commit to user 9
c. Tatap Muka.
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil
pemikiran dari satu kepala saja. d.
Komunikasi Antar Anggota. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat. e.
Evaluasi Proses Kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan
cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan
interpersonal dan keefektifan. Slavin, 2008: 100.
a. Tipologi Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif Slavin, 2008: 26-28 memiliki berbagai macam perbedaan, tetapi dapat dikategorisasikan menurut enam karakteristik
prinsipal berikut ini: 1
Tujuan Kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini
bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
2 Tanggung jawab individual. Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama
adalah dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau penilaian lainnya., seperti dalam model pembelajaran siswa. Yang kedua adalah
commit to user 10
spesialisasi tugas, dimana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelmpok.
3 Kesempatan sukses yang sama. Karakteristik unik dari metode pembelajaran tim
siswa adalah penggunaan metode skor yang memastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.
4 Kompetisi tim. Studi tahap awal dari STAD dan TGT menggunakan kompetisi
antar Tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerjasama dengan anggota timnya.
5 Spesialisasi Tugas. Unsur utamamnya adalah tugas untuk melaksanakan subtugas
terhadap masing-masing anggota kelompok. 6
Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif
dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pebelajaran dan bukannya menjadi masalah. Slavin, 2008: 4-5.
Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Killen dalam Trianto 2007: 43-44 membandingkan beberapa hal terkait kelompok belajar kooperatif dengan
kelompok belajar konvensional sebagai berikut :
commit to user 11
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling
membantu, dan
saling memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi
kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan
siapa yang
dapat memberikan bantuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong
oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya
hanya ”mendompleng” keberhasilan ”pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademis, jenis kelamin,
ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan
Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis
atau bergilir
untuk memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
pimpinannya dengan
cara masing-masing
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan
commit to user 12
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi
jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok
Pemantauan melalui
observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok belajar
Penekanan tidak
hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan antar pribadi
yang saling menghargai Penekanan
sering hanya
pada penyelesaian tugas
Killen 1996 dalam Trianto, 2007: 43-44
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif