Analisis Wacana Materi Khotbah Jumat Muhasabah Dzikrulmaut Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag (2010-2011)

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Faiz Fikri Al-Fahmi NIM: 109051000071

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau

hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Mei 2013 Penulis


(5)

i

“Analisis Wacana Materi Khotbah Jumat Muhasabah Dzikrulmaut Ustaz

Dr. H. Sunandar, M.Ag (Tahun 2010-2011).”

Berdakwah melalui khotbah Jumat merupakan sarana media dakwah yang dinilai cukup efektif dalam menyampaikan pesan – pesan dakwah dari pada media dakwah lainnya. Khotbah adalah sarana istimewa dalam dakwah untuk menyampaikan pesan dan menerangkan fikrah tertentu secara indoktiner, di antara sarana khotbah adalah membawa pendengar untuk menyimak, menerima, dan membangkitkan rasa dalam hatinya terhadap pesan yang disampaikan Khotib. Namun tidak diragukan lagi bahwa tema materi khotbah adalah masalah utamanya, setelah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag memilih tema tentang muhasabah dzikrulmaut inilah yang akan menjadi fikrah dalam materi khotbah Jumatnya untuk mengajak manusia kembali kepada Allah melalui muhasabah dzikrulmaut.

Lalu yang menjadi pertanyaan utama adalahBagaimana wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag dalam khotbahnya? Bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial yang melatar belakangi khotbah Jumat Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag?

Secara kajian teori, penulis mengambil teori yang sudah sering dipakai pada saat ini yaitu analisis wacana Teun A. Van Dijk yang bersifat menganalisis teks. Menurutnya penelitian wacana tidak hanya terbatas pada teks semata, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi dan juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau fikiran serta kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.dilihat juga dari kognisi sosial dan konteks sosial.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana dengan pendekatan kualitatif. data yang diperoleh oleh peneliti langsung dari objek penelitian. Yaitu berupa rekaman khotbah jum'at yang disampaikan oleh Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag tahun 2010-2011. Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi teks dengan mengumpulkan beberapa bahan baik dari buku maupun internet yang berkaitan dengan penelitian.

Penulis menyimpulkan bahwa wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Ustaz. Dr. H. Sunandar, M.Ag dalam khotbahnya menggunakan kata-kata tabsyir dan indzar yang lugas serta mengemas kisah aktual yang inspiratif dan penuh dengan hikmah. Jika dilihat dari kognisi sosial ketiga judul materi khotbah Jumat ini mengajak untuk larut dalam kajian yang berisi pelajaran, kisah, atau permasalahan kematian yang patut menjadi renungan. Dalam konteks sosial dapat diketahui bahwa alasan beliau dalam menulis materi khotbah Jumat ini adalah untuk membuktikan bahwa pesan moral dan sosial dapat menjadi sebegitu menarik bila diolah secara kreatif.


(6)

ii

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarga beliau, para sahabat beliau yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari pembalasan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak terkait, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi yang diberikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan gelar Strata Satu (S1) di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda tercinta, Bapak Naseri Pain dan Ibunda Ida Farida, S.Pd. I yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan moril maupun materil, semangat dan motivasi kepada penulis. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii

selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, selalu memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan.

4. Dra. Umi Musyarofah, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

5. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini. Terimakasih atas bantuannya.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan di Lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Untuk keluargaku yang sekuat tenaga memberikan pendidikan kepada

penulis hingga penulis bisa menyusun skripsi ini dan memberikan materi dan motivasi kepada penulis.

8. H. Ihsan, S.Pd, MM dan Hj. Siti Munasibah, S. Ag dan keluarga yang telah mendidik penulis dan juga tak kenal lelah menyemangati penulis.

9. Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag dan Dra. Tuty Alawiyah beserta keluarga yang dengan kesabaran dan kasih sayang memberi dukungan dan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, serta memberikan bantuan berupa informasi dan data yang diperlukan.


(8)

iv sepupuku yang tercinta.

12.Sahabat-sahabatku, Bang Emi, Bang Asep, Bang Ade, Windi, Rina, Neneng, yang telah memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 13.Prof. Dr. Kh. Ali Mustafa Yakub, MA serta para Dosen Institute for hadith

sciences yang telah memberikan banyak motivasi serta doa kepada kami, Doa dan keridhoan kalian adalah senjata maha dahsyat yang dapat mengantarkan kesuksesan bagi penulis.

14.Kawan-kawan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2009, dan teman-teman mahasantri Darus Sunnah angkatan 2010 terimakasih atas kebersamaannya, penulis bangga menjadi bagian dari kalian. Tetap berjuang dan tetap semangat!

15. Tak lupa untuk ‘dia’ yang ada nun jauh di sana, yang mana disela-sela kuliahnya dia terus memotivasi penulis. Sentuhan semangatnya mampu meramaikan suasana hati dan menjadikan panorama yang indah dalam hati saat gundah.

Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat menambah keilmuan terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis menyadari pentingnya kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi


(9)

v

Ciputat, 16 Mei 2013 Penulis


(10)

vi

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………... 8

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...……….. 9

D. Metodologi Penelitian.………... 10

E. Tinjauan Pustaka...………....…. 18

F. Sistematika Penulisan...………...……… 19

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana...………. 21

B. Khotbah Jumat.……..……… 37

C. Muhasabah...……… 48

BAB III GAMABARAN UMUM SOSOK USTAZ DR. H. SUNANDAR, M.AG A. Profil Ustaz. Dr. H. Sunandar, M.Ag... 51

B. Karya – Karya Ustaz. Dr. H. Sunandar, M.Ag... 57

C. Karier Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag... 59


(11)

vii

Dzikrulmaut Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag Tahun 2010-2011... 64 B. Analisis Wacana Berdasarkan Kognisi Sosial... 79 C. Analisis Wacana Berdasarkan Konteks Sosial... 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 84

B. Saran-Saran……….. 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

1

A. Latar Belakag Masalah

Sebagai fenomena keagamaan, perintah tentang dakwah serta pengertian atau makna yang dikandungnya bersumber dari wahyu Tuhan yang tercantum dalam Al-Qur’an (Surat Ali Imran, 3: 104), yaitu:

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.

Dakwah harus terus menerus berjalan tanpa henti, yang dilaksanakan oleh da’i atau mubalig (komunikator dakwah), yang sesungguhnya merupakan tugas setiap manusia atau setiap individu, sebagaimana eksistensi dakwah sebagai suatu amal saleh. Justazru itu, dakwah harus diamalkan atau dilaksanakan sebagai fardu ain, sehingga tidak seorangpun boleh menghindarinya.

Jadi, pelaksanaan dakwah itu dibebankan pada tiap-tiap individu tidak terkecuali, sehingga dengan demikian tugas dakwah adalah tugas semua manusia sesuai dengan kemampuannya. Walaupun demikian dalam pelaksanaan dakwah hendaknya dilakukan oleh seseorang sebagai pilihan hidup dan bidang keahlian khusus yang diperoleh melalui pendidikan, pengalaman dan pengabdian. Demikian juga dakwah, hendaknya dilakukan secara bersama-sama dengan individu-individu lain dalam suatu kelompok, organisasi atau korps, sehingga pelaksanaan dakwah itu teorganisasi dan terlembagakan. 1

1


(13)

Salah satu Ustaz yang cukup sering menjalankan aktivitas dakwahnya adalah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag, beliau merupakan dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam dakwahnya beliau menggunakan fasilitas khotbah Jumat sebagai metode dakwah beliau yang terfokus pada muhasabah dzikrulmaut. Dengan waktu yang singkat beliau merangkai materi khotbah Jumat tersebut dengan tema khotbah yang aktual sesuai dengan keadaan dan kondisi yang terjadi di tengah masyarakat.

Khotbah adalah sarana istimewa dalam dakwah untuk menyampaikan pesan dan menerangkan fikrah tertentu. Diantara sarana khotbah adalah membawa pendengar untuk menyimak, menerima, dan membangkitkan rasa dalam hatinya terhadap fikrah yang disampaikan dan diserukan oleh khatib. Pendengar menjadi bersemangat kepada fikrah itu dan mempersiapkan diri untuk membela fikrah itu dengan jiwa raga ketika diperlukan. Hal ini tidak cukup dengan bukti-bukti logis yang kering atau argumentasi akal semata, tetapi dengan menggetarkan rasa dan berbicara dengan hati.2

Khotbah Jumat, paling tidak bisa dilihat dari dua sisi, sebagai ibadah khusus yang berhubungan erat dengan shalat Jumat, dan sebagi media dakwah yang berkaitan erat dengan pembinaan umat.3 Sebagai media dakwah dan media pembinaan umat, materi khotbah dan khatbahnya sendiri, harus dipersiapkan dengan baik. Apalagi jika diperhatikan, khotbah Jumat merupakan salah satu media pembinaan yang

2

Taufik Al-Wa’iy, Dakwah Ke Jalan Allah: Muatan, Sarana dan Tujuan, (Jakarta: Robbani Press, 2010), h. 391.

