48
memperbaharui metodenya, merubah gaya pembahasannya atau merubah judul yang dibahasnya disesuaikan dengan topik-
topik yang hangat. 6.
Keindahan bahasa. Keindahan merupakan sesuatu yang disenangi oleh semua hati manusia. Rasulullah SAW pernah
menyatakan dalam sebuah hadis yang artinya : “Allah adalah
Maha Indah dan mencintai keindahan”. 7.
Bahasan tidak terlalu panjang yang membosankan dan juga tidak terlalu singkat sehingga sulit difahami.
43
C. Muhasabah
1. Pengertian Muhasabah
Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikan dengan
menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri. Dalam Al- Qur’an tersirat suatu perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya
hari esok akan lebih baik. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
43
H. Ahmad Yani dan Ahmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, h.113-114.
49
hari esok akhirat, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [Q.S.Al-Hasyr 59:18]
2. Urgensi Muhasabah
Muhasabah merupakan usaha seorang Muslim untuk menghitung, mengkalkulasi diri seberapa banyak dosa yang telah dilakukan dan mana-
mana saja kebaikan yang belum dilakukannya. Jadi Muhasabah adalah sebuah upaya untuk selalu menghadirkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang
dikerjakannya tengah dihisab, dicatat oleh Raqib dan Atib sehingga ia pun berusaha aktif menghisab dirinya terlebih dulu agar dapat bergegas
memperbaiki diri. Oleh karena itu melakukan muhasabah atau introspeksi diri
merupakan hal yang sangat penting untuk menilai apakah amal perbuatannya sudah sesuai dengan ketentuan Allah. Tanpa introspeksi, jiwa
manusia tidak akan menjadi baik. Imam Turmudzi meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab mengenai urgensi muhasabah.
Umar r.a. mengemukakan: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah bersiaplah kalian untuk akhirat yaumul hisab.
44
3. Muhasabah Kematian
Sungguh, kalau direnungkan betul-betul, keyakinan akan datangnya kematian hanya dari Allah, akan mampu mengerem seseorang dari tindak
maksiyat, sekaligus mendorong seseorang untuk senantiasa berbuat ta’at, menjadikannya berani menghadapi rintangan apapun sekaligus takut
44
Alibasyah, Bahan renungan kalbu, Jakarta: Yayasan Mutiara Tauhid, Permadi 2005, h. 9
50
melanggar ketentuan syari’at Allah SWT.
45
Tidak mengherankan jika dalam Tafsir Rûhul Bayân
disebutkan bahwa „Umar r.a menulis di cincinnya:
Cukuplah kematian itu menjadi penasihat wahai „Umar Bahkan dalam Minhajul Qosidin dijelaskan:
“Kita semua telah meyakini kematian, tetapi kita tidak melihat orang yang bersiap-siap menghadapinya Kita semua telah
meyakini adanya sorga, tetapi kita tidak melihat orang yang beramal untuknya Kita semua telah meyakini adanya neraka,
tetapi kita tidak melihat orang yang takut terhadapnya Maka terhadap apa kamu bergembira? Kemungkinan apakah yang kamu
nantikan? kematian Itulah perkara pertama kali yang akan datang kepadamu dengan membawa kebaikan atau keburukan. Wahai
saudara-saudaraku Berjalanlah menghadap Penguasamu Allah
dengan perjalanan yang bagus”.
46
45
“Muhasabah”, diakses pada 20 Mei 2013 dari blogspot.com200908dzikrul- maut.html.