Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yaitu suatu usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan kegiatan yang berlandaskan pada kemampuan nasional dan berdasarkan perkembangan keadaan daerah mencakup daerah kabupaten atau kota, daerah propinsi, masing-masing sebagai daerah otonom dan nasional. Setiap pembangunan dilaksanakan berdasarkan azas pemerataan dan keadilan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang tinggi, membina dan menjaga stabilitas nasional, baik ekonomi, sosial budaya, politik, maupun keamanan serta menjaga dan meningkatkan ketahanan nasional pada semua segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Munji, 2001. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut Arsyad, 1999. Pada era otonomi daerah dewasa ini, pembangunan tidak lagi sepenuhnya dikendalikan secara ketat dari pusat, tetapi sudah diserahkan kepada daerah kabupaten atau kota seluas-luasnya sehingga suatu daerah dituntut untuk bisa mencari dan mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk menopang keberlanjutan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Kebijakan otonomi daerah memberikan harapan-harapan baru bagi daerah, dengan otonomi maka masyarakat daerah dapat bangkit dan berkembang selaras dengan nilai budaya, karakter dan pola perilaku masyarakat daerah. Adanya otonomi daerah juga, dapat memberikan tantangan bagi kabupaten 1 commit to user 2 atau kota untuk tampil lebih dewasa dan percaya diri dalam mengelola pembangunan daerahnya. Bencana alam seperti banjir merupakan salah satu faktor penghambat untuk peningkatan perekonomian di Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro menjadi langganan daerah banjir karena luapan sungai Bengawan Solo yang melintasi Kabupaten Bojonegoro. Masalah banjir tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat di Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan tren ekologi global warming maka banjir masih akan terjadi dan akan selalu terjadi di Kabupaten Bojonegoro dalam jangka waktu 10 sampai dengan 20 tahun mendatang. Adanya banjir membuat suatu kondisi dimana masyarakat harus dapat hidup harmonis dengan banjir atau living harmony with flood. Artinya, masyarakat sudah mulai dapat menentukan kegiatan yang sesuai apabila terjadi banjir, seperti memilih macam komoditi pertanian yang tahan banjir seperti pisang, mangga dan lain-lain serta tidak mengupayakan budidaya yang rentan terhadap banjir, seperti budidaya perikanan. Masyarakat dan pemerintah selalu dihadapkan pada pilihan yakni menaklukkan banjir ataukah harmonis dengan banjir yang sudah menjadi rutinitas tahunan. Pola pikir masyarakat Bojonegoro tentang banjir kini sudah berubah dan cenderung memilih hidup harmonis dengan banjir Kompas, 2010. Kecamatan Baureno merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro yang termasuk daerah dengan dampak banjir terparah. Hal ini dilihat dari luasan sawah yang tergenang sekitar ±1.175 ha. Data wilayah Kecamatan dengan dampak banjir terparah di Kabupaten Bojonegoro berdasarkan luasan genangan pada sawah disajikan pada Tabel 1. commit to user 3 Tabel 1. Wilayah Kecamatan Dengan Dampak Banjir Terparah Di Kabupaten Bojonegoro Berdasarkan Luasan Genangan Pada Sawah No Kecamatan Wilayah sawah yang tergenang 1. Baureno ±1.175 ha 2. Kalitidu ±910 ha 3. Balen ±701 ha 4. Kanor ±433 ha 5. Trucuk ±229 ha Sumber : BPBD Kabupaten Bojonegoro, 2009 Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa Kecamatan Baureno merupakan kecamatan terparah akibat banjir berdasarkan luasan sawah yang tergenang. Besarnya luasan sawah yang tergenang mengakibatkan potensi sawah dan lahan kering di Kecamatan Bureno yang berkisar ± 6.313 ha Kecamatan Baureno Dalam Angka, 2009 menjadi terhambat. Luasnya genangan mengakibatkan peningkatan kadar air, sehingga produksi tanaman bahan makanan yang paling rentan dengan banjir menjadi semakin merosot. Padi merupakan tanaman bahan makanan yang sangat bergantung pada ketersediaan air. Ketersediaan air yang cukup akan mampu membantu pertumbuhan tanaman padi, namun apabila berlebih maka akan menghambat pertumbuhan. Genangan menimbulkan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Dampak genangan yaitu menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O 2 bagi akar, menghambat pasokan O 2 bagi akar dan mikroorganisme. Adanya genangan mengakibatkan potensi lahan yang dimiliki tidak dapat dioptimalkan untuk peningkatan produksi serta pemenuhan kebutuhan beras daerah akibat adanya banjir. Kecamatan Baureno merupakan kecamatan yang marasakan dampak terparah akibat banjir karena keseluruhan wilayahnya merupakan dataran rendah yang berbatasan langsung dengan sungai Bengawan Solo di sebelah Utara. Hal inilah yang mengakibatkan