ melakukan tindakan/ bersikap

tertentu. Petri (1981:3) menyatakan bahwa “motivation is the concept we use when we described the forces acting on or within an organism to initiate and direct behavior. Motivasi adalah sebuah konsep untuk menggambarkan kekuatan tindakan sadar dan atau spontan suatu organisme.

Motif juga dapat diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu (Hamzah, 2008:3). Jadi motivasi adalah suatu daya, energi dan tenaga yang telah aktif dalam diri seseorang, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya (Handoko,1992: 9). Dengan motivasi seseorang didorong untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih


(39)

baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2008:3). Jadi motif adalah sesuatu yang bersifat internal diri seseorang yang melatarbelakangi timbulnya berbagai perilaku untuk mencapai tujuan tertentu.

Djamarah (2008:148) mendefinisikan bahwa motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berarti pula sebuah jembatan yang menjembatani antara konsep abstrak dalam diri manusia ke perilaku yang lebih konkrit. Sebagai contoh, jika manusia lapar maka ia akan membeli makan atau memasak. Motivasinya adalah manusia ingin kenyang, maka timbul perilaku memasak atau membeli makan. Intinya adalah setiap perilaku manusia baik positif maupun negatif semua didasari oleh adanya motivasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Mc Donald sebagaimana dikutip oleh Sardiman (2007:73) menjelaskan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Pengertian yang dikemukakan Mc. Donald (dalam Sardiman 2007:73) mengandung tiga elemen penting yaitu:

a. Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.


(40)

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau “feeling”, afeksi

seseorang. Motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena dorongan oleh adanya unsur lain yaitu tujuan; tujuan tersebut akan menyangkut soal kebutuhan.

Berdasarkan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadi suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan membuat persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Hal ini di dorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan dan bila seseorang tidak senang, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak senang tersebut. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi tersebut tumbuh dalam diri seseorang.

Menurut Hull sebagaimana dikutip oleh Handoko (1992:71), motivasi merupakan kesatuan atau kumpulan umum dari energi yang bisa mengaktifkan baik tingkah laku-tingkah laku instingtif maupun tingkah laku-tingkah laku yang dipelajari. Sejalan dengan itu, Mulyani sebagaimana dikutip oleh Nasution (1996) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu konstruksi yang


(41)

potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu. Motivasi dapat dibentuk oleh berbagai pengalaman hidup individu sehingga akan sangat mempengaruhi perilaku manusia secara umum.

Konsep dasar motivasi adalah bahwa motivasi manusia merupakan sesuatu dari dalam diri manusia yang mendorong terjadinya perilaku. Motivasi didasari adanya akan pemenuhan kebutuhan manusia. Motivasi sangat penting dalam menggerakkan manusia secara umum. Daya-daya penggerak inilah yang kemudian membentuk, melakukan, dan mengarahkan perilaku seseorang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sebagai penentu (determinan) perilaku. Pendapat tersebut sejalan dengan Irwanto, dkk (1994) yang menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku.

Sejalan dengan pengertian di atas motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dari dalam diri maupun dari luar diri individu yang melatar belakangi terjadinya perilaku individu. Motivasi tersebut digunakan dalam memenuhi kebutuhan individu.

2. Teori-Teori tentang Motivasi

Motivasi merupakan bidang kajian yang sering dipelajari oleh para ahli psikologi di dunia. Ini dapat dimengerti mengingat banyaknya variabel yang mendasari terjadinya perilaku manusia. Pengetahuan akan motivasi ini akan banyak membantu dalam meramalkan dan mengendalikan


(42)

dampak-dampak dari suatu keadaan tertentu terhadap kehidupan manusia. Motivasi dapat berasal dari dalam diri manusia baik yang bersifat biologis maupun psikologis serta dari lingkungan maka teori-teori banyak didasarkan pada aspek yang menjadi pusat perhatian para ahli. Handoko (1992) menyebutkan teori-teori motivasi sebagai berikut:

a. Teori Kognitif

Dasar pandangan ini adalah bahwa manusia adalah makhluk rasional yang digerakkan oleh kemampuan berpikirnya. Semakin individu inteligen dan berpendidikan otomatis individu tersebut akan semakin baik perbuatan-perbuatannya, dan secara sadar melakukan perbuatan-perbuatan untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku tidak digerakkan oleh motivasi melainkan oleh rasio. Oleh karena itu dalam pandangan ini tidak dikenal perbuatan-perbuatan di luar kontrol rasio.

