Teori-Teori tentang Motivasi Motivasi 1. Pengertian Motivasi

21 Teori ini berpendapat bahwa segala perbuatan manusia itu bertujuan hanya satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan. Entah disadari atau tidak disadari dan entah timbul dari kekuatan luar maupun kekuatan dalam manusia adalah makhluk hedonis. Teori ini menuai kritikan dari banyak ahli karena dianggap hanya hanya memandang pengalama seseorang saja sehingga subjektivitasnya tinggi. Sebagai contoh adalah jika perbuatan menyuntik tangan dengan narkoba dianggap mencari kesenangan maka orang lain belum tentu berpendapat demikian. Orang lain akan menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang menyakitkan. Jika teori ini dikaitkan dengan motivasi maka dapat dikatakan bahwa tindakan seseorang sangat bergantung pada antisipasi ekspektansi seseorang terhadap objek rangsang yang dihadapinya. Antisipasi positif terhadap rangsang akan menimbulkan reaksi mendekat, sedangkan antisipasi negatif terhadap rangsang akan menimbulkan reaksi menjauh terhadap rangsang. Teori hedonistis ini menggunakan “affectivearousal model” yang intinya mengatakan bahwa setiap rangsang pada hakikatnya telah membawa keadaan yang menimbulkan rasa enak atau tidak enak. c. Teori Insting Teori ini memiliki dasar pemikiran bahwa kekuatan-kekuatan biologis yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu. 22 Irwanto, dkk 1994:198 menambahkan bahwa insting merupakan suatu disposisi kecenderungan yang ditentukan secara genetis untuk berperilaku dengan cara tertentu bila dihadapkan pada rangsang- rangsang tertentu. Teori ini menyebutkan bahwa perilaku manusia dan binatang tidak ada perbedaan yang berarti karena perilaku keduanya didasarkan pada kekuatan biologis yang dibawa sejak lahir. Kritik pada teori ini adalah sulitnya membuat daftar mengenai insting manusia. Karena manusia selalu berkembang maka setiap kali akan menambahkan daftar insting, maka akan timbul insting baru yang belum pernah dialami. Teori insting sangat mempengaruhi perilaku manusia namun demikian tidak mampu menjelaskan perilaku manusia secara keseluruhan. d. Teori Psikoanalitis Teori psikoanalitis merupakan pengembangan dari teori insting. Sigmund Freud, tokoh dari teori ini mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan dasar yaitu insting kehidupan eros dan insting kematian thanatos. Insting kehidupan mendorong manusia untuk tetap hidupa dan berkembang, sedangkan insting kematian mendorong ke arah penghancuran diri. Berdasarkan dua kekuatan inilah Freud membagi motif manusia menjadi 2 yaitu motif seksual dan motif menyerang. Teori ini juga menjelaskan adanya perilaku yang timbul akibat motif yang tidak disadari. Motif yang tidak disadari timbul akibat 23 adanya batasan atau larangan yang menekan seksual dan motif menyerang. Berbeda dengan teori lain, teori psikoanalitis telah menjelaskan adanya perilaku yang timbul akibat motif tidak sadar manusia walaupun belum secara kompleks. Kritik terhadap teori ini bahwa mimipi, salah ucap, dan lain-lain adalah akibat dari motif tidak disadari. e. Teori Keseimbangan Teori keseimbangan homeostasis berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Manusia selalu ingin mempertahankan keseimbangan dalam dirinya. Jika manusia mengalami ketidakseimbangan maka manusia akan segera bertindak untuk mencari keseimbangan. Manusia bisa dikatakan selalu mencari keseimbangan yang didasarkan pada kebutuhan agar terpenuhi. Berbeda dengan binatang jika mereka merasa lapar maka binatang akan mencari makan setelah itu selesai. Manusia jika merasa lapar akan mencari makan namun belum tentu selesai misalnya setelah makan manusia merasa mengantuk maka ia membutuhkan tidur. Manusia tidak pernah diam karena selalu mencari keseimbangan. f. Teori Dorongan Teori ini tidak berbeda dengan teori keseimbangan, perbedaannya hanya teori dorongan lebih menekankan pada hal yang mendorong terjadinya perilaku. Ada suatu tenaga dari dalam diri manusia yang 24 menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Teori dorongan ini mendukung adanya teori keseimbangan. Dorongan adalah suatu usaha otomatis untuk dapat mengembalikan keadaan seimbang dalam diri manusia. Jika melihat beberapa teori yang telah dipaparkan di atas, maka teori yang paling relevan dengan adanya perilaku siswa yang kurang termotivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal adalah teori hedonistis. Seperti yang telah dipaparkan bahwa teori hedonistis berpendapat bahwa perilaku manusia pada dasarnya adalah untuk mencari kesenangan dan menghindari sesuatu yang menyakitkan. Kaitannya dengan penelitian ini adalah siswa cenderung melihat bahwa penyampaian materi guru bimbingan dan konseling ada indikasi membosankan bagi siswa dan itu dianggap menyakitkan bagi siswa. Oleh sebab itu, siswa kemudian mengalihkan perhatiannya dan dirinya ke hal-hal yang menyenangkan dan membuat dirinya senang seperti mengobrol dengan teman lain, gaduh, jalan-jalan di kelas dan lain sebagainya.

3. Jenis – Jenis Motivasi

Motivasi pada umumnya dibedakan menjadi 2 yaitu, motivasi yang pemicunya berasal dari dalam diri individu motivasi intrinsik dan motivasi yang pemicunya berasal dari luar diri individu motivasi ekstrinsik. Pembagian motif menjadi motif intrinsik dan motif ekstrinsik didasarkan pada datangnya penyebab suatu tindakan Handoko, 1992:41. a. Motivasi Intrinsik 25 Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu Djamarah, 2008: 149. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam mata pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya. Anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Anak didik yang memiliki motivasi intrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat, memiliki kemauan belajar secara terus-menerus, belajar secara terencana dan terjadwal, dan senang membaca buku pelajaran. Anak didik belajar bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan pujian orang lain atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena keinginan kuat untuk maju dan memperoleh keberhasilan. Tanpa diberikan janji-janji yang muluk- muluk pun siswa rajin belajar. Perintah tak diperlukan, karena tanpa perintah, siswa sudah taat belajar pada jadwal belajar yang dibuatnya sendiri. Peserta didik yang 26 memiliki motivasi intrinsik memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti, melaksanakan proses yang terjadi dan menerapkan apa yang didapatkan dalam bimbingan klasikal. Siswa mau dengan sendirinya memiliki “greget” dalam menguasai kompetensi tertentu. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar Djamarah,2008:151. Motivasi ekstrinsik ini bukan berarti tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan tetap dibutuhkan. Hal ini dikarenakan keadaan siswa yang dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga perlu motivasi ekstrinsik Sardiman, 2007:91

4. Fungsi Motivasi

Siswa didik dalam kegiatan di sekolah merupakan subjek utama pendidikan. Diharapkan siswa mampu berprestasi dengan mencurahkan perhatian sepenuhnya dalam kegiatan di sekolah. Berkaitan dengan kegiatan bimbingan klasikal, siswa diharapkan menaruh perhatian terhadap materi bimbingan klasikal. Sehingga kompetensi yang disampaikan dapat dikuasai. Faktanya, ada siswa yang malah tidak memperhatikan bahkan tidak terlibat secara psikis dalam kegiatan bimbingan klasikal. Motivasi intrinsik siswa tidak ada sehingga dibutuhkan suntikan motivasi ekstrinsik. Guru BK