3


(14)

bersifat indoktiner, yang harus didengar dengan baik dan tekun oleh para jamaah, inshat (diam dan mendengarkan) hukumnya wajib.4

Untuk mempermudah pemahaman kita terkait dengan konstruk kematian maka kita dapat menganalisanya, dengan cara mengingatkan orang beriman dalam khotbah, seminar keagamaan dan lain sebagainya. Karena itu, salah satu keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi Muhammad SAW: “Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan,

yakni kematian.”(HR Tirmidzi).

Khotbah Jumat hukumnya wajib, khotbah Jumat disampaikan untuk seluruh jemaah salat Jumat. Hal lain yang menjadi ciri khas khotbah Jumat adalah sesuai dengan nama harinya sehingga akan senantiasa teratur peristiwanya dan lebih sering kejadiannya jika dibandingkan khotbah yang lain. Selain itu, jika diamati lebih cermat khotbah Jumat juga mempunyai keistimewaan yaitu, terdiri dari dua bagian. Khotbah bagian pertama pada umumnya berisi materi utama yang dikhotbahkan dengan disertai data, fakta, analisis, sejarah, dan ayat-ayat Alquran atau hadis. Khotbah bagian kedua biasanya berisi simpulan dan penekanan dari khotbah tersebut.

Pesan-pesan keagamaan disampaikan melalui rangkaian kegiatan shalat Jumat secara rutin, dengan prosedur sederhana dan tanpa

4


(15)

memerlukan biaya besar. Melalui rangkaian kegiatan tersebut diharapkan menyampaikan pesan keagamaan berlangsung secara efektif dan efisien.5

Hal-hal yang dapat menggetarkan hati dan pemikiran serta yang menyentuh perasaan dalam khotbahlah yang menjadi pilar penting dalam khotbah. Keduanya akan membentuk dalil aqli dan argumen logika bersama hal-hal lain yang ada dalam ungkapan yang disampaikan, siapa yang mengatakan, tema, dan khatib yang menyampaikan.

Tidak diragukan lagi bahwa tema khotbah adalah masalah utamanya, itulah objek yang dijelaskan oleh khatib, itulah fikrah yang

hendak disampaikan seorang da’i kepada mad’unya. Karena itu, berbagai

langkah harus fokus pada tema itu. Pertama, khotib mengumpulkan poin-poin penting kemudian menyusunnya, menempatkan setiap poin-poin itu pada tempatnya yang sesuai, kemudian pilihan kalimat untuk mengantarkan semua poin itu kepada para pendengar. Setelah memilih tema yang hendak disampaikan dalam khotbah pekerjaan berikutnya adalah menentukan cara yang dapat meyakinkan pendengar, menarik perhatian mereka, dan mampu menggetarkan semangat mereka terhadap seruan khotib.6

Efektifitas khotbah Jumat dapat dilihat manakala pesan-pesan yang disampaikan seorang khatib dapat terealisasi dengan baik yang diwujudkan dengan adanya perubahan-perubahan terhadap sikap dan pola prilaku masyarakat dengan cara meninggalkan cara-cara lama yang tidak sesuai dengan ketentuan Islam. Namun begitu tidak dapat dipungkiri proses yang demikian tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar, tidak jarang timbul konflik-konflik. Harus

5

Hiroko Horikhosi, Kiyai dan Perubahan Sosial, (Jakarta: LP3M, 1987), h. 232. Lihat juga Ali Maschan Musa, Kiyai dan Politik Dalam Wacana Civil Society, (Surabaya: Lepkus, 1999), h. 60.

6


(16)

disadari bahwa proses perubahan akan berjalan penuh dengan tantangan dan bukannya tanpa persoalan.7 Rendahnya efektifitas khotbah Jumat karena berkaitan dengan dengan bidang kehidupan yang sarat akan nilai-nilai, budaya serta tradisi yang telah berakar kuat.8 Untuk itu perlu dikenali faktor pendorong dan penghambat keefektifannya.9

Penggunaan khotbah Jumat sebagai sarana perubahan sosial terlebih dahulu harus diidentifikasi serta diantisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang akan timbul. Efektifitasnya juga tergantung dari bidang mana yang hendak diubah. Semakin kuat dan mengakar suatu bidang akan semakin membutuhkan waktu lama dalam proses sosialisasi tersebut. Masyarakat sebagai pemegang peran terlebih dahulu perlu dibangunkan dan diyakinkan akan perlunya menerima nilai-nilai baru sebagaimana yang ditawarkan melalui khotbah Jumat. Sebab mustahil masyarakat akan menerima nilai-nilai baru sedangkan mereka belum mengetahui dan memahami isi khotbah Jumat.

Pada dakwah kontemporer, salah satu Ustaz yang cukup sering menjalankan aktivitas dakwahnya adalah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag, seperti yang sudah penulis ungkapkan di atas, latar belakang beliau juga dosen PMA pendidikan kader mubalig al-Azhar Pusat dan alumni UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, Jurusan Dakwah, Fakultas Ushuluddin, 1989. Selain itu, beliau adalah salah seorang penasehat

7 Soetandyo Wignyosoebroto, “Perubahan Sosial Dan Perubahan Tantangan Hukum Di

Indonesia” dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik, (Surabaya: Fakultas Ilmu Sospol, 1987), h. 92.

8

Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1976), h. 150.

9

Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h. 25.


(17)

Mejelis Zikir Az-Zikra di bawah pimpinan Ustaz Arifin Ilham, beliau juga aktif memberikan ceramah khotbah Jumat di masjid-masjid Jabodetabek. Dengan kapasitas pendidikan dan status tersebut, tentu saja aktivitas dakwah dai yang satu ini perlu diperhitungkan, apalagi beliau juga pernah belajar di Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo. Oleh karena itu, penulis berfokus menganalisa materi khotbah yang disampaikan beliau dengan menggunakan analisis wacana sebagai metode penelitian. Dengan menggunakan metode analisis wacana, tidak hanya akan mengetahui isi teks tersebut, tetapi juga bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa sehingga sampai kepada masyarakat atau jamaah Jumat.

Sasaran yang dituju oleh Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag

(Mad’unya) dalam penyampaian pesan dakwah melalui khotbah Jumatnya

di berbagai masjid ditujukan kepada masyarakat umum secara luas tanpa melihat strata sosial, jabatan, usia, dan sebaginya. Terlebih pembahasan khotbah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag lebih cenderung kepada bahasan muhasabah dzikrulmaut dan sekitarnya yang itu berarti setiap kita akan mengalami kematian. Semuanya pasti akan mengalami kematian karena kematian itu milik semua makhluk Allah, manusia, hewan, tumbuhan termasuk bangsa malaikat dan setan semuanya akan merasakan apa yang namanya kematian. Kematian adalah sebuah tahapan dari kehidupan yang kejadiannya bersifat pasti. Ia akan datang menjemput tanpa dapat dihindari. Kehadirannya sering menimbulkan ketakutan pada awalnya dan senantiasa melahirkan kesedihan pada akhirnya.


(18)

Bagaimana kajian ini diulas dan disampaikan dalam khotbah Jumat yang memiliki waktu yang sangat singkat kepada jamaah tanpa melupakan keaktualitasan suatu materi yang disampaikan untuk menambah wawasan serta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperbanyak bekal sebelum kita kembali menghadap-Nya. Juga yang lebih menarik lagi adalah beliau menggunakan fasilitas VCD untuk merekam khotbah agar lebih banyak dikonsumsi untuk kemudian bermanfaat bagi orang banyak.

Dan juga penyajian materi khotbah Jumatnya yang menarik (husnulardh) merupakan salah satu faktor suksesnya khotbah beliau sehingga khotbahnya itu merangsang objek dakwah untuk mendengar, menyimak, dan memperhatikan isi khotbah. Beliau juga menggunakan sistematika bahasan yang teratur, kronologis, aktual dan memahami kondisi objek dakwah, kemudian ditambah dengan ilustrasi-ilustrasi yang relevan, dan lain-lain.

Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman dan kepribadian beliau, Penulis tertarik untuk mengkaji analisis materi khotbah Jumat beliau selama ini. Dan untuk selanjutnya, tema tersebut Penulis angkat ke dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Analisis Wacana Materi Khotbah Jumat Muhasabah Dzikrulmaut Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag (Tahun 2010-2011).” Alasan penulis memilih judul ini, karena materi khotbah Jumat Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag memiliki perbedaan dan keunikan dengan muhasabah dzikrulmaut tanpa melupakan aspek keaktualannya.


(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan tentang dakwah dan khotbah, maka agar pembahasan lebih terfokus penulis mengemukakan batasan-batasan persoalan dalam skripsi ini. Secara lebih spesisik penulis hanya membatasi pada masalah materi khotbah Jumat analisis wacana kematian materi khotbah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag seri muhasabah dzikrulmaut tahun 2010-2011.

Batasan materi khotbah Jumat Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag tentang kematian dalam penelitian ini adalah sisi judul menunjukkan keaktualan serta penggunaan fasilitas VCD khotbah yang dimanfaatkan oleh Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag di berbagai kesempatan khotbah Jumat.

Tabel 1

Edisi Judul Tempat

28 Mei 2010 Jenazah Airlines Masjid Istiqomah,

Ciputat

21 Januari 2011 Andai Aku

Dimakamkan Hari Ini

Masjid Kantor Walikota Jak-Sel 15 Juli 2011 Belajar Dari Kematian

KH. Zainudin MZ

Masjid Baeturrohman Jakarta Selatan


(20)

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah bahwa:

1. Bagaimana wacana pesan dakwah yang dikemas oleh Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag dalam khotbahnya?

2. Bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial yang melatar belakangi khotbah Jumat Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk mengetahui idealisme khotib dalam khotbahnya dan menampilkan realita tentang materi khotbah. Melalui analisis wacana model Teun A. Van Dijk, kita akan tahu bukan hanya bagaimana isi teks di dalam khotbah, tetapi bagaimana dan mengapa pesan teks dalam materi khotbah itu disajikan dalam khotbah Jumat Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

1) Penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan wacana ilmu pengetahuan yang diperlukan, serta menambah khazanah keilmuan kepustakaan untuk kepentingan akademik.


(21)

2) Memberikan pengetahuan pada juru dakwah khususnya khatbah bagaimana cara penyampaian materi khotbah yang efektif.

3) Penelitian ini dapat membantu penulis untuk memenuhi syarat gelar sarjana sosial Islam (S.Kom.I)

b. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan juga dapat memberikan masukan akademis bagi materi khotbah para khotib yang dilihat dari analisis wacana model Teun Van A. Djik.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ialah metode analisis wacana dengan pendekatan kualitatif. Analisis wacana merupakan salah satu bentuk alternatif untuk menganalisis pesan dalam media selain analisis isi kuantitatif.10

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model analisis wacana van Dijk, teori analisis wacana van Dijk merupakan model analisis wacana yang paling banyak digunakan. Ini dikarenakan model tersebut dapat mengelaborasikan elemen-elemen wacana dalam suatu teks secara praktis. Melalui metode ini penulis dapat mengetahui bagaimana sebuah pesan disampaikan lewat kata atau kalimat. Unsur

10


(22)

penting dalam analisis wacana adalah kepaduan, kesatuan, dan penafsiran peneliti.

2. Jenis Penelitian

Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk menganalisa suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah. Sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan dapat dipahami.

Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk. Pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat.11

Model yang digunakan adalah model Teun A. Van Djik menurutnya penelitian wacana tidak hanya terbatas pada teks semata, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Kelebihan analisis wacana model Van Djik adalah bahwa penelitian wacana tidak semata-mata dengan menganalisis teks saja, tetapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau fikiran serta kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.12

11

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 23.

12

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2006), h. 224.


(23)

Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa 13 dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.14

Terdapat tiga struktur yang menjadi elemen analisis wacana dalam pemaparan struktur teks oleh van Djik. Jika digambarkan maka struktur teks adalah sebagai berikut:

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.15

13

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 68.

14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. Ke-5, h. 133.

15


(24)

Berikut tabel yang akan menjelaskan satu per satu elemen wacana Teun A. Van Djik yang diterapkan dalam dimensi teks sosial penelitian ini:

Tabel 3

Struktur wacana Hal yang diamati Elemen Struktur Makro

Suprestruktur

Struktur Mikro

Tematik

Tema atau topik yang dikedepankan dalam khotbah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag

Skematik

bagaimana pendapat disusun dan di rangkai

1. Semantik

Makna yang ingin ditekankan dalam Teks Materi Khotbah

2. Sintaksis

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan yang dipilih)

3. Stilistik

pilihan kata apa yang dipakai dalam Materi Khotbah Topik Skema Latar, Detail, Maksud, Peranggapan Bentuk kalimat, Koherensi, Kata ganti Leksikon Grafis, Metafora, ekspresi


(25)

4. Retoris

Bagaimana dan dengan cara apa penekanan khotbah dilakukan.16

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah analisis wacana, adapun objek pada penelitian ini adalah tema materi khotbah Jumat Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag tahun 2010-2011.

4. Sumber Penelitian

a. Sumber Primer Penelitian

Dalam hal ini, data yang diperoleh oleh peneliti langsung dari objek penelitian. Yaitu berupa rekaman khotbah jum'at yang disampaikan oleh Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag tahun 2010-2011.

Dalam mencari data teks ini, peneliti mencari mulai dari mengikuti khotbah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag. Dari rekaman kaset khotbah jum'at kemudian di repro atau tulis ulang untuk selanjutnya dijadikan bahan analisis yang menggunakan model analisis wacana milik Teun A. Van Dijk.

b. Sumber Sekunder Penelitian

Sumber data sekunder pada penelitian kali ini diperoleh dari sumber-sumber lain yang dirasa mampu untuk mendukung

16


(26)

keberhasilan dari proses penelitian. Data ini baik berupa informasi-informasi yang terdapat pada studi kepustakaan berupa teori-teori yang relevan yang berkaitan dengan kajian penelitian ini.

Dalam penelitian kualitatif pada dasarnya penganalisisan data menggunakan sebuah pemikiran yang logis, logika, induksi, analogi, komparasi, dan sejenisnya.17

Selama proses penelitian berlangsung peneliti disini melihat dan meneliti pesan dakwah melalui khotbah yang disampaikan oleh Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag. Kemudian peneliti juga berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan dan menyalin data-data yang ada kaitannya dalam penelitian ini, seperti koran, buku, dan majalah, sehingga nantinya peneliti dapat merangkum hal-hal yang penting dari semua data yang berhasil didapatkan. Setelah itu yang pada ahirnya peneliti dapat mengolahnya dengan memakai analisis wacana model Teun A Van Dijk yang meliputi enam unsur yaitu: dilihat dari sisi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retorisnya.

5. Tahapan Prosedur Penelitian 1. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian. Adapun untuk

17

Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1991), h.12.


(27)

pelaksanaan penelitian ini, tahapan yang akan dilakukan adalah, sebagai berikut:

1) Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu sebagai percakapan antara dua orang atau lebih.18 Sedangkan Observasi dilakukan sebagai metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari narasumbernya19 untuk memperoleh keterangan data secara lisan melalui tanya jawab yang berupa wawancara dengan responden.

2) Dokumentasi adalah merupakan sebuah teknik untuk mencari dan mendapatkan data mengenai hal-hal yang tertulis.20 Peneliti juga berusaha mendokumentasikan segala hal yang di perlukan dalam proses penelitian. Mulai dari melihat langsung ataupun meminta rekaman dari khutbah yang disampaikan oleh Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag. Selain itu, peneliti juga mencari informasi yang terkait dengan masalah-masalah penelitian kali ini, baik dari buku, koran, dan majalah sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Dan untuk memudahkan penganalisaan, pada langkah berikutnya peneliti memutar berulang-ulang untuk kemudian dirubah kedalam bentuk sebuah teks tertulis.

3) Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu

18

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustazaka Setia, 2002), cet. Ke-1, h. 130.

19

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigama Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35.

20


(28)

utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.21 Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan cara mengamati teks-teks dalam materi khotbah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag tahun 2010-2011. Kemudian dari pengamatan tersebut dianalisis dengan teori wacana van Dijk. Setelah itu kita bisa dapat melihat makna ataupun arti yang tersembunyi dalam sebuah teks khotbah Jumat yang disampaikan.

2. Teknik Analisis Data

a. Proses Penafsiran Data

Penelitian analisis wacana merupakan penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada penjumlahan unit kategori. Pada tahap ini, penulis akan memperhatikan teks-teks yang terdapat pada materi khotbah Jumat Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag seri muhasabah dzikrulmaut yang kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti yang disesuaikan dengan kerangka analisis wacana yang dikemukakan oleh Teun A. van Dijk.

21

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2006) h. 134.


(29)

b. Penyimpulan Hasil Penelitian

Kesimpulan hasil penelitian diambil berdasarkan pada interpretasi peneliti atas obyek yang diteliti dan data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian.

E. Tinjauan Pustaka

Judul penelitian yang sudah diteliti sudah banyak sekali yang membahas tentang analisis wacana, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis di perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, maka penulis menemukan beberapa judul skripsi yang menggunakan judul yang sama, antara lain:

1. Yusriani Pulungan, 106051001726, 2008, Analisis Wacana Pesan moral dalam Novel De Wints karya AFIFAH AFRA.

2. Astri Putriyani, 103051028444, 2010, Analisis Wacana Rubrik “Media

dan Kita” Majalah UMMI Edisi Juli-Oktober 2009.

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lainnya adalah subjeknya dari penelitian ini adalah memaparkan materi khotbah Jumat Ustaz. Dr. H. Sunandar, M.Ag yang mengangkat nilai-nilai muhasabah dzikrulmaut tanpa melupakan aspek keaktualannya.

Namun dari sekian banyak skripsi yang ada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan juga di Perpustakaan Utama Uin Syarif Hidayatullah Jakarta penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama dengan skripsi yang penulis angkat.


(30)

F. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan penelitian ini, secara sistematis penulisannya dibagi kedalam lima bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi: Latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II Berisi Landasan Teoritis yang meliputi : Pengertian analisis wacana, model analisis wacana Teun A. van Dijk, kognisi sosial. Dan Khotbah Jumat, meliputi: pengertian khotbah, pengertian khotbah Jumat, syarat dan rukun khotbah Jumat, materi khotbah Jumat, khotbah yang sukses, .

BAB III Profil Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag meliputi: riwayat hidup Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, riwayat organisasi, karya – karya Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag, karya tulis, serial muhasabah (VCD bengkel hati), karier Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag, kiprah di media, kiprah di media massa, kiprah di dunia pendidikan, pengalaman kerja, dan aktivitas dakwah Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag.

BAB IV Berisi Analisis Wacana dalam Materi Khotbah Jumat Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag tahun 2010-2011 yang meliputi : analisis wacana materi khotbah Jumat Ustaz Dr. H.


(31)

Sunandar, M.Ag berdasarkan model Teun van Dijk, analisis wacana berdasarkan kognisi sosial, analisis wacana berdasarkan konteks sosial.


(32)

21

A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana 1. PengertianAnalisis Wacana

Wacana ialah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi di atas satuan kalimat, sebagai satuan tertinggi yang lengkap maka di dalam wacana itu terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami tanpa keraguan apapun.1 Wacana ini di realisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seni ensiklopedia, artikel, dan sebagainya), paragraf atau kata yang membawa amanat yang lengkap.2

Istilah wacana merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yakni

discourse, kata discourse berasal dari bahasa latin discursus, dis : dari, dalam arah yang berbeda dan curere : lari, sehingga berarti lari kian kemari.3

Banyak sekali perbedaan definisi tentang wacana, hal ini dikarenakan perbedaan displin ilmu yang memakainya. Bahkan kamus, kalau di anggap merujuk pada referensi yang objektif, juga memiliki definisi yang berbeda pula. Di dalam sebuah buku yang di tulis Alex

1

Abdul Chaer, Kajian Bahasa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 62 .

2

Okke Kusuma Sumantri Zaimar dan Ayu Basoeki Harahap, Telaah Wacana, (Jakarta: The Intercultural Intitute, 2009), h. 11.

3


(33)

dengan kata-kata,ekspresi ide-ide atau gagasan, kopensasi atau percakapan.4

Berikut ini beberapa pengertian wacana dari para pakar komunikasi:

Menurut Mulyana yang dikutip oleh Alex Sobur, secara etimologis istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta wac atau wak atau vak

yang memiliki arti 'berkata', 'berucap'. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ana yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna 'membendakan' (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.5

Menurut Ismail Marhaimin yang dikutip oleh Alex Sobur

mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam

pembahasan) menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya”, dan

“komunikasi buah pikiran, baik lisan maupunn tulisan, yang resmi dan

teratur”.6

Menurut Samsuri yang dikutip oleh Alex Sobur menyatakan bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.

4

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 9.

5

Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 3.

6


(34)

memakai tulisan.7

Alex Sobur merangkum pengertian wacana dari berbagai pendapat,

ia memandang wacana sebagai “rangkaian ujar atau rangkaian tindak

tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa”.8

Kajian terhadap wacana sering disebut sebagai analisis wacana, istilah analisis dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu sifat penelitian, penguraian, kupasan. Sedangkan analisa adalah penyeledikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya.9

Analisis wacana merupakan pendekatan baru muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisaannya hanya kepada soal kalimat dan barulah memalingkan perhatiannya kepada penganalisaan wacana.10

Analisis wacana merupakan salah satu studi mengenai pesan dalam komunikasi selain analisis isi kuantitatif. Menurut Eriyanto, terdapat empat perbedaan anatara analisis wacana dengan analisis isi (kuantitatif), anatara lain:

7

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 10.

8

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 11.

9

Hamis ST, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pustaka Dua, 2000), cet. Ke-1, h. 34.

10

A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. Ke-1, h. 12.


(35)

a) Analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang umumnya kuantitatif, analisi wacana menekankan pada pemaknaan teks ketimbang penjumlahan unit kategori seperti yang terdapat dalam analisi isi. Sehingga dalam menentukan analisis datanya, analisis wacana tidak memerlukan lembaran koding.

b) Analisi isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), atau dengan kata lain yang dipentingkan adalah objektivitas, validitas (keakuratan data), dan realibitas. Sedangkan dalam analisis wacana, unsur terpenting dalam analisisnya adalah penafsiran dari teks yang latent (tersembunyi).

c) Analisis isi kuantitatif lebih menekankan kepada “apa” (what) yang dikatakan oleh media, dan hanya bergerak pada level makro isi media saja. Sedangkan analisis wacana menekankan

kepada “bagaimana” (how) dan isi media, analisis wacana juga meneliti pada level mikro yang menyusun suatu teks, seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris.

d) Analisis isi bertujuan melakukan generalisasi dalam penyimpulan hasil penelitiannya, dan bahkan melakukan prediksi. Hal ini karena dalam unit atau perangkat


(36)

Yang secara tidak langsung bertujuan untuk menggambarkan fenomena dari suatu isu atau peristiwa. Sedangkan analisis wacana tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi dengan menggunakan beberapa asumsi. Hali ini karena analisis wacana bahwa setiap peristiwa pada dasarnya selalu bersifat unik, karena tidak diperlukan prosedur yang sama diterapkan untuk isu dan kasus yang berbeda.11

Analisis wacana bersifat lebih mendalam bila dibandingkan dengan analisis isi sebab analisis wacana menafsirkan pesan yang tersembunyi. Untuk analisis wacana tulisan, meneliti bukan hanya sekedar pada kalimat yang ditulis, tetapi pada kata dan hubungan kalimat, bagaimana kalimat itu dibentuk dan tujuan dari kata atau kalimat itu disajikan. Analisis wacana tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi seperti yang dilakukan dalam penelitian dengan menggunakan analisis isi dalam penyimpulan hasil.

2. Model Analisis Wacana Teun A. van Dijk

Ada banyak model analisis wacana yang diperkenalkan para ahli. Model analisis wacana yang banyak dipakai dalam penelitian wacana adalah model milik van Dijk, hal ini dikarenakan van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan

11


(37)

disebut sebagai “kognisi sosial” .

Wacana oleh van Dijk digambarkan memiliki tiga dimensi, yaitu: teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Ketiga bagian ini adalah bagian yang integral dalam kerangka teori van Dijk, untuk itulah van Dijk menggambungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.

a. Teks

Van Dijk melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan; (1) Struktur makro, ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa, (2) Suprastruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimna struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh, dan (3) struktur mikro adalah makna yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai, dan sebagainya. Struktur wacana van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 1. Struktur Wacana

Struktur wacana Hal yang diamati Unit Analisis

Struktur makro TEMATIK

(apa yang dikatakan)


(38)

Suprestruktur Struktur mikro Struktur mikro Struktur mikro Struktur mikro SKEMATIK

(bagaimana pendapat disusun dan di rangkai)

Elemen: Skema SEMANTIK

(apa arti pendapat yang ingin disampaikan?)

Elemen: Latar, Detail, Maksud, Peranggapan

SINTAKSIS (Bagaimana pendapat

disampaikan?) Elemen: Bentuk kalimat,

Koherensi, Kata ganti. STILISTIK

(pilihan kata apa yang dipakai?) Elemen: Leksikon,

RETORIS

(dengan cara apa pendapat disampaikan?) Elemen: Grafis, Metafora,

Ekspresi Teks Paragraf Kalimat Proposisi Kata Kalimat proposisi12

Beberapa hal yang diamati dari struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro dalam analisis wacana van Dijk adalah:

1) Tematik

Tematik adalah hal yang diamati dalam struktur makro analisis wacana van Dijk. Secara etimologi tematik berasal dari kata Yunani yaitu tithenai yang berarti menempatkan atau meletakkan. Sedangkan dilihat sebagai sebuat tulisan, tema

12

Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2003), h. 163.


(39)

melalui tulisannya.13 Topik merupakan elemen yang terdapat dalam tematik. Topik menunjukan inti pesan atau informasi yang paling penting yang ingin disampaikan komunikator dalam hal ini penulis rubrik. Dengan topik, kita dapat mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh penulis rubrik dalam mengatasi masalah.

2) Skematik

Menurut van Dijk, skematik merupakan strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu. Skematik yang memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang diakhirkan untuk menyembunyikan informasi penting.14 Pada umumnya, teks atau wacana memiliki skema atau alur, yang dimulai dari pendahuluan hingga penutup. Alur memberikan tekanan dalam suatu teks, bagian mana yang berada di awal, dan bagian mana yang berada di akhir sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Dalam menganalisis wacana sebuah berita, terdapat dua kategori besar pada struktur skema, pertama

summary yang terdiri dari dua elemen judul dan lead (teras

13

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 75.

14

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yoyakarta: PT.LKIS, 2006), Cet ke-6, h. 234.


(40)

berita secara keseluruhan.15 3) Semantik

Dalam pengertian umum, semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal yaitu makna untuk semantik yang terkecil yang disebut leksen, maupun makna yang berbentuk dari penggambungan satuan kebahasaan yang disebut dengan makna gramtikal. Sementara itu dalam buku Analisis wacana, Alex Sobur menjelaskan mengenai semantik dalam pandangan van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal, yaitu makna yang muncul dari hubungan makna tertentu dalam suatu bangunan teks.16 Dengan kata lain, semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang penting dari struktur wacana, tetapi juga menggiring kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa. Elemen yang diamati dalam semantik adalah latar, detail, maksud, pra-anggapan, dan nominalisasi.

Untuk lebih jelasnya, maka masing-masing elemen wacana semantik, seperti latar, detail, maksud sebagai berikut:

a) Latar

Latar adalah bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan, latar dapat menjadi alasan

15

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 232.

16


(41)

teks. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelediki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.17

b) Detail

Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak disampaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya. Informasi yang menguntungkan komunikator, bukan hanya ditampilkan secara berlebih tetapi juga dengan detail yang lengkap kalau perlu dengan data-data. Detail yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detail yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan dirinya. Hal yang menguntungkan komunikator atau pembuat teks akan

17


(42)

tidak menguntungkan. Detail informasi akan dikurangi.18 c) Maksud

Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detail. Dalam detail, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detail yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi.19

Dalam konteks media, elemen maksud menunjukan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.20 d) Peranggapan

Elemen wacana peraanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya

18

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 238.

19

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 240.

20


(43)

dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.21 Teks berita umumnya mengandung banyak sekali praanggapan. Praanggapan ini merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya, tetapi dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu.

4) Sintaksis

Kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun berarti dengan, dan tattein berarti menempatkan). Jadi, secara etimologi kata sintaksis berarti menempatkan bersama-sama hal-hal menjadi kelompok kata atau kalimat. Sedangkan menurut Ramlan, sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, ataupun frase.22 Maksudnya disini adalah bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun menjadi kesatuan yang memilki arti. Elemen yang diamati dalam sintaksis adalah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti. Untuk lebih jelasnya, maka masing-masing elemen wacana sintaksis, seperti bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti sebagai berikut:

a) Bentuk kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia

21

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 256.

22


(44)

menjelaskan A. Logika kaulitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menetukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.23

b) Koherensi

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya.24 c) Kata Ganti

Merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti "saya" atau "kami" yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi, ketika memakai kata ganti "kita" menjadikan sikap

23

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 251.

24


(45)

komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan.25

5) Stilistik

Stilistik adalah cara yang digunakan oleh penulis rubrik untuk menyatukan maksudnya dengan menggunakan gaya bahasa tertentu sesuai dengan keinginan penulis rubrik. Gaya bahasa dalam pengertian disini mencakup pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan dan sebagainya. Elemen dalam bentuk stalistik adalah leksikal merupakan pemilihan dan pemakaian kata atau frase dalam menyebut sesuatu ataupun peristiwa dengan menggunakan kata lain yang memiliki

persamaan (sinonim), seperti kata “meninggal”, yang memiliki

kata lain mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Pilihan kata yang digunakan menunjukan sikap dan ideology tertentu.26 Pengertian leksikon, pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang meujuk pada fakta. Diantara beberapa kata itu seseorang

25

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 82.

26


(46)

pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.27

6) Retoris

Strategi retoris yang dimaksud disini adalah yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Retoris berhubungan erat dengan bagaimana suatu pesan disampaikan kepada khalayak. Retoris berfungsi persuasive (mempengaruhi).28 Elemen dalam strategi retoris dapat muncul dalam bentuk grafis, metafora, dan ekspresi. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan pengertian grafis, metafora sebagai berikut:

a) Grafis

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati oleh teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang

27

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 255.

28


(47)

tersebut. Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, dimana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut.29 b) Metafora

Dalam suatu wacana seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bias jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berpikir, alas an pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada public. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, pribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.30

3. Kognisi Sosial dan Konteks Sosial

Dalam dimensi ini, menerangkan bagaimana teks diproduksi oleh pembuat teks, cara memandang suatu realitas sosial yang melahirkan teks tertentu. Kognisi sosial memiliki

29

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 258.

30


(48)

dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita, karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.31

Konteks Sosial berusaha memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa. Titik perhatian dari analisis adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi.

B. Khotbah Jumat

1. Pengertian khotbah

Khotbah adalah sarana istimewa dalam dakwah untuk menyampaikan pesan dan menerangkan fikrah tertentu. Diantara sarana khotbah adalah membawa pendengar untuk menyimak, menerima, dan membangkitkan rasa dalam hatinya terhadap fikrah yang disampaikan dan diserukan oleh khatib. Pendengar menjadi bersemangat kepada fikrah itu dan mempersiapkan diri untuk membela fikrah itu dengan jiwa raga ketika diperlukan. Hal ini tidak cukup dengan bukti-bukti logis yang kering atau argumentasi akal semata, tetapi dengan menggetarkan rasa dan berbicara dengan hati.

31


(49)

menyentuh perasaan dalam khotbahlah yang menjadi pilar penting dalam khotbah. Keduanya akan membentuk dalil aqli dan argumen logika bersama hal-hal lain yang ada dalam ungkapan yang disampaikan, siapa yang mengatakan, tema, dan khatib yang menyampaikan.32

Dalam khotbah tidak boleh dilakukan dengan dialog sehingga hanya bersifat monolog saja. Pelaku khotbah dinamakan khotib.33

2. Pengertian Khotbah Jumat

Adapun yang dimaksud dengan khotbah Jumat adalah satu bagian yang termasyhur dari khotbah agama, tiap minggu kita dapati jutaan mimbar di dunia Islam dinaiki oleh para khotib dalam pakaian keagamaan mereka untuk menyampaikan khotbah Jumat.

Khotbah Jumat merupakan kesempatan yang amat baik untuk memberikan nasihat kepada jamaah dalam rangka peningkatan ketaqwaan kepada Allah SWT. Khotbah ini menjadi sangat penting dan strategis karena dihadiri oleh jamaah dalam jumlah yang banyak sehingga banyak sekali masjid yang tidak mampu menampung jamaah Jumat yang berasal dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda, kaya maupun miskin, berpendidikan tinggi ataupun rendah, yang

32

Taufik Al-Wa’iy, Dakwah Ke Jalan Allah: Muatan, Sarana dan Tujuan, (Jakarta: Robbani Press, 2010), h. 392.

33

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 37.


(50)

sangat penting untuk diperhatikan jamaah Jumat yang banyak itu semua dalam keadaan suci (berwudhu), mudah-mudahan dari kesucian jasmani itu, dimiliki juga kesucian rohani sehingga mudah bagi mereka untuk menerima dan melaksanakan pesan-pesan dakwah dari seorang khotib.

Agar target khotbah yang hendak dicapai itu bisa terpenuhi, maka disamping kemampuan berkhotbah yang bisa diandalkan dengan kepribadian sang khotib yang baik. Khotbah juga harus dilaksanakan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Yang dalam istilah fiqihnya disebut dengan kaifiyat (tata cara) khotbah. Memahami kaifiyat khotbah Jumat menjadi sesuatu yang sangat penting karena khotbahJumat merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pelaksanaan ibadah Jumat itu sendiri.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh seorang khotib dalam menyampaikan khotbah Jumat.

a. Naik ke Mimbar dan Memberi Salam

Setelah waktu Jumat tiba, maka khotib harus segera naik ke mimbar dan memberi ucapan salam. Hal tersebut terdapat dalam hadis Nabi SAW:


(51)

34

Jabir meriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi SAW apabila naik ke mimbar maka ia memberi salam (H.R. Ibnu Majah).

b. Duduk dan Mendengarkan Adzan

Setelah memberi salam, khotib duduk di atas kursi atau bangku yang terdapat di atas mimbar, lalu muadzin memperdengarkan adzan sebagaimana terdapat dalam hadis Nabi SAW:

“Dari Saib bin Yazid berkata: adalah Bilal, biasa adzan apabila Nabi SAW duduk di atas mimbar dan ia iqamat setelah Nabi SAW

turun”. (H.R. Ahmad dan Nasai). c. Memenuhi Rukun Khotbah

Khotbah Jumat tentu saja harus ada rukun-rukun yang harus dipenuhinya, baik pada khotbah pertama maupun khotbah kedua. d. Menyampaikan Khotbah dengan Singkat, Padat, dan Suara yang

Lantang.

Dalam menyampaikan khotbah Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita untuk berkhotbah dengan waktu yang singkat dengan

34

Muhammad bin Yazid Abu Abdullah Al-Qozwani, Sunan Ibnu Majah, (Bairut: Darul Fikri), juz 1, h. 352.

35 Ahmad bin Syu’aib Abu Abdirrohman An

-Nasa’I, Sunan An-Nasa’I Al-Kubro, (Bairut: Darul Kutub Alamiyah), Juz 1, h. 527.


(52)

sebagaimana hadis berikut:

“Sesungguhnya Nabi SAW tidak pernah memanjangkan khotbahnya pada hari Jumat, sesungguhnya khotbah itu hanya berisikan kalimat-kalimat yang pendek”. (H.R. Abu Daud).

Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa khotbah Jumat merupakan bagian dari pelaksanaan ibadah Jumat yang tidak bisa diabaikan begitu saja atau menyampaikan khotbah hanya sekadar untuk menggugurkan kewajiban saja. Oleh karena itu, khotbah harus disampaikan dengan baik dan setiap jamaah mesti mendengarkannya dengan baik. Insya Allah, dengan begitu kualitas ketaqwaan kaum muslimin akan terus meningkat dari waktu ke waktu.37 pada khotbah Jumat bagi yang sanggup, merupakan perintah yang disepakati (tidak ada perbedaan pendapat).38

Khotbah Jumat diawali dengan dua khotbah hal ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:

36

Abu Daud Sulaiman bin „As’as, Sunan Abu Daud, (Bairut: Darul Kutub „Arobi), Juz 1,

h. 432.

37

H. Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khotib dan Mubalig, (Jakarta: Al-Qalam, 2005), h. 60-65.

38

Abdullah Syihata,Da‟wah Islamiyah, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Islam, 1986), h. 33.


(53)

39

Artinya : Dari Ibnu Umar berkata, “Rasulullah SAW berkhotbah pada hari Jumat sambil berdiri kemudian duduk kemudian berdiri.” (HR. Muslim)

Khotbah Jumat adalah ceramah tentang ketaqwaan dan pemahaman ajaran Islam sebagai rangkaian shalat Jumat. Khotbah Jumat ini dua kali dan dilakukan sebelum shalat Jumat.

3. Materi Khotbah Jumat

Pada dasarnya materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang secara murni tertulis dalam Al-qur’an dan diperjelas oleh Nabi Muhammad SAW dalam Al-Hadits sebagai sumber utama materi dakwah. Berkaitan dengan materi dakwah ini Barmawy Umari menjelaskan bahwa materi dakwah ada sepuluh bagian, yaitu:

1) Aqidah, menyebarkan dan menanamkan pengertian aqidah Islamiah yang berpangkal dari rukun iman yang prinsipil dan segala perinciannya.

2) Akhlak, yaitu menerangkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) dan akhlakul mazmumah (akhlak yang tercela) dengan segala

39

Abu Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Muslim Al-Qosyiri An-Naysaburi,


(54)

contoh-contoh yang telah berlaku dalam sejarah.

3) Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi soal-soal ibadah, muamalat, ahwalus syakhsiah yang wajib diamalkan oleh setiap muslim dan masalah lainnya.

4) Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki Islam antar penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap golongan lain (non) muslim.

5) Sosial, yaitu yang mengemukakan bagaimana solidaritas menurut hukum agama, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi.

6) Kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sifat asimilasi dan akulturasi sesuai dengan ruang dan waktu.

7) Kemasyarakatan, yaitu menguraikan kontruksi masyarakat yang penuh ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.

8) Amar Ma’ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik guna


(55)

terhindar dari mala petaka yang akan datang.17

Pada hakikatnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

1) Masalah keimanan (Aqidah) 2) Masalah Keislaman (Syariah)

3) Masalah Budi Pekerti (Akhlakul karimah).40

4. Khotbah Yang Sukses

Khotbah yang sukses adalah khotbah yang berkesan pada jiwa pendengarnya setelah terlebih dahulu dipersiapkan sebaik-baiknya. Khotbah itu akan tertanam dan terkesan lama pada jiwa hadirin bertahun-tahun mungkin sampai puluhan tahun. Pengajaran-pengajaran, nasehat-nasehat yang digemblengkan khotib dengan teknik khotbah yang tinggi, dapat mengubah sifat dan tingkah laku pendengarnya dari yang buruk kepada yang baik. Khotbah yang disampaikan dari hati ke hati dan dari jiwa ke jiwa itu akan memberikan keinsafan dan kesadaran yang mendalam kepada hadirin untuk meningkatkan mutu amal mereka dalam menghayati dan

17

Barmawy Umar, Azas-azas Ilmu Dakwah, (Solo: CV. Ramadhani, 1987), cet. Ke-2. h. 57-58.

40


(56)

sang khotib.41

Khotbah adalah seni untuk menyampaikan fikiran atau lainnya kepada khalayak ramai dengan tujuan agar menerima pikiran-pikiran tersebut dan mendorongnya untuk melaksanakan apa yang diinginkan. Khotbah terjadi bila ada tiga unsur yaitu: pertama, khotib yang berilmu pengetahuan dan memiliki kemampuan, kedua khalayak ramai yang mendengarkan khotbah dan ketiga adanya tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dari khotbah yang disampaikan.

Seorang khotib yang pandai akan mampu merubah kondisi, mempengaruhi para pendengarnya untuk melakukan apa yang disampaikannya. Bahkan tidak sedikit khotbah yang bisa mengorbankan peperangan dan revolusi atau memadamkan keduanya serta membawa manusia ke arah perdamaian dan ketentraman.

Semua para Nabi dan Rasul adalah ahli khotbah. Mereka menghabiskan umurnya untuk berdakwah dan berkhotbah guna menganjurkan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Allah menyatakan hal itu:

“Tiadalah kewajiban atas rasul kecuali menyampaikan ajaran

dengan jelas”

Dalam sejarah Islam kita mengenal para khotib yang hebat seperti Imam Ali r.a., Ziyad bin Abih, Hajjaj bin Yusuf, Thoriq bin Ziyad dan

41


(57)

khotbahnya yang dapat mempengaruhi massa yang mendengarkannya.42

5. Sendi Utama Khotbah

Seorang khotib sebelum tampil hendaknya menyiapkan khotbahnya sebaik mungkin. Bukan berarti ia harus ia harus menulisnya secara utuh lalu dibicarakan, kecuali pidato resmi yang memiliki dampak politik atau hukuman.

Makna menyiapkan khotbah disini adalah menetapkan pokok-pokok pikiran yang akan disampaikan dalam khotbah, memilih logika atau dalil-dalil akal yang akan digunakan agar bisa diterima orang, menyiapkan, peribahasa, ayat-ayat Al-Quran dan Hadis yang akan dijadikan pendukung pokok-pokok pikiran tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan khotbah, yaitu:

1. Materi khotbah harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Khotbah yang disampaikan di kalangan terpelajar tidak sama dengan khotbah yang disampaikan kepada para petani kampung. Khotbah atau pidato yang disampaikan di depan ibu-ibu rumah tangga tidak sama dengan pidato di depan buruh pabrik dan seterusnya.

42

H. Ahmad Yani dan Ahmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001), h. 112-113.


(58)

khotbahnya harus memperhatikan hal ini disamping memperhatikan keterkaitan bagian-bagian bahasan tertentu, dan susunannya. Kesatuan bahasan ini menuntut khotib untuk menyiapkan muqaddimah yang sesuai dengan isi khotbah, menyampaikan masalahnya dengan gamblang dan memberikan solusi secara mudah kemudian menampilkan dalil-dalil akal, bukti-bukti dan ayat-ayat atau hadis. Bagi seorang khotib berarti harus menguasai permasalahan secara baik berikut solusinya.

3. Kejelasan materi bahasan. Dalam hal ini seorang khotib hendaknya memilih kata-kata yang bisa difahami masyarakat, menyusun kalimat-kalimat yang mudah disesuaikan dengan tingkat pendidikan para hadirin pendengarnya.

4. Kekuatan isi khotbah. Apabila khotib memiliki sasaran tertentu yang ingin disampaikannya, maka ia harus menyeru hal itu dengan kuat. Kejelasan fikroh dalam benaknya dan bersandar pada dalil-dalil logika, dalil ayat Al-Qur’an dan Hadis, peribahasa, peristiwa sejarah dan sebaginya.

5. Kekinian materi bahasan khotbah. Banyak para khotib yang mengulang-ulang khotbahnya sehingga materinya sudah bisa dihafal orang. Khotbah hendaknya mengandung unsur yang aktual yang menarik para hadirin. Dalam hal ini khotib bisa


(59)

atau merubah judul yang dibahasnya disesuaikan dengan topik-topik yang hangat.

6. Keindahan bahasa. Keindahan merupakan sesuatu yang disenangi oleh semua hati manusia. Rasulullah SAW pernah menyatakan dalam sebuah hadis yang artinya: “Allah adalah

Maha Indah dan mencintai keindahan”.

7. Bahasan tidak terlalu panjang yang membosankan dan juga tidak terlalu singkat sehingga sulit difahami.43

C. Muhasabah

1. Pengertian Muhasabah

Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri. Dalam

Al-Qur’an tersirat suatu perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya

hari esok akan lebih baik. Allah SWT berfirman:





















































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk

43


(60)

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [Q.S.Al-Hasyr (59):18]

2. Urgensi Muhasabah

Muhasabah merupakan usaha seorang Muslim untuk menghitung, mengkalkulasi diri seberapa banyak dosa yang telah dilakukan dan mana-mana saja kebaikan yang belum dilakukannya. Jadi Muhasabah adalah sebuah upaya untuk selalu menghadirkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya tengah dihisab, dicatat oleh Raqib dan Atib sehingga ia pun berusaha aktif menghisab dirinya terlebih dulu agar dapat bergegas memperbaiki diri.

Oleh karena itu melakukan muhasabah atau introspeksi diri merupakan hal yang sangat penting untuk menilai apakah amal perbuatannya sudah sesuai dengan ketentuan Allah. Tanpa introspeksi, jiwa manusia tidak akan menjadi baik. Imam Turmudzi meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab mengenai urgensi muhasabah.

Umar r.a. mengemukakan: “Hisablah diri kalian sebelum kalian

dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk akhirat (yaumul hisab).44

3. Muhasabah Kematian

Sungguh, kalau direnungkan betul-betul, keyakinan akan datangnya kematian hanya dari Allah, akan mampu mengerem seseorang dari tindak

maksiyat, sekaligus mendorong seseorang untuk senantiasa berbuat ta’at,

menjadikannya berani menghadapi rintangan apapun sekaligus takut

44

Alibasyah, Bahan renungan kalbu, (Jakarta: Yayasan Mutiara Tauhid, Permadi 2005), h. 9


(61)

Tafsir Rûhul Bayân disebutkan bahwa „Umar r.a menulis di cincinnya:

Cukuplah kematian itu menjadi penasihat wahai „Umar

Bahkan dalam Minhajul Qosidin dijelaskan:

“Kita semua telah meyakini kematian, tetapi kita tidak melihat

orang yang bersiap-siap menghadapinya! Kita semua telah meyakini adanya sorga, tetapi kita tidak melihat orang yang beramal untuknya! Kita semua telah meyakini adanya neraka, tetapi kita tidak melihat orang yang takut terhadapnya! Maka terhadap apa kamu bergembira?! Kemungkinan apakah yang kamu nantikan?! kematian! Itulah perkara pertama kali yang akan datang kepadamu dengan membawa kebaikan atau keburukan. Wahai saudara-saudaraku! Berjalanlah menghadap Penguasamu Allah

dengan perjalanan yang bagus”.46

45“Muhasabah”, diakses pada 20 Mei 2013

dari blogspot.com/2009/08/dzikrul-maut.html.

46

Ali bin Hasan Al-Halabi, Mukhtashor Minhajul Qoshidin, (Bairut: Darul „Aroby), h. 483.


(1)

kami berikan kpamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu

Lalu ia berkata: Ya Rabbku,

mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku Sampai waktu yang dekat,

Yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang soleh.

MENYESAL KEMUDIAN TIADA BERGUNA, MENYESAL SAAT TERBARING

DI LIANG KUBUR, ADALAH SIA-SIA.

KARENA ITU…SEBELUM KITA MENYESAL KELAK… MARI TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MILADIYAH 2011 INI…

KITA MEMPERBAIKI DIRI, tidak lagi menunggu saat yang tepat utk BERTOBAT…..karena wafat bs datang setiap saat


(2)

Lampiran Materi Khotbah Jumat

BELAJAR DARI KEMATIAN KH ZAINUDIN MZ Khotbah Jumat di Masjid Baeturrohman Jakarta Selatan, 15 Juli 2011

Jumat yang lalu khotib menjadi makmum ikut solat jumat di masjid nabawi dalam rangka umroh bersama ust M arifin ilham dan membimbing jamaah 320 jamaah dari trevel az zikro

Ada hal yang menarik yang ingin khotib berbgai ketika khotib

Ketika menanti solat jumat khotib berbincang dengan jamaah Indonesia berasal dari Banjarmasin dalam bincang bincang itu teman khotib menyampaikan begini ada riwayat seorang hamba Allah telah beribadah selama 500 tahun ketika berada di hadapan Allah, kata Allah engkau masuk surge karena ridloku lalu kata hamba Allah Ya Allah selama hidup aku telah beribadah selama 500 th silakan timbang saja hisab saja antara ibadah2ku itu, lalu ditimbanglah ibadah yang ia katakana selama 500 th dengan kesalahan-kesalahannya sebagai manusia setelah ditimbang2 ternyata dia harus masuk neraka. SUBHANALLAH ini suatu riwayat yang menarik yang dapat kita ambil pelajaran. terutama bila dikaitkan dengan dipanggilnya ke rahmatullah seorang mubalig kondang, dai sejuta umat yang tidak kita duga ternyata tlh dipanggil oleh Allah pada hari rabu. Hari yang sama ketika khotib dan jamaah berangkat umroh

Hadirin jamaah jumat rohimakumullah satu ungkapan mengungkapkan Al insaan mahalul hoto wa nisyan, (manusia tempatnya salah dan lupa) Satu riwayat mengatakan :

KULLU BANI ADAM KHOTOOUN, WAKHOIRU KHOTOIN ATTAWABUN

Setiap bani adam pasti melakukan kesalahan dan sebaik2 mereka yang berbuat kesalahan adalah mereka yang taubat. Taubat sebelum wafat.

Saudar hadirin rohimakumullah

Siapa daiantara kita hadirin yang tidak pernah berbuat salah termasuk ust atau kiyai sekali pun kalau kita lihat apa yang kita perbuat dalam keseharian kita, kita tidak bias menghindar dari pelanggaran rambu2 agama. Diantara kita sering berbuat salah dan khilaf, sering berbuat dosa, pernah punya keberanian berbuat maksiat, sering berbohong, meninggalkan kewajiban solat, menginjing berghibah, menceritakan aib orang lain, fitnah, dan kemudian mengkondisikan uang subhat dan uang haram. Siapa yang terlepas dari kesalahan2 itu

Semua orang pernah salah maka kita tidak harus heran kalau seorang ust atau kiyai sekalipun juga pernah berbuat salah, tapi mari kita fahami riwyat tadi …..


(3)

Bagaimana jika kita beluum taubat sampai kita wafat, kalau kita banyak kesalahan dalam keseharian dan tidak taubat seblm wafat sampai kemudian kita wafat, maka kita akan terancam oleh satu hadis yang menegaskan bahwa setiap manusia akan masuk neraka hadis itu berbunyi

Setiap manusia akan masuk neraka dan mereka akan keluar dari neraka karena amal perbuatan mereka selama mereka hidup di dunia, yang pertama mereka dimasukkan ke dalam api neraka dan keluar bagaikan kencangnya sinar kilat, yang kedua dimasukkan ke dalam api neraka dan keluar bagaikan kencangnya tiupan angin, yang ketiga bagaikan kencangnya kendaraan, yang ke empat bagaikan kencangnya larinya kuda, yang keenam bagaikan keenam bagaikan lambatnya seseorang berjalan, maksud dari riwayat sohih ini adalah bahwa masuk neraka nasibnya berbeda2 ada yang sangat ssebentar ada yang agak lama ada yang lama da nada yang lama sekali di neraka.

Sebentar atau lama sekali di neraka tergantung amal perbuatan kita selama kita hidup di dunia. Selama kita diberikan karunia umur panjang, karunia kehidupan, karunia sehat jasmani, karunia rezeki serta jabatan dan pekerjaan, itu yang menentukan apakah kita sebentar atau lama di neraka atau diampuninya dosa2 kita dan kita masuk syurga BIGOIRI HISAB

Tergantung ketika kita masih hidup. Karenanya kita tidak bias memponis seseorang pasti masuk neraka tidak, seseorang pasti masuk surge karena dia seorang ust karena dia adalah kiyai tidak, tidak bias kita memponis seperti itu,

Kita mengenal konsep YAUMUL MIZAN DAN YAUMUL HISAB tadi di awal dengan satu kisah bahwa seorang yakin dng dirinya, yakin bahwa ia telah beribadah selama 500 th, pada akhirnya ketika dihitung dia harus masuk neraka.

HADIRIN bagaimana dng kita sudahkah kita beribadah selama 500th? bagi kita yang sdh haji, sdh umroh, beribadah solat di masjid nabawi pahalanya 1000 x lipat, beribadah solat di masjidil harom pahalanya 100.000 x lipat. Apakah akan tetap surplus? 500 th saja akhirnya dijerumuskan ke dalam api neraka, maka pelajaran yang patut kita ambil yang sangat berharga dan harus kita renungkan adalah kita harus antisipasi jng sampai nanti kita di masukkan ke dalam api neraka, apalah lagi kalau kita tidak yakin akan semua amal ibadah yang kita lakukan, semua amal soleh yang sdh kita tegakkan maka terancam masuk neraka. Nerakanya yang bagaimana? Apakah yang paling depan atau yang sangat sebentar atau yang lama. Kalau tadi hadis menjelaskan hal itu mari kita fahami ayat al quran surat azzumar ayat 71 yang artinya :

“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu Rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan Pertemuan dengan hari ini?" mereka menjawab: "Benar (telah datang)". tetapi telah pasti Berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.”

Orang- orang yang takut pada Tuhannya, yang solat, yang puasa, yang solat jumat akan di masukkan ked lm surge ZUMARO. ZUMARO yang sesuai dng nama suratnya yang


(4)

berarti rombongan2 atau kelompok2 hadirin menurut ahli maksudnya tafsir adalah ada kelompok kesatu, kedua, ketiga dan seterusnya. Maka ketika kelompok pertama masuk ke surge maka kelompok kedua, ketiga dn seterusnya nunggu transit. NUnggunya dimana?? Dijelaskan hanya ada 2 tmpat JANNAH WA NNAAR. Jannah dng berbagai macam tingkatannya dan annaar juga dng berbagai macam tingkatan. Maka ketika kelompok kesatu masuk surge kelompok kedua ketiga nunggunya pasti di neraka, NUNGGU DI NERAKA, TRANSIT DI NERAKA. Karena perbuatan kita ketika kita masih hidup. Kita tidak bias mengklaim seseorang husnul khotimah seseorang pasti masuk surge atau neraka

Yang jelas adalah dng adanya konsep YAUMUL MIZAN DAN YAUMUL HISAB maka kita diberikan kesempatan untuk memperbanyak pahala ibadah sebanyak2 nya, dengan adanya karunia kehidupan dan umur panjang ini tidak seperti kh zainudin mz yang di usia blm mencapai usia 60 th sdh dipanggil oleh Allah

Kita diberikan kesempatan di masjid ini ada yang sdh di atas 60 th ada yang di bawah 50th atau bahkan ada yang dibawah 30 th yang remaja,yang pemuda ataupun yang sdh tua ketika Allah berikan umur panjang kehidupan ini adalah berarti kita diberikan kesempatan agar tidak dimasukkan ke dalam api neraka

Rasulullah bersabda terkait dng usia 40

Siapa yang usianya sdh sampai 40 th tetapi kebaikannya belum memenuhi keburukannya maka lemparkan saja ia ke dalam api neraka

Hadis yang lain agak beda bunyinya

Siapa yang usianya sdh sampai 40 th tetapi kebaikannya belum menutupi keburukannya, solat yang ditegakkannya belum lbih bnyak dari solat yang ditinggalkannya, amal soleh yang dilaksanakannya blm lebih bnyak dari dosa2 dan maksiat yang diperbuatnya maka siap2lah akan dimasukkan ke dalam api neraka

HADIRIN pemahaman siap2 dimasukkan ked lm api neraka artinya kita diberi kesempatan agar tidak dimasukkan kedlm api neraka. Bagaimana caranya?? Seperti yang kita lakukan ini, solat jumat, solat sunat qobliyah, ba’diyah, baca qur’an, semuanya dlm rangka memperbanyak pahala2 agar dosa2 yang pernah kita perbuat diimbangi oleh banyaknya ibadah wajib dan sunah serta amal soleh sehingga pada saat YAUMUL MIZAN maka timbangan kebaikan kita akan lebih berat

Klau tdi pgi kita melihat acara dakwah ditrans tv atau di tv lain tentang YAumul Mizan timbangan kebaikan yang lbih banyak

Rasulullah saw bersabda

AD DUNIA MAZRO’ATUL AKHIROH

Dunia harus dijadikan lading akhirt, lading unuk menjadi penghuni surge, bkn lading untuk menghuni neraka


(5)

Adanya istri, anak, jabatan pekerjaan, mobil yang mewah, motor yang bagus, peralatan elektronik, dan sbagainya semuanya dijadikan dlm rangka untuk lading akhirat semuanya harus dijadikan berpahala 2, berinvestasi pahala, berinvestasi akhirat agar kita selamat nantinya, selamat hidup di dunia selamat hidup di akhirat selamat di alam kubur.

Rosulullah bersabda WA ATBIIL HASANAH TAMHUHA…. Maka sertailah kesalahan2 dosa2 maksiat kedurhakaan dan kezoliman itu dngan kebaikan, dng gemar solat wajib, amal soleh, maka pahala2 kebaikan2 itu akan menghapus dosa2 terdahulu. Siapa diantara kita yang tidak pernah berbuat dosa, yang ga pernh meninggalkan solat, yang ga pernah melakukan kesalahan. Ada?? Rasanya sulit, bahkan kiyai sekalipun, bahkan pagi siang sore malam diberitakan tentang kekhilafannya AL INSAAN MAHALUL KHOTO WA NISYAN

Setiap kita mesti berbuat salah atau sering berbuat salah atau terbiasa melakukan kesalahan dan dosa tetapi ingat sebai2 kita manusia yang terhindar dari perbuatan salah khi;laf dosa dan maksiat

itu adalah org yang bertobat. Dan seseorang itu dikatakan taubat, meningkat amal ibadahnya, meningkat iman dan ketaqwaannya dan disaat yang sama dia melakukan amal soleh bersedekah.

HADIRIN JAMAAH JUMAT ROHIMAKUMULLAH

Ketika kita mati almarhum kh zainudin mz meninggal, ketika beliau meninggal, yang mengantarkan beliau 3 macam, keluarganya, hartanya, kita lihat beliau punya mobil2 mewah, dan amal perbuatannya.

Keluarganya termasuk ribuan umat, termasuk yang menyolatkan sampai gelombang kesatu, gelombang ledua dan seterusnya demikian juga ketika kh Abdurrahman wahid meninggal ada beberapa gelombang yang menyolatkan dan mendoakan tetapi keluarga,kerabat, berapa pun banyaknya ribuan atau jutaan setelah yang bersangkutan dikuburkan diinjak2 semuanya kembali kerumahnya. Betapapun mereka sangat mengagumi dan menghormatinya mereka tidak setia untuk tetap di alam kuburnya. PULANG MEREKA

Yang ke2 hartanya boleh jadi yang mengantarkan ke pekuburan adalah mobil2 mewahnya, motornya, emas kalung cincin yang dipakai oleh istri dan anaknya boleh jadi hanya mengantar ke area tanah pekuburan

Lalu yang sangat setia menunggu I di dalam kubur adalah amal perbuatan ketika dia masih hidup, semua perbuatan, kesalahan atau kebaikan, ibadah atau dosa, dan ibadahnya juga perlu dipertanyakan, kalau ibadahnya itu ikhlas, dakwahnya itu ikhlas, jihadnya itu ikhlas, amal sodakohnya ikhlas maka akan diterima oleh Allah swt. Tapi kalu dakwahnya, jihadnya, sodakohnya, tidak ikhlas karena factor duniawi belum tentu menyertai di alam kubur,

HADIRIN mari kita bercermin pada diri kita klu ust kiyai saja masih kita pertanyakan selamat atau tidak apalah lagi kita yang masih belum gemar ibadahnya. Oleh karena itu


(6)

maka mari mumpung masih diberikan karunia kehidupan, karunia umur panjang, karunia keshatan maka mari kita jadikan bekal untuk kesalamatan dunia dan akhirat keselamatan di alam kubur karena kalau kita tidak taubat sebelum wafat nasib kita adalah azab di alam kubur. Tidak bias kita bayangkan umur kita yang hanya bilangan 50 sampai 70 th itu tidak seimbang dengan penderitaan di alam kubur ribuan ratusan ribu tahun entah berapa lama sungguh sangat tidak seimbang, penderitaan yang begitu lama

hanya karena kita lalai dan tidak mau taubat sebelum wafat. Mari jng menungu taubat. Mari kita tingkatkan solat2 wajib dan solat2 sunah, qobliyah ba’diyah, hajat, tahajud, dll agar kita memperoleh pahala ditambah dengan sodakoh jariyah, karena sodakoh jariyah itulah yang pahalanya terus mengalir walau kita telah wafat. Dan itu yang akan menolong kita dan menemani kita serta menolongkita di akhirat.