Teori ini juga melihat pentingnya fungsi kehendak yang disejajarkan dengan fungsi perasaan dan berpikir. Namun kelemahan teori ini adalah tidak dapat menjelaskan perbuatan-perbuatan manusia di luar kontrol manusia. Sehingga teori ini tidak mampu menjelaskan adanya perbuatan-perbuatan yang tidak disadari. Pertanyaan yang muncul pada teori ini adalah jika kemampuan berpikir seorang individu semakin rendah maka apakah mungkin jika perilakunya akan semakin tidak baik?.


(43)

Teori ini berpendapat bahwa segala perbuatan manusia itu bertujuan hanya satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan. Entah disadari atau tidak disadari dan entah timbul dari kekuatan luar maupun kekuatan dalam manusia adalah makhluk hedonis. Teori ini menuai kritikan dari banyak ahli karena dianggap hanya hanya memandang pengalama seseorang saja sehingga subjektivitasnya tinggi. Sebagai contoh adalah jika perbuatan menyuntik tangan dengan narkoba dianggap mencari kesenangan maka orang lain belum tentu berpendapat demikian. Orang lain akan menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang menyakitkan.

Jika teori ini dikaitkan dengan motivasi maka dapat dikatakan bahwa tindakan seseorang sangat bergantung pada antisipasi/ ekspektansi seseorang terhadap objek/ rangsang yang dihadapinya. Antisipasi positif terhadap rangsang akan menimbulkan reaksi mendekat, sedangkan antisipasi negatif terhadap rangsang akan menimbulkan reaksi menjauh terhadap rangsang. Teori hedonistis ini

menggunakan “affectivearousal model” yang intinya mengatakan

bahwa setiap rangsang pada hakikatnya telah membawa keadaan yang menimbulkan rasa enak atau tidak enak.

c. Teori Insting

Teori ini memiliki dasar pemikiran bahwa kekuatan-kekuatan biologis yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu.


(44)

Irwanto, dkk (1994:198) menambahkan bahwa insting merupakan suatu disposisi (kecenderungan) yang ditentukan secara genetis untuk berperilaku dengan cara tertentu bila dihadapkan pada rangsang-rangsang tertentu. Teori ini menyebutkan bahwa perilaku manusia dan binatang tidak ada perbedaan yang berarti karena perilaku keduanya didasarkan pada kekuatan biologis yang dibawa sejak lahir.

Kritik pada teori ini adalah sulitnya membuat daftar mengenai insting manusia. Karena manusia selalu berkembang maka setiap kali akan menambahkan daftar insting, maka akan timbul insting baru yang belum pernah dialami. Teori insting sangat mempengaruhi perilaku manusia namun demikian tidak mampu menjelaskan perilaku manusia secara keseluruhan.

d. Teori Psikoanalitis

Teori psikoanalitis merupakan pengembangan dari teori insting. Sigmund Freud, tokoh dari teori ini mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan dasar yaitu insting kehidupan (eros) dan insting kematian (thanatos). Insting kehidupan mendorong manusia untuk tetap hidupa dan berkembang, sedangkan insting kematian mendorong ke arah penghancuran diri. Berdasarkan dua kekuatan inilah Freud membagi motif manusia menjadi 2 yaitu motif seksual dan motif menyerang.

Teori ini juga menjelaskan adanya perilaku yang timbul akibat motif yang tidak disadari. Motif yang tidak disadari timbul akibat


(45)

adanya batasan atau larangan yang menekan seksual dan motif menyerang. Berbeda dengan teori lain, teori psikoanalitis telah menjelaskan adanya perilaku yang timbul akibat motif tidak sadar manusia walaupun belum secara kompleks. Kritik terhadap teori ini bahwa mimipi, salah ucap, dan lain-lain adalah akibat dari motif tidak disadari.

e. Teori Keseimbangan

Teori keseimbangan (homeostasis) berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Manusia selalu ingin mempertahankan keseimbangan dalam dirinya. Jika manusia mengalami ketidakseimbangan maka manusia akan segera bertindak untuk mencari keseimbangan. Manusia bisa dikatakan selalu mencari keseimbangan yang didasarkan pada kebutuhan agar terpenuhi. Berbeda dengan binatang jika mereka merasa lapar maka binatang akan mencari makan setelah itu selesai. Manusia jika merasa lapar akan mencari makan namun belum tentu selesai misalnya setelah makan manusia merasa mengantuk maka ia membutuhkan tidur. Manusia tidak pernah diam karena selalu mencari keseimbangan.

f. Teori Dorongan

Teori ini tidak berbeda dengan teori keseimbangan, perbedaannya hanya teori dorongan lebih menekankan pada hal yang mendorong terjadinya perilaku. Ada suatu tenaga dari dalam diri manusia yang


(46)

menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Teori dorongan ini mendukung adanya teori keseimbangan. Dorongan adalah suatu usaha (otomatis) untuk dapat mengembalikan keadaan seimbang dalam diri manusia.

