21
timbulnya ketertarikan atau minat untuk melakukan kegiatan tersebut
sehingga motivasinya dapat terwujud.
Menurut Hamzah motivasi adalah “dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya”.
20
Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan definisi motivasi menurut Syaiful Bahri dalam Psikologi Belajar
bahwa “motivasi merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan ”.
21
Sehingga minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat
internal ataupun eksternal. Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai
bidang, termasuk belajar.
Dengan adanya motivasi mahasiswa menjadi tekun dalam belajar. Mahasiswa yang dalam proses belajarnya mempunyai motivasi yang
kuat dan jelas pasti akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
2. Bakat Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto bahwa bakat atau
aptitude adalah: “The capacity to learn”.
22
Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Sejalan dengan hal di atas menurut Bigham yang dikutip oleh
Sunarto bahwa, bakat adalah ”seperangkat sifat-sifat yang dianggap
20
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. III, h. 1.
21
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, Ed. 2, h. 148.
22
Slameto, op. cit., h. 57.
22
sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan seperti kemampuan berbahasa, musik dan sebagainya”.
23
Berdasarkan definisi di atas bakat akan membentuk minat seseorang sehingga dapat mengetahui kemampuan seseorang. Memilih
konsentrasi bidang studi yang sesuai dengan bakat, dan minat akan membuat mahasiswa nyaman untuk belajar. Bakat itu mempengaruhi
minat seseorang untuk melakukan suatu kegiatan termasuk dalam belajar. Jika bahan pelajaran atau mata kuliah yang dipelajari sesuai
dengan bakatnya akan menimbulkan sebuah ketertarikan dengan kata lain yaitu minat. Dengan demikian diharapkan akan mampu
memperoleh hasil belajar yang lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajar.
3. Belajar Menurut Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G yang dikutip
oleh Nurhidayati dalam penelitiannya bahwa, “minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan
belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat
”.
24
Jadi dengan kata lain minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar mahasiswa yang semula tidak menyenangi suatu
mata kuliah atau bidang studi tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, minat pun
tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari bidang studi tersebut.
4. Bahan Pelajaran dan Metode Mengajar Adapun minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada
bahan pelajaran atau mata kuliah dan bagaimana metode mengajar yang dapat menarik mahasiswa dalam belajar. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Ign. S. Ulih yang dikutip Slameto bahwa menyajikan bahan
23
Sunarto Haji, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h.117.
24
Nurhidayati, “Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Belajar Siswa dalam Bidang Studi
Sejarah Kebudayaan Islam Studi Kasus Madrasah Tsanawiyah Nurussalam Pondok Pinang ”,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2006, h. 18, tidak dipublikasikan.
23
pelajaran kepada mahasiswa agar mahasiswa dalam proses belajar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran
itu, maka cara-cara mengajar atau metode mengajar haruslah setepat- tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.
25
Dengan demikian apabila mahasiswa tidak berminat kepada bahan pelajaran dan metode mengajar yang dipakai dosen, maka dipastikan
mahasiswa tidak akan memberikan perhatiannya dalam belajar. Oleh karena itu apabila mahasiswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan
sikap positif sikap menerima kepada bahan pelajaran melalui metode pengajaran yang menarik agar mahasiswa tertarik perhatiannya untuk
memperhatikan pelajaran yang disampaikan. 5. Keluarga
M. Alisuf Sabri mengatakan, “keluarga sebagai lingkungan pertama
karena dalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan
”.
26
Perhatian, peran, dan dukungan orang tua memiliki pengaruh yang besar karena keluarga juga merupakan pendidikan
dasar dan lembaga pendidikan alamiah yang memiliki fungsi edukatif yang sangat besar.
Berkaitan dengan minat,
orang tua menjadi penentu atas terbentuknya minat pada anak karena proses pendidikan pertama adalah
lingkungan keluarga, sehingga orang tua harus proaktif menciptakan iklim yang mendukung terbentuknya minat, menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang. Sebab minat itu sendiri bukanlah sesuatu yang dimiliki anak begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat
dikembangkan sehingga orang tua harus mampu memotivator bagi anak.
25
Slameto, op. cit., h. 65.
26
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999, Cet. I, h. 15.
24
6. Lingkungan Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
seseorang. Menurut Muhibbin, “Lingkungan dibedakan menjadi 2 dua
yang dapat mempengaruhi minat seseorang, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial
”.
27
Lingkungan sosial meliputi kepribadian guru atau pengajar yang menarik dan teman pergaulan. Kepribadian dosen menjadi salah satu
obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar pada mahasiswa. Sedangkan melalui pergaulan seseorang akan dapat
terpengaruh arah minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena
dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan
yang mereka alami. Dapat dikatakan masa dimana mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan bergaulnya.
Lingkungan pergaulan ini mampu menumbuhkan minat seseorang sebagaimana lingkungan keluarga. Bahkan terkadang teman bermain
atau sepergaulan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam menanam benih minat atau cita-cita.
Adapun terkait dengan lingkungan non sosial ialah fasilitas gedung, perpustakaan, laboratorium, alat peraga dan lain-lain. Dengan
menggunakan media pengajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif mahasiswa sehingga dapat menimbulkan minat
mahasiswa pada bidang tersebut.
27
Muhibbin syah, op. cit., h. 137.
25
2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Menurut
Fadillah dan Solicha, hasil belajar merupakan “taraf keberhasilan peserta
didik dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil test mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu ”.
28
Jadi dapat dijelaskan bahwa skor yang diperoleh mahasiswa dalam kegiatan belajar merupakan hasil yang didapat dalam proses
kegiatan belajar tersebut.
Menurut Benjamin S. Bloom yang dikutip oleh Nana Sudjana bahwa, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi 3 tiga
aspek yaitu:
1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap
3. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
29
Hal senada juga dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono yang mengatakan hasil belajar merupakan
“tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar adapun tingkat
perkembangan mental tersebut terkait dengan bahan pelajaran dan terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
”.
30
28
Fadilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, Cet. I, h. 95.
29
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989, Cet.I, h. 22.
30
Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 251.
26
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Namun biasanya ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para pengajar
karena berkaitan dengan kemampuan para mahasiswa dalam menguasai isi bidang studi.
Pendapat lain diungkapkan Gagne yang dikutip oleh Thobroni dan Ari Mustofa mengatakan bahwa perubahan perilaku yang merupakan hasil
belajar dapat berbentuk: 1. Informasi verbal yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal,
baik secara tertulis maupun lisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan pengertian tentang suatu konsep.
2. Kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol,
misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan,
memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan
masalah.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam
konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara
–cara berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil
pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
4. Sikap yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain,
sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau
peristiwa, di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan motorik ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
31
Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan
yang dimiliki mahasiswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai,
31
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran : Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, Yogyakarta: Ar-ruzz Media,
2011, h. 23.
27
inovasi verbal, serta hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan kata lain hasil belajar adalah hasil yang diraih oleh
mahasiswa dari aktivitas belajarnya dalam hal kemampuannya baik perubahan perilaku, pemahaman dan pengetahuan yang bermanfaat setelah
melaksanakan proses kegiatan pembelajaran. Hasil belajar dapat mendorong mahasiswa untuk berperilaku lebih baik sehingga dalam
kegiatan proses pembelajaran ini tujuan pembelajaran menjadi terarah.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Secara garis besar faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, seperti aspek fisiologi dan psikologis,
sebagaimana yang dikatan Syaiful Bahri bahwa aspek fisiologis ini “meliputi kondisi tubuh peserta didik termasuk organ tubuh dan kondisi
alat indera, sedangkan aspek psikologis mencakup intelegensi kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi
”.
32
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu itu sendiri yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Menurut M. Alisuf Sabri bahwa “faktor lingkungan itu sendiri meliputi
lingkungan alam non sosial dan lingkungan sosial ”.
33
Lingkungan alam meliputi: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, kondisi dan letak gedung belajar, dan sebagainya. Sedangkan
lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar. Selanjutnya
32
Syaiful Bahri, op. cit., h. 191.
33
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007, Cet. III, h. 59.
28
faktor instrumental terdiri dari sarana dan prasarana atau alat pengajaran, media pengajaran, guru, bahan pelajaran, serta strategi
belajar menagajar yang digunakan akan mempengaruhi hasil belajar.
3. Pengertian Sosiologi dan Antropologi
Secara harfiah atau etimologis, sosiologi berasal dari bahasa latin; Socius yaitu teman, kawan, sahabat dan Logis yaitu ilmu pengetahuan. Definisi
sosiologi menurut Ary, sosiologi adalah “ilmu tentang cara berteman,
berkawan, dan bersahabat yang baik, atau cara bergaul yang baik dalam masyarakat
”.
34
Menurut Hassan Shadily dalam bukunya Sosiologi masyarakat Indoneisa menyebutkan bahwa sosiologi adalah
“ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia yang
menguasai kehidupan itu ”.
35
Hal di atas seirama dengan pendapat Syahrial Syarbani yang mengatakan, sosiologi merupakan
“cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia”.
36
Jadi dengan mempelajari sosiologi individu di informasikan serta diajar mengenai norma atau kaidah
sosial dalam lapisan masyakat sehingga individu bisa bersikap sesuai dengan norma yang berlaku. Jika tidak, maka individu tersebut akan dikucilkan di
lingkungan masyarakat. Melalui proses pendidikan semua itu dapat tertransfer dengan baik pada setiap individu yang mengenyam pendidikan.
Pendapat lain diungkapkan Selo Soemardjan dan Solaeman Soemardi yang dikutip oleh Narwoko dan Bagong mengatakan bahwa sosiologi sebagai
berikut: ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jaringan antar unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial norma-norma
sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan
34
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, h. 3.
35
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012, Cet. IV, h. 6.
36
Syahrial Syarbani, Dasar-dasar Sosiologi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, h. 1.