commit to user 10
I. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Susilowati 2009 yang berjudul Strategi
Pengembangan Sektor Pertanian Di Kabupaten Sukoharjo Pendekatan Tipologi Klassen dapat disimpulkan bahwa klasifikasi sektor perekonomian
di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan Tipologi Klassen, yaitu sektor prima terdiri dari sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor industri kemudian sektor potensial terdiri dari sektor pertanian
dan sektor industri pengolahan kemudian sektor berkembang terdiri dari sektor listrik dan air minum kemudian sektor terbelakang yaitu sektor
pertambangan dan penggalian. Sedangkan untuk klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Sukoharja berdasarkan Tipologi Klassen diketahui
bahwa subsektor prima yaitu pertanian; subsektor potensial yaitu peternakan; subsektor berkembang yaitu perikanan dan subsektor terbelakang yaitu
perkebunan dan kehutanan Strategi pengembangan yang dapat dilakukan adalah :
a. Strategi pengembangan jangka pendek yaitu a.
Pemanfaatan potensi subsektor prima yaitu tanamana bahan makanan yang ada dengan seoptimal mungkin dengan cara diversifikasi pasar,
kerjasama dengan pihak swalayan, membuka lapangan pekerjaan untuk pengemasan dan pemasaran, penetapan harga oleh pemerintah.
b. Subsektor potensial subsektor peternakan pengembangan strategi yang
dapat dilakukan
adalah dengan
meningkatkan laju
pertumbuhannya yaitu dengan cara meningkatkan produksi
peternakan dengan menurunkan harga ternak lalu meningkatkan daya beli masyarakat, menurunkan harga pakan ternak, serta memanfaatkan
kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan peningkatan kerjasama dengan kabupaten lain.
10
commit to user 11
b. Strategi pengembangan jangka menengah yaitu Untuk mengembangkan subsektor berkembang menjadi subsektor
potensial subsektor perikanan, strateginya yaitu dengan cara meningkatkan kontribusi berupa peningkatan produksi dan daya beli
masyarakat. c. Strategi pengembangan jangka panjang yaitu
a. Alternatif satu,
Dengan pengembangan subsektor prima tabama strateginya yaitu dengan menjaga kesuburan tanah, perwujudan tanaman organik,
penetapan daerah sebagai penghasil komoditi unggulan, serta sistem tanam bergilir.
b. Alternatif dua, Dengan mengembangkan subsektor tabama dan peternakan
yaitu dengan pemanfaatan kotoran ternak dan urine sebagai pupuk organik, peningkatan teknologi ternak dan peningkatan sumberdaya
petani. Berdasarkan penelitian Chasanah 2009 yang berjudul Perencanaan
Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Karanganyar Berbasis Komoditi Pertanian Pendekatan Tipologi Klassen diperolah kesimpulan yaitu
klasifikasi komoditi berdasarkan analisis Klassen yaitu klasifikasi komoditi prima terdiri dari komoditi padi, jagung dan pisang; klasifikasi komoditi
potensial terdiri dari ubi kayu dan kacang tanah; klasifikasi komoditi berkembang terdiri dari komoditi mangga, durian, wortel, bawang merah,
rambutan, nangka atau cempedak, melinjo, jamur, bawang daun, kedelai, duku atau langsat, bawang putih, kubis, petsaisawi, cabai besar, petai, sawo,
buncis, jeruk siam atau keprok, tomat, kembang kol, pepaya, salak, melon, cabe rawit, ketimun, jambu biji, semangka, sukun, sirsak, manggis, kentang,
jambu air, jambu besar, kangkung, labu siam dan bayam serta klasifikasi komoditi terbelakang yang terdiri dari ubi jalar, alpukat, strawberry,
belimbing, nanas dan kacang merah. Strategi pengembangan komoditi
commit to user 12
pertanian di Kabupaten Karanganyar berdasarkan Pendekatan Tipologi Klassen meliputi:
1. Strategi pengembangan jangka pendek 1-5 tahun yang merupakan upaya untuk memanfaatkan komoditi prima seoptimal mungkin dengan cara
menstabilkan harga jual padi di tingkat petani, perluasan mitra kerja komoditi padi, jagung lalu melakukan standarisasi dan grading komoditi
pisang, serta peningkatan nilai tambah komoditi ubi kayu dan kacang tanah.
2. Strategi pengembangan jangka menengah 5-10 tahun terdiri dari dua strategi yaitu:
a. Strategi pengembangn komoditi berkembang menjadi komoditi
prima dengan meningkatkan kontribusi komoditi pertanian. Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan melalui optimalisasi pemanfaatan
lahan komoditi mangga dan kedelai, pemilihan saluran pemasaran komoditi wortel, kubis dan bawang merah; pengembangan kawasan
sentra produksi komoditi durian dan jeruk, serta penguatan peran lembaga pertanian terhadap komoditi bawang merah, sawi dan tomat.
b. Strategi pengembangan komoditi terbelakang menjadi komoditi
berkembang dengan cara meningkatkan laju pertumbuhan komoditi, penurunan tingkat penyebaran organisme pangganggu tanaman
komoditi bawang daun, kangkung, kebijakan harga input komoditi bawang daun dan kangkung, pengumpulan informasi pasar komoditi
nangka serta tumpangsari komoditi ubi jalar. 3. Strategi pengembangan jangka panjang 10-25 tahun terdiri dari dua
strategi, yaitu: a.
Strategi pengembangan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dengan cara meningkatkan laju pertumbuhan komoditi
pertanian. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan jumlah petani yang membudidayakan komoditi bawang daun
menerapkan metode 6 tepat untuk budidaya komoditi kangkung, penggabungan luas areal tanaman budidaya komoditi ubi jalar, serta
commit to user 13
meningkatkan aksesibilitas petani dan lembaga keuangan dalam budidaya komoditi bawang daun, nangka dan ubi jalar.
b. Strategi pengembangan komoditi prima, strategi yang bisa dilakukan
adalah menekan alih fungsi lahan komoditi padi dan jagung, memperbaiki kualitas lahan budidaya komoditi yang sesuai pada
komoditi padi, jagung dan pisang serta menemukan teknologi baru, alat, dan mesin pertanian untuk komoditi pisang, ubi kayu dan
kacang tanah. Berdasarkan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan
Agribisnis Kedelai Glicyne max L. Merril di Kabupaten Sukoharjo oleh Handayani tahun 2007 diperoleh kesimpulan bahwa, alternatif strategi yang
dapat diterapkan adalah untuk strategi S-O yaitu mengoptimalkan pemanfaatan SDA, Saprotan, dan infrastruktur yang didukung pengalaman
berusahatani dan SL untuk meningkatkan produksi dan kualitas kedelai sesuai permintaan pasar; untuk strategi W-O yaitu memanfaatkan bentuan dana dari
pemerintah untuk modal usaha; untuk strategi S-T yaitu memperbaiki perumusan dan implementasi kebijakan terkait bidang pertanian melalui
perbaikan dan manajemen pembangunan pertanian; untuk strategi W-T yaitu meningkatkan kualitas SDM dan kapasitas sumberdaya pertanian serta
memperkuat kelembagaan petani untuk meningkatkan kualitas produksi kedelai. Kemudian prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya
pengembangan agribisnis kedelai di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan QSPM adalah memberdayakan kelembagaan dan organisasi ekonomi di pedesaan
dengan peningkatan kualitas SDM, sarana prasarana, dan permodalan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kedelai.
Berdasarkan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Bisnis Kue Mochi Kacang di Kota Sukabumi oleh Syafrudin tahun 2007 dapat
disimpulkan bahwa prioritas strategi terbaik yang diterapkan berdasar analisis QSP adalah meningkatkan kualitas produk dengan pelayanan kepada
konsumen untuk dapat meningkatkan penjualan, memperluas jaringan, dan
commit to user 14
perbaikan sistem manajemen dan kualitas SDM untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan manajerial melalui pelatihan.
Penelitian-penelitian tersebut di atas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi dalam penelitian ini karena
1. Adanya kesamaan metode pendekatan analisis, yaitu menggunakan analisis pendekatan Tipologi Klassen dalam penelitian Susilowati 2009
dan penelitian Chasanah 2009. 2. Penggunaan metode analisis strategi yang sama yaitu SWOT dan QSPM
pada penelitian Handayani 2007 dan Syafruddin 2007.
B. Tinjauan Pustaka