Jika melihat beberapa teori yang telah dipaparkan di atas, maka teori yang paling relevan dengan adanya perilaku siswa yang kurang termotivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal adalah teori hedonistis. Seperti yang telah dipaparkan bahwa teori hedonistis berpendapat bahwa perilaku manusia pada dasarnya adalah untuk mencari kesenangan dan menghindari sesuatu yang menyakitkan. Kaitannya dengan penelitian ini adalah siswa cenderung melihat bahwa penyampaian materi guru bimbingan dan konseling ada indikasi membosankan bagi siswa dan itu dianggap menyakitkan bagi siswa. Oleh sebab itu, siswa kemudian mengalihkan perhatiannya dan dirinya ke hal-hal yang menyenangkan dan membuat dirinya senang seperti mengobrol dengan teman lain, gaduh, jalan-jalan di kelas dan lain sebagainya.

3. Jenis–Jenis Motivasi

Motivasi pada umumnya dibedakan menjadi 2 yaitu, motivasi yang pemicunya berasal dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan motivasi yang pemicunya berasal dari luar diri individu (motivasi ekstrinsik). Pembagian motif menjadi motif intrinsik dan motif ekstrinsik didasarkan pada datangnya penyebab suatu tindakan (Handoko, 1992:41).


(47)

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Djamarah, 2008: 149). Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam mata pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya.

Anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Anak didik yang memiliki motivasi intrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat, memiliki kemauan belajar secara terus-menerus, belajar secara terencana dan terjadwal, dan senang membaca buku pelajaran.

Anak didik belajar bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan pujian orang lain atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena keinginan kuat untuk maju dan memperoleh keberhasilan. Tanpa diberikan janji-janji yang muluk-muluk pun siswa rajin belajar.

Perintah tak diperlukan, karena tanpa perintah, siswa sudah taat belajar pada jadwal belajar yang dibuatnya sendiri. Peserta didik yang


(48)

memiliki motivasi intrinsik memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti, melaksanakan proses yang terjadi dan menerapkan apa yang didapatkan dalam bimbingan klasikal. Siswa mau dengan

sendirinya memiliki “greget”dalam menguasai kompetensi tertentu. b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Djamarah,2008:151). Motivasi ekstrinsik ini bukan berarti tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan tetap dibutuhkan. Hal ini dikarenakan keadaan siswa yang dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga perlu motivasi ekstrinsik (Sardiman, 2007:91)

4. Fungsi Motivasi

Siswa didik dalam kegiatan di sekolah merupakan subjek utama pendidikan. Diharapkan siswa mampu berprestasi dengan mencurahkan perhatian sepenuhnya dalam kegiatan di sekolah. Berkaitan dengan kegiatan bimbingan klasikal, siswa diharapkan menaruh perhatian terhadap materi bimbingan klasikal. Sehingga kompetensi yang disampaikan dapat dikuasai.

Faktanya, ada siswa yang malah tidak memperhatikan bahkan tidak terlibat secara psikis dalam kegiatan bimbingan klasikal. Motivasi intrinsik siswa tidak ada sehingga dibutuhkan suntikan motivasi ekstrinsik. Guru BK


(49)

harus lebih aktif dalam memaksimalkan fungsi-fungsi motivasi tersebut. Sejalan dengan itu Djamarah (2008) menyatakan baik motivasi intrinsik dan motivasi motivasi ekstrinsik, keduanya berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi tingkah laku. Ketiganya menyatu dan terimplikasi dalam perbuatan siswa.

