Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3 konseling di sekolah meliputi pemberian layanan bimbingan klasikal dan layanan
konseling. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki empat komponen yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual
dan dukungan sistem Santoadi: 2010. Layanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dengan tujuan mengembangkan potensi atau skill yang
dimiliki peserta didik. Layanan bimbingan dilaksanakan melalui kegiatan di kelas dan di luar
kelas. Layanan bimbingan di kelas biasa disebut bimbingan klasikal. Menurut Winkel dan Hastuti 2004:545 bimbingan klasikal adalah bimbingan kelompok
yang dilakukan secara klasikal atau dilaksanakan dengan melibatkan seluruh siswa dalam suatu kelas di sekolah pada umumnya. Bimbingan klasikal dapat
dipahami pula sebagai bimbingan secara kelompok yang besar 20-40 orang dan berada dalam kelas. Bimbingan klasikal secara umum membantu peserta didik
tanpa memandang ragam permasalahan peserta didik tetapi lebih memandang berdasarkan kebutuhan peserta didik.
Bimbingan klasikal merupakan bagian penting program bimbingan dan konseling dalam mengembangkan potensi peserta didik. Bimbingan klasikal
mampu mendeteksi gejala awal masalah peserta didik sebelum menjadi lebih parah. Lebih jauh lagi, bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang diberikan
oleh seorang guru bimbingan dan konseling yang bertujuan mencegah tidak terpenuhinya tugas-tugas perkembangan, mengembangkan, dan menerapkan sikap
dan nilai kemanusiaan agar individu mampu meyelesaikan tugas-tugas
4 perkembangannya. Paparan tersebut memberikan gambaran pentingnya peran
bimbingan klasikal bagi perkembangan peserta didik Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal agaknya kurang menarik bagi
peserta didik. Hal tersebut dapat ditandai dengan aktivitas peserta didik yang cenderung lebih senang dengan mengobrol di kelas, bemain HP atau membuat
gaduh. Fakta tersebut sejalan dengan Djamarah dan Zain 2007:97 yang mengatakan bahwa gejala negatif dari bimbingan klasikal yaitu 1 peserta didik
merasa bosan, 2 menyebabkan peserta didik menjadi pasif, 3 merasa tidak tertarik, 4 yang visual menjadi rugi, yang mendengarkan merasa jenuh.
Kenyataan yang ada di lapangan tersebut, secara umum menunjukkan bahwa layanan bimbingan klasikal belum optimal menjadi pondasi dari layanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Layanan bimbingan klasikal merupakan bagian layanan dasar bimbingan
dan konseling di sekolah. Hal tersebut menjadi tanggung jawab guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling dituntut lebih kreatif dalam
merancang program bimbingan klasikal agar peserta didik benar-benar termotivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Selain itu dalam bimbingan
klasikal, guru bimbingan dan konseling diharapkan lebih mampu mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan ide yang baru guna
mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Guru bimbingan dan konseling hendaknya mampu mengembangkan
suasana bimbingan yang lebih kondusif selama kegiatan layanan bimbingan klasikal berlangsung. Suasana bimbingan tersebut adalah adanya umpan balik
5 interaktif antara guru bimbingan dan konseling dan peserta didik. Adanya umpan
balik tersebut berawal dari adanya motivasi peserta didik untuk mengikuti proses layanan bimbingan klasikal. Selain itu layanan bimbingan klasikal juga didukung
dengan pemberian materi yang menarik. Peran guru bimbingan dan konseling sangat penting dalam memastikan bahwa materi yang diberikan dapat membuat
peserta didik termotivasi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Memotivasi peserta didik agar dengan senang hati mengikuti layanan
bimbingan klasikal bukan suatu hal yang mudah. Guru bimbingan dan konseling dapat dengan kreatif menggunakan berbagai teknik dalam penyampaian materi
bimbingan klasikal. Seperti diskusi, ceramah, dinamika kelompok, atau bermain peran. Namun salah satu teknik penyampaian materi yang dapat diberikan oleh
guru bimbingan dan konseling adalah dengan dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah studi mengenai interaksi dan interdepensi
antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain dengan adanya feedback dinamis atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis antar
individu sebagai anggota kelompok dengan memiliki tujuan tertentu. Dinamika kelompok dianggap dapat membuat suasana kelas terutama dalam bimbingan
klasikal dapat berjalan dengan baik dan memiliki daya tarik untuk peserta didik. Menurut Nurihsan 2006:24 bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif
karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana dan penyelesaian masalah.
Dinamika kelompok menyuguhkan berbagai nilai-nilai afeksi yang dapat diserap oleh peserta didik. Nilai-nilai seperti kepemimpinan, kerjasama,
6 pemecahan masalah problem solving, sosialisasi, tanggung jawab dan lain
sebagainya bisa didapatkan jika prosesnya dilakukan dengan baik dan benar. Dinamika kelompok tidak hanya berbentuk diskusi saja namun bisa bermacam-
macam seperti permainan. Permainan mengandung unsur dinamika kelompok yang kental. Permainan mengarah pada kekuatan dinamika kelompok untuk
menyelesaikan suatu masalah. Permasalahan yang dialami peserta didik dalam mengikuti layanan
bimbingan klasikal dapat berakar pada banyak faktor. Antara lain adalah faktor penggunaan metode bimbingan, media, dan materi bimbingan. Masalah-masalah
tersebut dapat ditemukan di sekolah formal, baik negeri maupun swasta termasuk SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta peserta didik terutama di kelas X masih memiliki motivasi yang rendah dalam
mengikuti layanan bimbingan klasikal. Hal tersebut dapat ditandai dengan banyak siswa yang mengobrol dengan teman lain saat kegiatan bimbingan klasikal, pasif,
ribut di kelas, berteriak di kelas hingga adanya siswa yang terlambat masuk kelas tiap kegiatan bimbingan klasikal akan dilaksanakan.
Data wawancara tersebut kemudian dikembangkan menjadi panduan pengamatan di kelas yang dilakukan oleh peneliti. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa peserta didik masih banyak beraktivitas sendiri di luar bimbingan. Peserta didik kurang memiliki inisiatif untuk bertanya. Lebih jauh
lagi, peserta didik terlihat malu untuk sharing mengenai pengalamannya. Peserta didik membuat gaduh di kelas dan tidak memperhatikan guru bimbingan dan
7 konseling. Masalah ini kemudian bercabang menjadi beberapa permasalahan
yaitu: peserta didik kurang aktif dalam kegiatan bimbingan klasikal, gaduh, dan acuh tak acuh saat mengikuti kegiatan bimbingan klasikal.
Berangkat dari kenyataan tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tindakan bimbingan dan konseling dengan judul “Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Mengikuti Layanan Bimbingan Klasikal Melalui
Dinamika Kelompok Permainan Pada Kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 20122013
”. Penelitian ini dilakukan terutama terhadap kelas yang berdasarkan observasi dan data angket pre-test kurang memiliki
motivasi dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan klasikal di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya penelitian tindakan yang
dilakukan akan membuat kualitas bimbingan yang diberikan guru bimbingan dan konseling dapat meningkat. Sehingga peserta didik memiliki motivasi yang tinggi
dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal.