commit to user 7
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau objek belajar baik secara
sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang Suliana dalam penelitian supardi, 2005: 5. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati dialami oleh orang yang sedang
belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pelajar siswa ada hubungannya dengan usaha pembelajaran,
yang dilakukan oleh pembelajar guru. Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, dalam Jurnalnya yang berjudul Promoting Cooperatif Learning in Science and Mathematics
Education 2006: 35 mengemukakan bahwa : ”The quality of education that teachers provide to student is highly
dependent upon what teachers do in the classroom ”
Jadi, kualitas pendidikan yang didapat siswa tergantung pada apa yang dikerjakan guru di dalam kelas. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh pelajar terkait dengan
pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan
atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar.
Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak
pengiring. Selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi
guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki,
suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran DimyatiMudjiono, 2008: 38.
commit to user 8
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, dalam Jurnalnya yang berjudul Promoting
Cooperatif Learning in Science and Mathematics Education 2006: 36 mengemukakan bahwa :
Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work
cooperatively to complete academic tasks.
Jadi, pembelajaran kooperatif berlandaskan kepercayaan bahwa pembelajaran paling efektif yaitu saat siswa aktif terlibat dalam mengutarakan ide dan bekerja secara kerja
sama untuk mengerjakan tugas akademik. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie 2005: 32-35, unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan,
b. Tanggung Jawab Perseorangan.
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
commit to user 9
c. Tatap Muka.
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil
pemikiran dari satu kepala saja. d.
Komunikasi Antar Anggota. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat. e.
Evaluasi Proses Kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan
cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan
interpersonal dan keefektifan. Slavin, 2008: 100.
a. Tipologi Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif Slavin, 2008: 26-28 memiliki berbagai macam perbedaan, tetapi dapat dikategorisasikan menurut enam karakteristik
prinsipal berikut ini: 1
Tujuan Kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini
bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
2 Tanggung jawab individual. Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama
adalah dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau penilaian lainnya., seperti dalam model pembelajaran siswa. Yang kedua adalah
commit to user 10
spesialisasi tugas, dimana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelmpok.
3 Kesempatan sukses yang sama. Karakteristik unik dari metode pembelajaran tim
siswa adalah penggunaan metode skor yang memastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.
4 Kompetisi tim. Studi tahap awal dari STAD dan TGT menggunakan kompetisi
antar Tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerjasama dengan anggota timnya.
5 Spesialisasi Tugas. Unsur utamamnya adalah tugas untuk melaksanakan subtugas
terhadap masing-masing anggota kelompok. 6
Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif
dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pebelajaran dan bukannya menjadi masalah. Slavin, 2008: 4-5.
Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Killen dalam Trianto 2007: 43-44 membandingkan beberapa hal terkait kelompok belajar kooperatif dengan
kelompok belajar konvensional sebagai berikut :
commit to user 11
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling
membantu, dan
saling memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi
kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan
siapa yang
dapat memberikan bantuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong
oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya
hanya ”mendompleng” keberhasilan ”pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademis, jenis kelamin,
ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan
Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis
atau bergilir
untuk memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
pimpinannya dengan
cara masing-masing
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan
commit to user 12
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi
jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok
Pemantauan melalui
observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok belajar
Penekanan tidak
hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan antar pribadi
yang saling menghargai Penekanan
sering hanya
pada penyelesaian tugas
Killen 1996 dalam Trianto, 2007: 43-44
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatf. Langkah-langkah itu menurut Trianto
2007:48-49 terbagi menjadi fase-fase sebagai berikut:
Fase-1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa ; guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam belajar Fisika.
Fase-2. Menyajikan informasi ; siswa mendapatkan informasi dari demonstrasi atau
melalui bahan bacaan yang disajikan guru.
commit to user 13
Fase-3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar ; guru menjelaskan
kepada siswa mengenai pembentukan kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4. Membimbing kelompok ; guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat pengerjaan tugas kelompok.
Fase-5. Evaluasi ; guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6. Memberikan penghargaan ; guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
3. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions STAD
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Scott Amstrong dalam Jurnalnya yang berjudul Effect on Student Achievement and Attitude 2008: 1, beliau
berpendapat “STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning
techniques referred to as Student Team Learning Methods ”.
Jadi, STAD adalah teknik pembelajaran kooperatif paling sederhana dari metode pembelajaran kelompok. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada
belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Hal tersebut juga dikuatkan
oleh Joan Benek-Rivera dan Vinita E Mathew dalam Journal of Management
commit to user 14
Education 2004: 108 yang berjudul Active Learning with Jeopardy : Students Ask the Question yang mengungkapkan
“For most class sizes, it is a good idea to have students group compete with one another. Group can range from 3 to 5 members each. The number of
groups does not to be limited, as scores can be kept for multiple groups….” Jadi, untuk kelas yang terdiri dari banyak siswa sangat bagus apabila dibuat
kelompok yang kompetitif. Jumlah kelompok dapat disesuaikan, dapat berisi 3 sampai 5 siswa dalam satu kelompok.
Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini
tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian
singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada
kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.
Menurut Slavin 2008, 143-147 metode STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu:
a. Presentasi kelas
Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa
presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa siswa harus benar-benar memberi perhatian
penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu siswa mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis siswa menentukan skor tim.
commit to user 15
b. Tim atau kelompok
Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah
memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang
ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
c. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya. d.
Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada
setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa
diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan
mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis siswa dibandingkan dengan skor awal.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan
untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat siswa. Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh tim terdapat tiga tingkat
penghargaan yang diberikan untuk prestasi tim:
commit to user 16
1. Super Team Tim istimewa
Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata lebih besar dari kelompok lainnya.
2. Great Team Tim hebat
Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata terbaik kedua 3.
Good Team Tim baik Diberikan kepada kelompok dengan skor rata-rata terbaik ketiga.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif STAD juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Persiapan-persiapan tersebut antara lain : a
Perangkat Pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan perangkat
pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran RP, buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa LKS beserta lembar jawabnya.
b Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok agar kemampuan siswa dalam kelompok heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya
relatif homogen. c
Menentukan skor awal Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis pre test. d
Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik,
hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang
menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
commit to user 17
e Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk
lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok. Trianto, 2007: 52-53
Hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap pelaksanaan STAD adalah pemilihan anggota kelompok. Heterogenitas harus menjadi dasar utama dalam setiap
pemilihan anggota suatu kelompok. Bahan belajar yang diberikan kepada siswa hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga bahan ajar tersebut bisa dilanjutkan
pada proses pembelajran selanjutnya kerja kelompok. Dalam hal memberikan pengakuan atau penghargaan dalam kelompok tidak serta merta berdasarkan
pengamatan saja, guru juga dapat menerapkan prinsip poin individu dan poin kelompok, yang mana secara individual siswa akan memperoleh poin individu.
Demikian juga dengan poin kelompok yang merupakan gabungan dari poin individu yang diperoleh setiap anggota kelompok .
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang terdiri dari
beberapa komponen atau langkah-langkah dan membutuhkan persiapan yang matang dalam penerapannya.
4. Media Pembelajaran