Permainan Hakikat Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika Kelompok

38 emosional dan adopsi peran pemimpin dengan pengikut yang kesemuanya merupakan komponen penting dari sosialisasi Rusmana, 2009. Melalui games , seseorang dapat mengekpresikan agresi dalam cara-cara yang dapat diterima secara sosial. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bermain dan permainan yang diciptakan oleh manusia untuk memberikan keluaran- keluaran outlets kemarahan dan permusuhan yang dapat diterima yang merupakan jiplakan dari respons bertempur atau berkelahi Rusmana, 2009. Hurlock 1991 berpendapat bahwa bermain memiliki andil yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah: dapat mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya, belajar berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, merangsang kreativitas anak, membandingkan kemampuan yang mereka miliki, membangun konsep diri yang lebih nyata, belajar bermsyarakat, menemukan standar moral, belajar bermain peran, belajar bekerja sama, melatih kejujuran, sportivitas dan lain sebagainya.

5. Efektivitas Dinamika Kelompok

Penelitian tentang penerapan dinamika kelompok khususnya permainan telah banyak dilakukan oleh orang lain. Salah satu penelitian tentang dinamika kelompok adalah penelitian Sofiyatun dari IKIP PGRI Semarang. Penelitian tersebut merupakan skripsi yang berjudul “Efektivitas Permainan Dinamika Kelompok Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kerjasama Siswa Penelitian Eksperimen Kelas X. TSM SMK 39 N 1 Sayung Tahun Ajaran 20122013”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 36 orang siswa. Hasil penelitian menyatakan bahwa dari perhitungan uji t hitung 5,246 t tabel 2,03, maka hipotesis kerja Ha “Permainan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan Kelompok Efektif dalam Meningkatkan Kerja Sama Siswa Kelas X SMK N 1 Sayung Tahun Ajaran 20122013” dapat diterima. Penelitian lain mengenai dinamika kelompok dilakukan oleh Yulia Risma Dame, Rahma Widyana, Sri Muliati Abdullah dari Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Menggala Yogyakarta sekarang Universitas Mercubuana Yogyakarta. Penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Pendidikan Seksualitas Dasar dengan Menggunakan Dinamika Kelompok Terhadap Penurunan Kecenderungan Perilaku Seksual Pada Remaja”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan subjek 40 orang siswa kelas XI SMA. 40 orang siswa kemudian terbagi atas 2 kelompok kecil. Kelompok eksperimen terdiri atas 20 orang siswa yang mendapatkan pendidikan seksual dasar menggunakan dinamika kelompok. Sedangkan kelompok kontrol terdiri dari 20 orang siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mengalami penurunan kecenderungan perilaku seksual lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan analisis data pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas dasar dengan 40 menggunakan metode dinamika kelompok efektif untuk menurunkan kecenderungan perilaku seksual remaja. Berdasarkan kedua penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok efektif dalam meningkatkan suatu variabel tertentu. Dengan kata lain dinamika kelompok telah teruji dalam meningkatkan atau menurunkan suatu variabel penelitian. Berangkat dari hal tersebut maka dinamika kelompok khususnya dalam bentuk permainan dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Dinamika kelompok selain menyajikan suatu kegiatan yang berbeda dengan kegiatan bimbingan konvensional, dinamika kelompok mampu membuat suasana kelas yang berbeda, dinamis, dan interaktif. Sehingga siswa diharapkan dapat merasa senang dalam belajar sehingga seperti belajar sambil bermain.

D. Kerangka Pikir

Peneliti menggunakan dinamika kelompok sebagai upaya perbaikan terhadap motivasi siswa mengikuti layanan bimbingan klasikal. Selama ini guru dengan berbagai usaha telah menyiapkan metode bimbingan yang inovatif namun dalam kenyataannya belum bisa meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal. Siswa lebih banyak aktif bukan dalam kegiatan terkait dengan materi bimbingan namun lebih banyak aktif dalam hal seperti ribut, ramai dan gaduh di kelas. Siswa cenderung pula malu atau bersikap tertutup dalam mengungkapkan masalah. Siswa merasa bahwa dirinya mampu menyelesaikan