Kepemimpinan dalam Islam Kepemimpinan 1.

e. Pola dan teknik pembinaan yang dirancang selalu disesuaikan dengan minat dan bakat saran atau peserta didik atas dasar nilai-nilai luhur Agama. 38 Selain memiliki ciri-ciri dasar sebagaimana tersebut diatas pembinaan keagamaan juga harus memiliki tujuh prinsip sebagai berikut: a. Sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang mempercayai adanya Tuhan. prinsip dasar keagamaan; religiousitas b. Sesuai dengan perkembangan kejiwaan, bakat dan kecerdasan peserta didik. prinsip dasar psikologis c. Meletakkan dasar-dasar kearah pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan manusia untuk hidup dilingkungan masyarakat. prinsip dasar sosiologis d. Memberikan bekal atau kemampuan mengembangkan diri sesuai minat dan bakat untuk memasuki jenjang kehidupan selanjutnya, menuju kearah masa depan. prinsip dasar pedagogis dan kesinambungan e. Memberikan bekal kemampuan dan keterampilan mempergunakan produk ilmu pengetahuan dan teknologi. prinsip dasar Iptek f. Memberikan pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai budaya bangsa yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. prinsip dasar nasionalisme dan kultural 39 38 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 490-512. 39 Bustami A.Ghani dan Salim Bahri, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Karakter Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, h. 173-174.

G. Strategi Pembinaan Keagamaan

Strategi pembinaan keagamaan menurut Al- Qur’an dan Hadist menggunakan seluruh peluang dan kemungkinan yang sejalan dengan fitrah manusia, yaitu memadukan antara teori kognitif, penghayatan afektif dan pengamalan psikomotorik; menggunakan pilar rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Dan diaktualisasikan atas dasar aspek ajaran Islam yakni meliputi, akidah, ibadah, mu’amalah, sejarah dan lain sebagainya, dengan menggunakan pendekatan pembiasaan, bimbingan dan suri tauladan yang baik. 40 Selanjutnya strategi pembinaan keagamaan yang sesuai dengan petunjuk Al- Qur’an telah berhasil dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad Saw adalah sebagai Nabi yang bisa dikatakan paling berhasil sebagai penyempurna akhlak mulia. Adapun strategi atas keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam membentuk akhlak mulia manusia adalah dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengubah pola pikir mindset umat manusia yang bertumpu pada keharusan mempercayai dan mengikuti perintah Tuhan dalam arti yang seluas-luasnya. b. Memberikan contoh-contoh konkret, mempraktikkan dan membiasakan mengikuti perintah Tuhan tersebut dalam hubunganNya dengan berbuat baik kepada sesama manusia, dan dengan alam jagad raya. 41 c. Melalukan proses seleksi, akomodasi dan reintegrasi dengan nilai-nilai dan adat istiadat „uruf yang sesuai dan relevan. 40 Ibid, h.38. 41 Contoh dan pembiasaan akhlak mulia ini misalnya Rasulullah tunjukkan dalam hal berumah tangga, berbuat baik kepada sahabat dan sesama, berjual beli, bergaul dengan komunitas yang berbeda Agama, berdiplomasi, berperang dan memimpin Negara. d. Melakukan perubahan, modifikasi, difusi, pembatalan dan penghapusan terhadap akhlak masa lalu yang tidak baik dengan cara evolutif. e. Berpijak pada konsep fitrah manusia sebagai makhluk yang mencintai kebaikan etika, keindahan estetika, dan kebenaran logika. f. Memberikan reward dan funishmen secara bijaksana terhadap setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap ajaran Tuhan. 42

H. Tujuan Pembinaan Keagamaan

Tujuan pembinaan keagamaan menurut Al- Qur’an dan Hadist bukan hanya sekedar mengajarkan atau memberikan pengetahuan tentang baik dan buruk. Melainkan upaya praktik dalam pembiasaan, menanamkan, mendarah dagingkan, internalisasi dan transformasi nilai-nilai yang baik menurut ajaran Islam kedalam diri seseorang secara utuh, terpadu dan seimbang. 43 Melalui pembinaan keagamaan seseorang diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter keagamaan dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. 44 Pembinaan keagamaan pada satuan pendidikan atau organisasi mengarah pada pembentukan budaya sekolah atau perguruan tinggi, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah atau perguruan tinggi dan masyarakat 42 Abu Laila, Apa Kerugian Dunia Akibat Kemerosotan Umat Islam, Jakarta: Rajagrafindo, 1992, h. 126-137. 43 Bustami A.Ghani dan Salim Bahri,Op.Cit. h. 112. 44 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 , h. 9.