Ciri Dasar dan Prinsip Pembinaan Keagamaan.

d. Melakukan perubahan, modifikasi, difusi, pembatalan dan penghapusan terhadap akhlak masa lalu yang tidak baik dengan cara evolutif. e. Berpijak pada konsep fitrah manusia sebagai makhluk yang mencintai kebaikan etika, keindahan estetika, dan kebenaran logika. f. Memberikan reward dan funishmen secara bijaksana terhadap setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap ajaran Tuhan. 42

H. Tujuan Pembinaan Keagamaan

Tujuan pembinaan keagamaan menurut Al- Qur’an dan Hadist bukan hanya sekedar mengajarkan atau memberikan pengetahuan tentang baik dan buruk. Melainkan upaya praktik dalam pembiasaan, menanamkan, mendarah dagingkan, internalisasi dan transformasi nilai-nilai yang baik menurut ajaran Islam kedalam diri seseorang secara utuh, terpadu dan seimbang. 43 Melalui pembinaan keagamaan seseorang diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter keagamaan dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. 44 Pembinaan keagamaan pada satuan pendidikan atau organisasi mengarah pada pembentukan budaya sekolah atau perguruan tinggi, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah atau perguruan tinggi dan masyarakat 42 Abu Laila, Apa Kerugian Dunia Akibat Kemerosotan Umat Islam, Jakarta: Rajagrafindo, 1992, h. 126-137. 43 Bustami A.Ghani dan Salim Bahri,Op.Cit. h. 112. 44 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 , h. 9. sekitarnya. Budaya sekolah atau perguruan tinggi merupakan ciri khas, karakter atau watak dan citra sekolah atau perguruan tinggi tersebut dimata masyarakat luas. 45 Dari tujuan pembinaan keagamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa Al- Qur’an dan Hadist bukan sekedar mengajarkan hal yang baik atau buruk melainkan prakik menjadikan seseorang terbiasa menanamkan nilai-nilai ajaran Islam, dan berakhlak mulia kedalam kehidupan sehari-hari.

I. Indikator Keberhasilan Pembinaan Keagamaan

Indikator keberhasilan pembinaan keagamaan dapat diketahui dari pribadi peserta didik secara utuh dalam berbagai perwujudan perilaku sehari-hari yang tampak dalam setiap aktivitas dan sebagai berikut: 1. Mengamalkan ajaran Agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. 2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri. 3. Menunjukan sikap percaya diri. 4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. 5. Menghargai kebergaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkungan nasional. 6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif. 7. Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. 45 Ibid , h. 10. 8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 10. Mampu mendeskripsikan gejala alam dan sosial. 11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab. 12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dan kesatuan Republik Indonesia. 13. Menghargai karya seni dan budaya nasional. 14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya. 15. Menerapkan hidup bersih dan sehat serta mampu memanfaatkan waktu luang dengan baik. 16. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun. 17. Memahami hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat serta menghargai adanya perbedaan pendapat. 18. Menunjukkan keterampilan dalam menyimak, membaca, dan berbicara serta menulis. 19. Menguasai pengetahuan yang cukup untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. 46 Berdasarkan indikator keberhasilan dalam pembinaan keagamaan tersebut jelas diketahui akan tampak wujud tingkah laku dari yang dibina didalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pengamalan agama yang sudah diajarkan, 46 Ibid , h. 12.