commit to user 47
palawija, komoditi sayuran dan komoditi buah-buahan. Subsektor perkebunan menghasilkan komoditi pertanian yang berupa tanaman perkebunan dan
Subsektor peternakan menghasilkan komoditi pertanian yang terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan unggas. Masing-masing komoditi pertanian
memiliki tingkat laju pertumbuhan dan besar kontribusi yang berbeda-beda terhadap sektor pertanian di Kecamatan Baureno. Adapun secara lebih rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Laju Pertumbuhan Komoditi Pertanian Tanaman Bahan
Makanan, Perkebunan dan Peternakan di Kecamatan Baureno
Pertumbuhan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno dapat diketahui dari tingkat laju pertumbuhan komoditi pertanian yang
dihasilkan di Kecamatan Baureno. Laju pertumbuhan komoditi pertanian dapat menunjukkan tingkat perkembangan dari masing-masing komoditi
yang dihasilkan di Kecamatan Baureno. Pada Tabel 21. disajikan secara rinci laju pertumbuhan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno.
Tabel 21. Laju Pertumbuhan
Komoditi
Pertanian Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Peternakan di Kecamatan Baureno
Tahun 2008
No. Komoditi Pertanian
Tahun 2008 Subsektor Tanaman Bahan Makanan
1. Padi
-8,104 2.
Jagung 18,776
3. Ubi Kayu
42,436 4.
Kedelai -4,859
5. Kacang Hijau
-86,031 6.
Mangga -62,372
7. Pisang
178,89 Subsektor Perkebunan
8. Kelapa
0,000 9.
Kapuk Randu 0,000
10. Tembakau Virginia
-42,830 Subsektor Peternakan
11. Sapi
-25,773 12.
Kambing 58,673
13. Domba
-86,434 14.
Ayam Buras -93,425
15. Ayam Ras
-44,931
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2010
commit to user 48
Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno tahun 2008 secara umum
mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi pada kisaran -8 hingga -93. Laju negatif mendominasi komoditi pertanian di Kecamatan
Baureno pada tahun 2008, sedangkan laju positif hanya dimiliki oleh 4 komoditi pertanian dari total 15 komoditi pertanian. Komoditi dengan
laju negatif memberikan pengertian bahwa produksi dari tahun sebelumnya 2007 lebih besar daripada tahun terhitung 2008.
Laju negatif terbesar dialami oleh ayam buras sebesar -93,425, hal ini terjadi dikarenakan sistem ternak unggas seperti ayam
buras ini memang dipelihara secara liar. Ayam buras dipelihara dengan sistem ekstensif tanpa dikandangkan. Pemeliharaan ayam buras dengan
sistem ekstensif dikarenakan petani tidak memiliki cukup modal untuk mengupayakan sistem intensif pakan ternak dan pemeliharaan,
sehingga ayam buras menjadi rentan terhadap resiko penyakit dan tingkat kematiannya menjadi besar. Selain ayam buras, komoditi yang
mempunyai laju negatif lainnya adalah padi. Hal ini dikarenakan petani juga tidak memiliki modal yang cukup sehingga tidak memiliki akses
terhadap saprodi, masih minimnya pengetahuan petani tentang budidaya, serta ancaman banjir tahunan yang meningkatkan resiko gagal panen.
Hanya terdapat empat komoditi yang memiliki laju positif. Laju positif ini memberikan pengertian bahwa terjadi peningkatan
produksi dari tahun sebelumnya. Komoditi pertanian yang memiliki laju positif antara lain komoditi jagung, ubikayu, pisang, kambing dengan
laju masing-masing sebesar 18,776, 42,436, 178,892 dan 58,637. Laju pertumbuhan positif terbesar terdapat pada komoditi
pisang sebesar 178,892. Besarnya laju pertumbuhan yang terjadi pada pisang membuktikan bahwa komoditi pisang merupakan alternatif
pilihan terbaik yang dipilih oleh masyarakat untuk meminimalisir kerugian pada saat terjadi banjir. Komoditi pisang merupakan komoditi
pertanian yang memang cocok bila dibudidayakan didaerah aliran sungai
commit to user 49
atau bantaran sungai, sehingga produksi pisang mampu mengalami peningkatan.
Banyaknya komoditi dengan laju negatif, membuktikan bahwa banjir merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan
komoditi pertanian. Pada banjir yang terjadi pada 26 Desember 2007 sampai 7 Januari 2008 terdapat 17 desa di Kecamatan Baureno terendam
banjir BPBD Kabupaten Bojonegoro, 2009. Hal ini mengakibatkan banyaknya lahan pertanian yang terendam dan ternak yang hilang.
Tingginya laju negatif ini menuntut baik pemerintah daerah maupun masyarakat untuk mau membudidayakan komoditi pertanian yang tahan
terhadap banjir. Berdasarkan hal itu, banyak petani yang mulai mengupayakan komoditi pisang. Kesesuaian lahan di Kecamatan
Baureno yang merupakan dataran rendah merupakan faktor pendukung meningkatnya usahatani komoditi pisang yang mengalami peningkatan
mencapai 178,892.
2. Kontribusi Komoditi Pertanian Tanaman Bahan Makanan,