Lebih lanjut lagi fungsi motivasi dibagi menjadi 3 (Djamarah, 2008:157), yaitu :

a. Motivasi sebagai pendorong kegiatan

Motivasi diawali dengan adanya ketertarikan pada suatu hal sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan usaha konkrit untuk mendapatkannya atau untuk melakukannya. Bisa pula motivasi diawali dengan adanya rasa tidak suka sehingga timbul keinginan untuk menjauhi atau mengabaikan suatu hal tersebut. Pendorong kegiatan ini tidak terlepas dari adanya rasa ingin tahu yang ingin dicari oleh manusia sehingga muncullah minat sebagai awal terjadinya motivasi. Rasa ingin tahu dari seseorang mendorong individu tersebut untuk berusaha memuaskan rasa ingin tahunya. b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Setelah adanya rasa ingin tahu maka seseorang akan mulai melakukan tindakan demi memuaskan rasa ingin tahunya tersebut. Individu akan mulai aktif melakukan tindakan setelah didorong oleh rasa ingin tahu. Sikap ini terjadi sebagai akibat dari adanya motivasi yang menggerakkan perilaku.


(50)

c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Motivasi sebagai pengarah perbuatan ini tidak terlepas dari tujuan yang akan dicapai oleh individu. Tujuan yang akan dicapai ini mengarahkan individu untuk semakin kuat meraih tujuan.

Jika motivasi dikaitkan dengan siswa maka Sardiman (2001:81), menyebutkan bahwa motivasi yang ada pada diri siswa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya h. Senang mencari dan memecahkan masalah

5. Motivasi partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation”, adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan (Suryosubroto 2002:278). Keit Davis (dalam Suryosubroto, 2002:279) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang untuk pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Menurut Tjokrowinoto (dalam Suryosubroto, 2002:278) partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir


(51)

dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggungjawab terhadap tujuan tersebut.

Berdasarkan definisi partisipasi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi di mana siswa diikutsertakan dalam suatu penyelesaian masalah dan juga memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.

Partisipasi siswa dalam suatu kegiatan bimbingan dapat terlihat pada aktivitas siswa. Menurut Sardiman (2009:101) partisipasi dapat terlihat aktivitas fisiknya, yang dimaksud adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, berbuat sesuatu, bermain, atau bekerja. Peserta didik tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau pasif. Aspek aktivitas fisik dan aktivitas psikis antara lain:

1. Visual activities : membaca dan memperhatikan

2. Oral activities : menyetakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya

3. Listening activities: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi 4. Writing activities : menulis, menyalin

5. Drawing activities: menggambar, membuat grafik, peta dan sebagainya


(52)

7. Mental activities : menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan

8. Emotional activities: menaruh minat, merasa bosan, gembira, tenang, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi partisipasi siswa merupakan adanya dorongan dari dalam maupun luar diri siswa sehingga siswa mau, tertarik, dan melibatkan diri atau psikisnya dalam suatu kegiatan bimbingan klasikal untuk mencapai suatu tujuan yaitu penguasaan nilai-nilai kehidupan. Berbagai macam partisipasi siswa di kelas tersebut akan mempengaruhi proses bimbingan itu sendiri. Semakin siswa memiliki partisipasi tinggi maka akan semakin tercipta suasana bimbingan yang efektif.

Motivasi partisipasi siswa pada bimbingan klasikal dapat membantu siswa mendapatkan pengetahuan yang bermakna. Dengan berpartisipasi, siswa akan berperan dalam proses perkembangan dirinya sendiri sehingga secara sadar akan menuntun kemandirian sekaligus belajar berinteraksi dengan sesama. Tidak ada proses bimbingan tanpa partisipasi dan keaktifan peserta didik yang melakukan kegiatan. Setiap peserta didik pasti termotivasi dalam mengikuti bimbingan. Perbedaannya hanya terletak pada kadar/ bobot motivasi peserta didik dalam mengikuti bimbingan, ada yang rendah, sedang, atau tinggi.

Guru dapat meningkatkan motivasi partisipasi siswa dengan melakukan berbagai kegiatan yang dapat direncanakan sebelumnya.


(53)

Kebanyakan siswa tidak akan melakukan partisipasi aktif dengan inisiatif mereka sendiri tanpa stimulus dan dorongan yang dilakukan oleh guru BK melalui berbagai metode yang telah disiapkan. Untuk itu diperlukan kreativitas dan komitmen guru BK dalam memberikan dorongan-dorongan tersebut agar siswa terbiasa dan dapat berpartisipasi aktif dalam bimbingan klasikal.

Guru bimbingan dan konseling tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa. Namun guru bimbingan dan konseling mampu membawa sikap untuk aktif dalam berbagai metode pada bimbingan klasikal. Guru bimbingan dan konseling dapat pula mengarahkan siswa untuk lebih berperan serta, lebih terbuka, dan sensitif dalam kegiatan bimbingan klasikal, sehingga mampu menciptakan suasana kelas yang hidup, yaitu ada interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan bimbingan klasikal, berarti kita mengembangkan kapasitas diri siswa dan potensi siswa secara penuh.

C. Hakikat Dinamika Kelompok

1. Pengertian Dinamika Kelompok

Jika kita berbicara mengenai kelompok maka ruang lingkupnya akan sangat luas. Membicarakan mengenai dinamika kelompok tidak dapat dilepaskan dari tokoh pentingnya yaitu Kurt Lewin. Lewin merupakan tokoh penting yang menunjukkan hubungan antara pengetahuan dinamika kelompok


(54)

dengan keterampilan kelompok kecil yang ada pada dunia nyata. Dinamika kelompok adalah suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih berkonsentrasi pada pengetahuan tentang hakikat kehidupan berkelompok yang menunjukkan kemajuan (Johnson dan Johnson, 2012). Bukan hanya mengenai apa saja yang ada dalam kelompok namun dinamika kelompok lebih menekankan pada interaksi dalam kelompok dan adanya usaha bersama menumbuhkembangkan pribadi dalam kelompok.

Berbeda dengan kegiatan instruksional (pembelajaran) mata pelajaran yang pada umumnya menekankan prosedur didaktis, penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok/ klasikal lebih menekankan penggunaan teknik dinamika kelompok (group dynamic) atau cara-cara kegiatan kelompok lainnya (Winkel & Sri Hastuti, 2004). Cartwright (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004:549) menunjukkan beberapa implikasi dari dinamika kelompok yang diterapkan dalam layanan bimbingan atau konseling kelompok terhadap kerjasama antarpeserta dalam kelompok yang berusaha menghasilkan berbagai perubahan dalam pribadi para anggota, yaitu rasa keterikatan yang kuat terhadap kelompok; daya tarik terhadap kegiatan kelompok bagi masing-masing anggota; relevansi dari sikap, pandangan, dan perilaku yang akan diubah bagi semua anggota kelompok; penghargaan dari anggota yang satu terhadap yang lain, sehingga semua sumbangan pikiran dan perasaan diakui dan diterima; kesepakatan bersama mengenai tuntutan untuk berubah diri dan ke arah mana perubahan itu harus diusahakan. Menurut Sudjarwo (2011:16)


(55)

kata kunci dari dinamika kelompok adalah pada kekompakan atau kesatuan kelompok (unity).

Prayitno, dkk (1998:90-91), menegaskan bahwa layanan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok pada dasarnya difasilitasi dengan penerapan dinamika kelompok atau group proccess yang menekankan keterlibatan aktif seluruh anggota kelompok untuk melahirkan kualitas-kualitas sebagai berikut: (1) Membina keakraban dalam kelompok, (2) Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok, (3) Bersama-sama mencapai tujuan kelompok, (4) Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok, (5) Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok, (6) Berkomunikasi secara bebas dan terbuka, (7) Membantu anggota lain dalam kelompok, (8) Memberikan kesempatan kepada anggota lain dalam kelompok, dan (9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok. Nurihsan (2006:24) menyatakan pula bahwa bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana dan penyelesaian masalah.

2. Tujuan, Fungsi, Manfaat Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan studi mengenai interaksi dan ketergantungan positif antara masing-masing individu dalam kelompok. Dinamika kelompok mengedepankan proses dalam sebuah kelompok untuk membangun karakter individu. Melalui proses dalam kelompok tersebut diharapkan potensi-potensi individu menjadi berkembang secara optimal.


(56)

Memahami konsep dinamika kelompok akan lebih mudah jika kita memahami tujuan dari dinamika kelompok. Tujuan dinamika kelompok antara lain:

a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai

b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain

c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok

d. Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota

kelompok

Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok adalah:

a. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri dalam masyarakat) b. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika

kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)

c. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif, dan efisien (dalam dinamika kelompok


(57)

pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)

d. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

3. Prinsip–Prinsip Penggunaan Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok sesungguhnya mengacu pada perkembangan individu melalui proses dalam kelompok. Proses dalam kelompok tersebut menjadi kuat karena didasari kesamaan tujuan dari masing-masing individu. Begitu pula dalam persamaan struktur dasar dalam tiap kelompok.

