commit to user 24
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan suatu kaidah atau prinsip pada suatu kasus atau
masalah yang konkret dan baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
d. Analisis analysis
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur
keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisisan bagian-
bagian pokok atau komponen-komponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.
e. Sintesis synthesis
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru meliputi
menggabungkan berbagai informasi menjadi suatu kesimpulan atau konsep.
f. Evaluasi evaluation
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal
bersama pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu, kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan
penilaian terhadap sesuatu.
Kemampuan kognitif mempunyai enam tingkatan, tetapi penguasaan tiap tingkatan itu berdasarkan jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik.
Pada jenjang SMP kemampuan kognitif yang harus dikuasai adalah tingkat satu sampai tingkat tiga, yaitu dari pengetahuan sampai aplikasi.
7. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas Classroom Action Research merupakan sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut Suharsimi Arikunto 2008: 3
“penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama ”. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohammad Ali Salmani
Nodoushan 2009: 220 di dalam papernya yang berjudul Improving Learning and Teaching Through Action Research . Beliau berpendapat:
commit to user 25
“….it was argued that action research, unlike traditional forms of qualitative and quantitative research, focuses only on classroom
problems that require informed decisions and solutions.”.
Jadi, Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada di dalam kelas tersebut.
Kemmis dan Carr dalam Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama 2010: 8 mengemukakan Penelitian Tindakan merupakan suatu bentuk penelitian refleksi diri
self reflective yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran. dalam penjelasan lebih lanjut Kemmis dan
Carr memasukkan bidang pendidikan didalamnya. Ini berarti bahwa guru ikut terlibat dalam penelitian tindakan kelas. Namun demikian guru peneliti akan belajar banyak
hal tentang proses perubahan itu sendiri, yaitu bahwa mereka memerlukan orang lain dalam proses belajar mengajar.
Kurt Lewin dalam Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama 2010: 28 PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap seperti
pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1. Prosedur pelaksanaan PTK Mohammad Asrori 2008: 68 mengemukakan bahwa sebenarnya ada beberapa
macam model penelitian tindakan kelas yang dapat digunakan. Namun, model yang tampaknya tidak terlalu sulit untuk dilakukan oleh guru dikelas adalah penelitian
tindakan model siklus. Model ini dikembangkan oleh Kemmis dam Mc Taggart pada tahun 1988 dari deaklin University of Australia. Model penelitian tindakan kelas ini
mengandung empat komponen, yaitu : a. Rencana Planning
Pada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran,
perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa. Tindakan
Observasi Refleksi
Perencanaan
commit to user 26
b. Tindakan Action Pada komponen ini guru melakukan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang
telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.
c. Pengamatan Observation Pada komponen ini guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan tersebut memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan
dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak. d. Refleksi Reflection
Pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasakan
pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih
terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak perbaikan dan peningkatan yang meyakinkan.
Komponen-komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji melalui penelitian tindakan kelas, menurut Suhardjono 2007: 58, meliputi :
1. Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan
sedang asyik mengikuti proses pemebelajaran di kelas lapangan laboratorium bengkel, ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan
rumah di malam hari, atau ketika sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
2. Guru, dapat dicermati ketika guru yang bersangkutan sedang mengajar
di kelas,
sedang membimbing
siswa-siswa yang
sedang berdarmawisata, atau mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau
sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa. 4.
Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar, dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang
diamati adalah guru, siswa, atau keduanya. 5.
Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran,
peralatan atau sarana pendidikan, guru, dan siswa itu sendiri.
commit to user 27
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang
melingkungi siswa di rumahnya. Bentuk perlakuan atau tindakan yang dapat dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih
kondusif.
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat
diaturdirekayasa dalam bentuk tindakan. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan
direkayasa dalam bentuk tindakan. Dalam hal ini yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara pengelompokan siswa
ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan pemilik
siswa, dan sebagainya.
Salah satu ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya kolaborasi kerjasama antara praktisi guru, kepala sekolah, dan siswa dan peneliti dosen,
widyaswara dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan action. Suhardjono 2009:
63 m enyatakan bahwa ”Kerjasama kolaborasi antara guru dengan peneliti sangat
penting dalam bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi. Terutama dalam kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan
tindakan, m enganalisis data, menyeminarkan hasil dan menyusun laporan”.
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal. Penelitian formal bertujuan menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum.
Penelitian tindakan lebih bertujuan memperbaiki kinerja. Perbedaan antara penelitian tindakan kelas Classroom Action Research disajikan dalam tabel 2.2 :
commit to user 28
Tabel 2.2. Perbedaan Antara Penelitian Formal Dengan Classroom Action Research No.
Ketentuan Penelitian Formal
Penelitian CAR 1.
Pelaku Dilakukan orang lain
Dilakukan oleh
guru yang
bersangkutan 2.
Sampel Harus representatif
Tidak harus representatif 3.
Instrumen Harus valid dan reliabel Tidak harus valid dan reliabel
4. Statistik
Analisis statistik yang baik
Tidak harus
menggunakan statistik
5. Hipotesis
Hipotesis harus jelas Tidak mensyaratkan Hipotesis
6. Teori
Harus berlandaskan
teori yang telah ada Teori tidak terlalu berpengaruh
7. Fungsi
Menguji Teori Memperbaiki
praktik pembelajaran secara langsung
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 10. Dengan Penelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik
pembelajaran di kelas. Guru juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan melakukan
Penelitian Tindakan Kelas, guru juga dapat memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan menjadi berkualitas dan lebih efektif.
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Susilowati 2006, model pembelajaran kooperatif STAD dilaporkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh Dikdik Krisnadi, 2009 bekerjasama dengan guru SMP N 1 Malang berhubungan dengan penerapan model kooperatif
STAD memperlihatkan bahwa penerapan model ini dapat meningkatkan prestasi dan motivasi siswa dalam mempelajari Fisika, dan siswa meminta supaya pembelajaran
seperti ini dapat diteruskan oleh guru.