luapan air mudah menggenang dan mengakibatkan banjir. Genangan akibat banjir ini menyebabkan gagal panen, sehingga produksi tanaman bahan commit to user 4 makanan seperti padi akan semakin turun yang juga berdampak pada laju dan kontribusi pertumbuhan komoditi tersebut. Masalah banjir yang menjadi rutinitas inilah yang kemudian membawa dampak, baik langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan penduduk di Kecamatan Baureno. Dampak langsungnya dapat berupa hilangnya hewan ternak karena terbawa arus banjir, gagal panen dari tanaman yang diusahakan dan dampak tidak langsung yang dapat dirasakan adalah naiknya biaya usahatani, tingginya penyebaran penyakit akibat banjir dan naiknya biaya hidup karena terhambatnya pasokan bahan makanan sehingga harga bahan makanan pokok meningkat tajam. Berbagai dampak inilah yang membawa Kecamatan Baureno sulit untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Sektor pertanian di Kecamatan Baureno merupakan penopang utama yang memberikan dukungan besar terhadap perekonomian daerah. Kontribusi sektor pertanian dari total PDRB Kecamatan Baureno sekitar 30, sedangkan sektor lain masing-masing dibawah 23. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa kontribusi terbesar dipegang oleh sektor pertanian. Hal ini mengakibatkan apabila sektor pertanian terpuruk maka perekonomian daerah Kecamatan Baureno juga berada pada posisi yang tidak baik. Pendapatan daerah Kecamatan Baureno tersaji pada Tabel 2. sebagai berikut. Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan ADHK 2000 Jutaan Rupiah Sektor Perekonomian Tahun 2007 2008 1. Pertanian 71456,23 30,48 75120,38 30,28 2. Pertambangan Dan Penggalian 51,85 0,02 64,54 0,03 3. Industri Pengolahan 36159,59 15,43 38672,06 15,59 4. Listrik, Gas Dan Air Minum 1312,05 0,56 1430,11 0,58 5. Bangunan 8585,04 3,66 9971,56 4,02 6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 55836,45 23,82 58557,85 23,60 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 14367,81 6,13 15365,44 6,19 8. Keu.Persewaan Jasa Perusahaan 13231,42 5,64 14351,52 5,78 9. Jasa-Jasa 33414,02 14,25 34592,28 13,94 Total 234414,46 100,00 248125,74 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009 commit to user 5 Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian. Besarnya kontribusi sektor pertanian tidak dapat dilepaskan dari besarnya dukungan subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Kontribusi subsektor pertanian terhadap sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 3, sebagai berikut. Tabel 3. Distribusi Kontribusi PDRB Subsektor Terhadap Sektor Pertanian Subsektor Tahun 2007 2008 Tanaman Bahan Makanan 76,79 71,61 Perkebunan 8,42 9,00 Peternakan 11,70 15,68 Kehutanan 2,23 2,81 Perikanan 0,83 0,88 Total 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009 Tabel 3. menunjukkan bahwa subsektor pertanian memberi pengaruh yang cukup besar terhadap kontribusi sektor pertanian. Subsektor yang memiliki pengaruh besar terhadap sektor pertanian adalah subsektor tanaman bahan makanan. Hal ini dapat dilihat pada subsektor tanaman bahan makanan yang pada tahun 2007 memberikan kontribusi sebesar 76,79 mengalami penurunan menjadi 71,61 di tahun 2008. Akibat dari penurunan kontribusi ini terlihat pada kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB yang mengalami penurunan sebesar 0,2. Penurunan kontribusi sektor pertanian dan subsektor tanaman bahan makanan tahun 2008 dikarenakan kesulitan akses petani terhadap saprodi, kecilnya modal petani, rendahnya keahlian petani serta adanya resiko banjir tahunan. Rendahnya akses petani terhadap bantuan modal dan saprodi mengakibatkan petani kurang memperhatikan input yang dibutuhkan. Selain rendahnya akses petani terhadap saprodi, masalah banjir juga memberikan pengaruh terhadap pengembangan sektor pertanian. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor dari sektor pertanian yang paling rawan apabila terjadi banjir. Hal ini dikarenakan pada subsektor tanaman bahan commit to user 6 makanan, komoditi pertanian yang dibudidayakan merupakan tanaman semusim yang tidak mampu bertahan apabila terjadi genangan. Subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan subsektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian di Kecamatan Baureno. Besarnya peranan tiap subsektor ini harus ditindak lanjuti dengan mengklasifikasikan komoditi pertanian dari setiap subsektor. Hal ini ditujukan untuk memperjelas dan mempermudah dalam menentukan strategi pengembangan komoditi pertanian. Setelah ditentukan beberapa strategi tertentu untuk klasifikasi komoditi pertanian, kemudian beberapa alternatif strategi ini dianalisis kembali untuk mendapatkan strategi terbaik. commit to user 7

B. Perumusan Masalah