Semua kelompok mempunyai struktur dasar, yaitu peraturan dan norma-norma. Produktivitas kelompok bergantung pada lima unsur dasar (saling ketergantungan yang positif, pertanggung jawaban individu, interaksi yang memajukan, penggunaan keterampilan kelompok yang sesuai, proses dalam kelompok). Hal ini dikarenakan semua kelompok itu efektif. Menurut Johnson dan Johnson (2012) untuk menjadi efektif semua kelompok harus memenuhi:

a. Adanya komitmen satu sama lain untuk memperjelas tujuan bersama yang menekankan saling ketergantungan anggotanya

b. Adanya komunikasi yang tepat dan lengkap sesama anggotanya

c. Adanya sikap kepemimpinan dan pengaruh yang sesuai antar sesama anggota kelompok


(58)

d. Adanya prosedur pengambilan keputusan yang sesuai dengan situasi yang dihadapi sehingga meyakinkan bahwa semua cara penyelesaian masalah itu baik dan penghargaan atas pendapat masing-masing anggota kelompok

e. Adanya pemecahan konflik dengan cara yang membangun

4. Permainan

Dinamika kelompok merupakan studi yang mempelajari perkembangan individu dalam proses kelompok. Melalui kegiatan kelompok yang beraneka ragam diharapkan individu mampu memperkuat karakternya sebagai individu yang utuh. Salah satu jenis kegiatan yang mampu mengusung aktivitas dinamika kelompok adalah permainan. Games menurut Echols dan Shadily (1996) dalam kamus Inggris-Indonesia berarti permainan. Permainan,

bermain atau padanan kata dalam bahasa Inggris disebut “games” (kata benda), “to play” (kata kerja), “toys” (kata benda) ini berasal dari kata main berarti melakukan perbuatan untuk tujuan bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu atau tidak); perbuatan sesuatu dengan sesuka hati, berbuat asal saja. (Wardani, 2009). Sejalan dengan pendapat di atas Ahmadi & Sholeh (2005) menyatakan permainan adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu melakukan kegiatan tersebut.

Zulkifly (2003) menjelaskan bahwa permainan merupakan kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung jawab. Secara umum permainan adalah sesuatu yang menyenangkan dan


(59)

menghibur, yang tidak memiliki tujuan ekstrinsik dan tujuan praktis. Permainan tersebut bersifat sukarela.

Gamesatau permainan adalah aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya

pencarian “menang-kalah” (Ismail, 2006). Pada pengertiangames, kesenangan dan kepuasan diperoleh melalui keterlibatan orang lain, tanpa hadirnya pihak kedua sebagai lawan, maka games tidak akan terjadi.

Bermain dipandang sebagai suatu perilaku yang muncul secara alamiah yang dapat ditemukan dalam kehidupan manusia dan binatang. Adakalanya bermain merupakan aktivitas sukarela dan spontan yang tidak memiliki titik akhir atau tujuan tertentu. Bermain secara intrinsik didorong oleh hasrat untuk bersenang-senang (Schaefer, 2001). Bermain mempunyai sifat: simbolis, penuh arti, aktif, menyenangkan, kerelaan, pembangunan peran, episode. Menurut Santrock (2006) bermain (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Bermain merupakan suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Bermain sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Hurlock (1997) berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Kegiatan bermain dilaksanakan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luat. Intinya, games bersifat sosial, melibatkan proses belajar, mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, dan kontrol


(60)

emosional dan adopsi peran pemimpin dengan pengikut yang kesemuanya merupakan komponen penting dari sosialisasi (Rusmana, 2009). Melalui games, seseorang dapat mengekpresikan agresi dalam cara-cara yang dapat diterima secara sosial. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bermain dan permainan yang diciptakan oleh manusia untuk memberikan keluaran-keluaran (outlets) kemarahan dan permusuhan yang dapat diterima yang merupakan jiplakan dari respons bertempur atau berkelahi (Rusmana, 2009).

Hurlock (1991) berpendapat bahwa bermain memiliki andil yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah: dapat mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya, belajar berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, merangsang kreativitas anak, membandingkan kemampuan yang mereka miliki, membangun konsep diri yang lebih nyata, belajar bermsyarakat, menemukan standar moral, belajar bermain peran, belajar bekerja sama, melatih kejujuran, sportivitas dan lain sebagainya.

