Proses Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan FKAR Untuk
teori yang dinyatakan oleh Deddy Mulyana, yaitu terdapat 3 tiga sifat dalam proses komunikasi, sifat penting ini diantaranya :
1. Proses komunikasi bersifat prosesual, komunikasi sebagai proses ini dapat
dianalogikan dengan apa yang dikatakan Heraclitus enam abad sebelum Masehi bahw
a “seseorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali”. Ketika kita menyeberangi sungai untuk kedua kali,
ketiga kali dan seterusnya pada hari yang lain, maka sesungguhnya penyeberangan itu bukanlah fenomena yang sama. Kita sendiri sudah berubah,
dari segi usia lebih tua, dari pengalaman juga lebih meningkat. 2.
Proses komunikasi bersifat dinamis, para peserta komunikasi berubah dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan
perilakunya. Ada orang yang perubahannya sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu, tetapi perubahan akhirnya secara kumulatif cukup besar. Namun
ada juga orang yang berubah secara tiba-tiba, misalnya cuci otak atau konversi agama.
3. Proses komunikasi bersifat nonsekuensial sirkuler, seseorang berbicara
kepada seseorang lainnya atau kepada sekelompok orang seperti dalam rapat atau kuliah, sebenarnya komunikasi itu berjalan dua-arah, karena orang-orang
yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi pembicara atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat
perilaku nonverbal mereka.
Dalam hal ini ada satu teori yang tidak sejalan dalam proses komunikasi organisasi dalam kepemimpinan FKAR untuk membina rohis se-kota Bandar
Lampung yaitu proses komunikasi bersifat transaksional. Dimana ada proses penyandian encoding dan penyandian-balik decoding , proses itu terjadi
serempak keserempakan inilah yang menandai komunikasi sebagai transaksi. Jadi, kita tidak menyandi pesan, lalu menunggu untuk menyandi balik respons orang lain.
Hal tersebut dilakukan pada saat yang hampir bersamaan ketika berkomunikasi. Jadi menurut analisa data yang penulis peroleh, adapun proses
komunikasi organisasi FKAR dalam membina rohis se-Kota Bandar Lampung sebagaimana diungkapkan dalam teori di Bab II.
Pertama
, membina yang dilakukan oleh para TKS sebagai komunikator dalam meningkatkan pengetahuan Islam dan
akhlak anak-anak rohis se-Kota Bandar Lampung. Sebagaimana data yang penulis dapatkan bahwa dalam membina, TKS memerlukan kredibilitas yang tinggi guna
untuk memberikan contoh yang baik kepada anak-anak rohis dan membangun kepercayaan kepada pihak sekolah.
Kedua,
proses komunikasi membina bersifat
prosesual
yang dilakukan secara rutin dalam seminggu sekali.
Ketiga
, berjalannya pembinaan yang dilakukan adanya perubahan sedikit demi sedikit dari binaan
berdasarkan wawancara pada Bab III bukan hanya perubahan pengetahuan terlebih lagi perilaku ini dinamakan proses komunikasi
dinamis.
Selain itu, proses komunikasi yang
keempat
yaitu proses komunikasi
nonsekuensial sirkuler
komunikasi itu berjalan dua-arah karena orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi pembicara
atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbal mereka. Berdasarkan wawancara lihat Bab III hal.105 TKS sebagai pemberi pesan menerima
pesan dari binaan lewat perilaku berupa ekspresi kantuk, tidak fokus dan lainnya. Sehingga hal tersebut membuat TKS mencoba memahami dengan cara menyelingi
permainan di sela-sela materi agar kembali fokus. Kemudian, diketahui di Bab II bahwa proses komunikasi bersifat
transaksional
tetapi ternyata tidak dipenuhi dalam proses komunikasi organisasi dalam kepemimpinan FKAR untuk membina rohis. Berdasarkan observasi penulis
melihat belum adanya keserempakan dalam komunikasi yang ditandai dengan
encoding dan decoding
. Proses decoding ini tidak berjalan baik yang seharusnya dapat direspon dengan cepat oleh binaan namun TKS kembali memperjelas materi
yang binaan belum pahami. Proses membina selanjutnya agar rohis disekolah-sekolah berkarya lebih
baik maka pimpinan FKAR menggunakan kekuasaan nya dengan efektif sehingga menumbuhkan motivasi dari bawahan seperti pengurus FKAR ataupun rohis-rohis di
sekolah untuk bekerja dan berkarya lebih baik melalui
reward power
sebagaimana teori yang terdapat pada BAB II halaman 35 terlihat dari FKAR memberikan
nominasi rohis terkece kepada SMAN 8 Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara kepada pengurus FKAR bahwa kegiatan
membina berjalan lancar dilihat rekrutmen yang dari tahun ke tahun tidak jauh dari targetan yang FKAR targetkan. FKAR hanya mengevaluasi para TKS bagaimana
kinerja mereka dalam pembinaan pelajar Bandar Lampung, seandainya ada masalah,
FKAR memfasilitasi seperti kekurangan SDM dan program-program kerja Rohis yang kurang optimal.