Standar Mustahik Zakat Mustahik zakat 1.

lain masih banyak. Misalnya, masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajahan atau dominasi golongan lain . 36 6. Gharim Gharimin adalah orang-orang yang berhutang dalam kebaikan dan mengalami kesukaran pengembalian hutangnya itu, sehingga perlu dibantu untuk meringankan beban pembayaran hutangnya itu, baik berhutang karena dirinya sendiri, maupun karena perbuatan orang lain. Jika seseorang berhutang karena perbuatan dirinya sendiri, harus diberi bagian dari zakat jika fakir. Tapi jika hutang karena perbuatan orang lain, dia berhak menerima zakat, walaupun dia dalam keadaan kaya. Demikian pandangan ulama Syafi’iyah.Sedangkan para ulam Hanafiyah berpendapat, bahwa seseorang yang punya hutang dan tidak memiliki cukup uang untuk membayarnya.Termasuk gharim yang wajib dibantu dengan zakat.Demikian pula menurut ulama Malikiyah dengan pembatasan bahwa hutangnya itu bukan sebagai akibat dari perbuatan maksiat. 7. Sabilillah Sabilillah pada awalnya bermakna biaya perang dijalan Allah, karena dakwah ke Islaman pada zaman permulaan lahirnya Islam itu senantiasa diikuti dengan peperangan.Akan tetapi, kini dakwah tersebut sudah berkembang modus dan pendekatanya, sehingga makna sabilillah 36 A. Nawawi Rambe, Fiqh Islam, Jakarta: PT. AKA, 1994, h.221 berkembang terus.Namun yang paling pokok dari makna sabilillah adalah perjuangan menegakkan agama Allah . 37 8. Ibnu Sabil Orang-orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang yang berpegian musafir untuk melaksanakan suatu hal yang baik tidak termasuk maksiat . 38 Syarat-syarat Ibnu Sabil yang berhak menerima zakat adalah: a. Dalam keadaan membutuhkan b. Perjalanya bukan perjalanan maksiat c. Pada saat membutuhkan tidak ada orang yang memberi pinjaman. 37 Dr. H. Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan InfakSedekah,Jakarta: Badan Amil Zakat dan InfakSedekah BAZIS Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1999, h. 60 38 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, terjemah oleh Agus Efendi dan Bahruddin Fannany, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995, h. 289 54

BAB III PENGELOLAAN ZAKAT PADA YAYASAN

GRIYA YATIM DAN DHUAFA A. Sejarah Perkembangan dan Dasar Hukum Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Berawal dari rasa galau pada saat tahun 2009 beberapa founding father yayasan GYD melihat kondisi anak-anak yang terpaksa putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali karena harus bekerja untuk menyambung hidupnya di daerah kampung Dadap, pemukiman kumuh persis ditengah-tengah megahnya perumahan Bumi Serpong Damai. Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan, dibentuklah lembaga sosial yang concern pada masalah sosial khususnya anak-anak.Dengan menempati sebuah rumah di Jl. Magnolia 1 Sektor 1.2 BSD yang digunakan juga sebagai asrama yatim dan dhuafa terbentuklah organisasi sosial yang bernama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Pada saat awal berdirinya, GYD dengan 6 orang karyawan menampung 9 orang anak yang tinggal diasrama dan membina sekitar 15-an anak yang semuanya berasal dari kampung Dadap. Karena dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini lebih baik dirintislah program beasiswa pendidikan yatim dan dhuafa, santunan kesehatan, layanan donasi barang layak pakai dan lain-lain . Animo masyarakat pada perlunya organisasi kemanusiaan ternyata cukup besar.Masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas.Hanya berselang beberapa bulan, tepatnya bulan Agustus 2009 asrama kedua di Jl. Elang Raya – Bintaro Jaya dibuka.Pada akhir tahun 2009 GYD telah membina lebih dari 100 anak asuh. kemudian di tahun 2010 Pertumbuhan asrama meningkat. Kantor pelayanan dibuka didaerah Bintaro.Ekspansi mulai melebar ke Jakarta dan Bekasi dengan dibukanya asrama ketiga di Cibubur – Jakarta Timur dan asrama keempat di Kranggan – Bekasi.Dimulainya pembangunan sistem Teknologi Informasi untuk peningkatan mutu pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online. Website www.griyayatim.com dirilis dan disempurnakan, menggantikan alamat situs sebelumnya di www.griyayatim.org . Menjelang akhir tahun 2010, regenerasi puncak pimpinan diestafetkan dari Adi Prabowo beralih ke Haryono.Babak sejarah baru dimulai.GYD melakukan serangkaian adaptasi dan perubahan terkait visi, misi dan value yang menjadi budaya di GYD.Pembelajaran untuk menjadi organisasi yang amanah dan profesional terus dilakukan, salah satunya dengan penguatan program-program peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan, training, seminar dan lain-lain. Pada akhir tahun 2010 GYD membina lebih dari 800 binaan yang terdiri dari anak yatim dan dhuafa, janda dan lansia serta mengasuh 50an anak yang tinggal diseluruh asrama yatim dan dhuafanya. masuk di tahun 2011 Implementasi program GYD mulai difokuskan hingga mengerucut pada enam induk yaitu Pendidikan, Sosial, Pemberdayaan, Kemanusiaan, Lingkungan dan Wakaf. Daerah yang ada disekitar asrama GYD difokuskan untuk penyaluran yang terintegrasi dibidang pendidikan, sosial, kesehatan, pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi secara terpadu.Dengan bantuan koordinator mustahik sebagai pendamping, KBA Komunitas berbasis asrama menjadi pusat penyaluran program sehingga lebih terukur dan terkontrol. Pada peringatan Milad kedua tanggal 9 Juni 2011, Griya Yatim dan Dhuafa melaunching logo dan identitas barunya menggantikan logo sebelumnya.“Dengan keyakinan kuat untuk bisa memberikan manfaat yang semakin besar, GYD berdaya upaya untuk menjadi organisasi terdepan di indonesia yang dapat menghantarkan anak yatim dan dhuafa meraih masa depannya yang lebih baik.” Pada tahun 2012 Atas inovasi yang dilakukan dalam pola mengasuh dan memberdayakan anak yatim dan dhuafa, GYD mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia MURI sebagai lembaga sosial pertama di dunia yang menggunakan kartu ATM dalam menyalurkan bantuan kepada penerima manfaat-nya. Sebagai lembaga yang mengusung misi amanah dan profesional, atas inisiatif sendiri GYD juga telah diaudit oleh institusi akuntan publik dan pada audit per dananya ini GYD berhasil memperoleh predikat “Wajar Tanpa Pengecualian”. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa bertekad agar ditahun ini keberadaan GYD dapat dirasakan oleh semakin banyak orang Indonesia termasuk dengan pembukaan jaringan atau asrama dan kantor p elayanan di 10 propinsi. “Dengan keyakinan kuat untuk bisa memberikan manfaat yang semakin besar, GYD berdaya upaya untuk menjadi organisasi terdepan di indonesia yang dapat menghantarkan anak yatim dan dhuafa meraih masa depannya yang lebih baik.” 1

1. Dasar HukumYayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Atas inovasi yang dilakukan dalam pola mengasuh dan memberdayakan anak yatim dan dhuafa, GYD mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia MURI sebagai lembaga sosial pertama di dunia yang menggunakan kartu ATM dalam menyalurkan bantuan kepada penerima manfaat-nya. 1 Griya Yatim Dhuafa GYD “ Sejarah Terbentuknya Griya Yatim Dhuafa” di akses pada tanggal 15 April 2015 dari http:id.griyayatim.comprofilsejarah-gyd.html