5. Efektivitas Dinamika Kelompok

Penelitian tentang penerapan dinamika kelompok khususnya permainan telah banyak dilakukan oleh orang lain. Salah satu penelitian tentang dinamika kelompok adalah penelitian Sofiyatun dari IKIP PGRI Semarang. Penelitian tersebut merupakan skripsi yang berjudul “Efektivitas Permainan Dinamika Kelompok Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kerjasama Siswa (Penelitian Eksperimen Kelas X. TSM) SMK


(61)

N 1 Sayung Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 36 orang siswa. Hasil penelitian menyatakan bahwa dari perhitungan uji t hitung (5,246) > t tabel (2,03), maka hipotesis kerja (Ha)

“Permainan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan Kelompok Efektif dalam Meningkatkan Kerja Sama Siswa Kelas X SMK N 1 Sayung Tahun Ajaran

2012/2013” dapat diterima.

Penelitian lain mengenai dinamika kelompok dilakukan oleh Yulia Risma Dame, Rahma Widyana, & Sri Muliati Abdullah dari Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Menggala Yogyakarta sekarang Universitas

Mercubuana Yogyakarta. Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Pendidikan Seksualitas Dasar dengan Menggunakan Dinamika Kelompok Terhadap Penurunan Kecenderungan Perilaku Seksual Pada Remaja”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan subjek 40 orang siswa kelas XI SMA. 40 orang siswa kemudian terbagi atas 2 kelompok kecil. Kelompok eksperimen terdiri atas 20 orang siswa yang mendapatkan pendidikan seksual dasar menggunakan dinamika kelompok. Sedangkan kelompok kontrol terdiri dari 20 orang siswa yang tidak mendapatkan perlakuan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mengalami penurunan kecenderungan perilaku seksual lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan analisis data pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas dasar dengan


(62)

menggunakan metode dinamika kelompok efektif untuk menurunkan kecenderungan perilaku seksual remaja.

Berdasarkan kedua penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok efektif dalam meningkatkan suatu variabel tertentu. Dengan kata lain dinamika kelompok telah teruji dalam meningkatkan atau menurunkan suatu variabel penelitian. Berangkat dari hal tersebut maka dinamika kelompok khususnya dalam bentuk permainan dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Dinamika kelompok selain menyajikan suatu kegiatan yang berbeda dengan kegiatan bimbingan konvensional, dinamika kelompok mampu membuat suasana kelas yang berbeda, dinamis, dan interaktif. Sehingga siswa diharapkan dapat merasa senang dalam belajar sehingga seperti belajar sambil bermain.

D. Kerangka Pikir

Peneliti menggunakan dinamika kelompok sebagai upaya perbaikan terhadap motivasi siswa mengikuti layanan bimbingan klasikal. Selama ini guru dengan berbagai usaha telah menyiapkan metode bimbingan yang inovatif namun dalam kenyataannya belum bisa meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal. Siswa lebih banyak aktif bukan dalam kegiatan terkait dengan materi bimbingan namun lebih banyak aktif dalam hal seperti ribut, ramai dan gaduh di kelas. Siswa cenderung pula malu atau bersikap tertutup dalam mengungkapkan masalah. Siswa merasa bahwa dirinya mampu menyelesaikan


(63)

masalah tersebut sendiri sehingga permasalahan siswa dipendam sendiri. Hal ini yang membuat bimbingan klasikal kurang efektif sampai pada siswa. Padahal jika melihat visi dan misi pendidikan nasional yang mengangkat tema character building, masalah-masalah yang timbul seperti di atas akan menghambat tercapainya visi dan misi tersebut.

Untuk itulah perlu ada sebuah metode yang membuat motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal benar-benar tinggi. Salah satu metode yang dimungkinkan mampu meningkatkan motivasi siswa adalah metode dinamika kelompok. Dinamika kelompok memiliki keunggulan dalam membangkitkan semangat, gairah, minat, dan motivasi siswa untuk terlibat dalam mengikuti kegiatan layanan. Sehingga dengan demikian siswa senang, puas, gembira dalam mengikuti layanan, dan muncul niat untuk memperbaiki diri setelah mengikuti kegiatan tersebut. Jika sudah ada motivasi dari dalam diri siswa untuk mengikuti layanan bimbingan klasikal maka hal ini akan berdampak pada perilaku di kelas. Hal ini juga akan membuat siswa mau dan mampu meresapi pengalaman karena siswa tertarik terlebih dahulu dengan bimbingan klasikal.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha : Motivasi siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatkan dengan menggunakan dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam bentuk permainan


(64)

Ho : Motivasi siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal tidak dapat ditingkatkan dengan menggunakan dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam bentuk permainan


(65)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi paparan mengenai penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Metodologi penelitian meliputi: jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, langkah penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan kriteria keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR) adalah proses pengkajian masalah bimbingan di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2009: 26). Menurut Joni (1998: 5) penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana pembelajaran tersebut dilakukan. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif, terencana dan dilaksanakan secara sistematis guna memperbaiki suatu masalah yang ada pada kelas tertentu sehingga masalah tersebut dapat diatasi dan kegiatan pendidikan dapat berlangsung secara optimal. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas dalam konteks


(66)

proses pelaksanaan bimbingan dan konseling. Sehingga penelitian ini menjadi bagian dari penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Penelitian ini mengkaji masalah motivasi siswa yang masih rendah dalam mengikuti proses layanan bimbingan klasikal. Selanjutnya diberikan tindakan perbaikan berupa penerapan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan sebagai upaya peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal di sekolah.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Kelas ini terdiri dari 32 siswa dengan 10 siswa laki-laki dan 22 siswi perempuan. Objek penelitian ini adalah motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan klasikal yang dilakukan dengan menggunakan metode dinamika kelompok yang diterapkan dalam bentuk permainan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada jam bimbingan klasikal. Selanjutnya, penelitian ini dilaksanakan pada jam ke 0 setiap hari Kamis tiap minggunya. Pelaksanaannya pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada bulan April hingga Juni. Tempat penelitian ini adalah di kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Lokasi SMA Negeri 1 Depok, Sleman terletak di Desa Babarsari, kecamatan Depok, kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(67)

D. SettingPenelitian

Penelitian ini menggunakan setting kelas dan setting kelompok. Data diperoleh pada saat proses bimbingan klasikal yang dilaksanakan di dalam kelas dan kelompok.

1. Partisipan dalam Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif dan beberapa teman pengamat, yaitu:

a. Mitra Kolaboratif

Nama : Drs. R. Joko Wuryono

NIP : 19571207 198803 1 001

Pangkat/ Gol. : Pembina / IV. a

Jabatan : Koordinator BK SMA Negeri 1 Depok b. Pengamat 1

Nama : Puteri Rahmawati Cahyani

NIM : 091114061

Status : Mahasiswa BK USD

c. Pengamat 2

Nama : Thomas Kris Susanto

NIM : 091114085


(68)

2. Topik Bimbingan

Upaya perbaikan akan dilaksanakan selama 2 siklus. Masing-masing siklus adalah satu pertemuan selama 45 menit. Adapun topik bimbingan pada siklus-siklus perbaikan adalah sebagai berikut:

a. Siklus 1

Fokus Penelitian : Meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal

Topik Bahasan : Komunikasi yang baik

Waktu : 16 Mei 2013 Pukul 06.30–07.15 WIB Tempat : Ruang kelas XF dan Halaman Upacara SMA

Negeri 1 Depok Jumlah Siswa : 32 Orang b. Siklus 2

Fokus Penelitian : Meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal

Topik Bahasan : Kerjasama

Waktu : 28 Mei 2013 Pukul 06.30–07.15 WIB Tempat : Ruang kelas XF dan Halaman Upacara SMA

Negeri 1 Depok Jumlah Siswa : 32 Orang 3. Pengorganisasian Kelas

Pengorganisasian kelas dalam penelitian ini dibagi menjadi kelompok kecil. Kelompok tersebut terdiri atas 5-6 siswa atau 8-9 siswa tergantung


(69)

kebutuhan setiap permainan yang dimainkan. Melalui pengamatan dalam kelompok kecil, data-data akan lebih kaya sehingga mempermudah untuk analisis data.

E. Prosedur Penelitian

Menurut model Hopkins (1993) PTK mencakup empat langkah utama namun diawali dengan adanya identifikasi masalah. Keempat langkah utama tersebut, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut bersifat spiral dan dipandang sebagai satu siklus (Wiriatmadja, 2005: 66). Keempat langkah tersebut tergambar dalam gambar di bawah ini:

Gambar 1.

Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) (dalam Sanjaya, 2009:54)

Bagan PTK di atas dapat diartikan bahwa setiap tahapan penelitian wajib dilakukan agar memperoleh hasil yang sesuai dengan kriteria keberhasilan PTK itu sendiri. Berdasarkan bagan PTK dapat diketahui bahwa kegiatan penelitian


(1)

Dokumentasu Siklus I

Peneliti memulai perm yang akan dimainkan oleh siswa

Siswa us II

permainan nkan

swa melaksanakan permainan dalam kelompok

165

pok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

Lampiran 10

Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI