Bagi peserta didik mahasiswa
12
Menurut Witherington sebagaimana dikutip oleh Buchori berpendapat bahwa, “minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek,
seseorang, soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar dan kesadaran
itu disusul dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu obyek”.
4
Dari pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa minat dicirikan dengan adanya
pemusatan perhatian atau meningkatnya perhatian terhadap sesuatu, perhatian yang penuh dapat memperoleh hasil pekerjaan yang maksimal,
sesuai dengan keinginan. Sementara itu, menurut Djaali dalam buku Psikologi Pendidikan
menerangkan bahwa, minat adalah “rasa lebih suka dan ketertarikan pada
satu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh ”.
5
Jadi dapat dikatakan bahwa minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan suatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar penerimaannya. Segala hal yang dilakukan
adalah kendali dari individu itu sendiri. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, minat adalah salah satu
bentuk keaktifan seseorang yang mendorong untuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pendapat lain yang dikemukan oleh W.S. Winkel yang dikutip oleh Yeti bahwa minat diartikan
sebagai “kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasa tertentu dan
merasa senang untuk mempelajari materi itu ”.
6
Dengan kata lain segala aktivitas atau kegiatan bila dilakukan dengan minat maka akan
mendatangkan perasaan senang dan tidak mudah bosan, karena aktivitas
4
M. Buchori, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Aksara Baru, 1978, h. 124.
5
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 121.
6
Yeti Budiyarti, “Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Studi Kasus di SMA PGRI 56 Ciputat
”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 9, tidak dipublikasikan.
13
tersebut tidak bertentangan dengan keinginan seseorang sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang tinggi.
Sejalan dengan hal itu, Muhibbin juga mengatakan bahwa “minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar individu dalam bidang- bidang studi tertentu
”.
7
Artinya minat merupakan faktor yang sangat penting bagi individu untuk melakukan sesuatu yang disenangi, dengan
adanya minat maka individu akan belajar dengan sungguh-sungguh demi tujuan yang ingin dicapainya.
Minat yang dikemukakan oleh Abdul Rohim pada dasarnya merupakan “suatu kecenderungan yang erat kaitannya dengan perasaan individu
terutama perasaan senang terhadap sesuatu yang dianggapnya berharga dan memberi kepuasaan kepadanya
”.
8
Jadi dapat diartikan bahwa minat adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan
gairah seseorang untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar. Jika mahasiswa senang dengan kegiatan belajar yang dipilih maka akan
bergairah untuk menekuni kegiatan belajarnya tersebut.
Seseorang yang berminat besar dalam belajar maka akan secara senang hati melakukan kegiatan belajar tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh
Mahmud bahwa, minat adalah “kecenderungan dan gairah yang tinggi
terhadap suatu kegiatan atau pekerjaan sehingga minat dapat mempengaruhi kualitas belajar
orang tersebut”.
9
Pendapat tersebut dapat dipahami dengan contoh, dalam belajar misalnya seseorang yang menaruh
minat besar terhadap mata kuliah sosiologi antropologi akan banyak memusatkan perhatiannya pada mata kuliah ini daripada mata kuliah
lainnya. Dengan demikian minat dapat dikatakan sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan tindakan seseorang.
7
Muhibbin Syah, loc.cit.
8
Abdul Rohim, “Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Pendidikan Agama Islam
”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 7, tidak dipublikasikan.
9
Mahmud, Psikologi Pendidikan Mutakhir, Bandung: Sahifa, 2005, h. 95.
14
Hal tersebut juga diperkuat oleh Kurt Singer yang dikutip oleh Lilis Komariah dalam penelitiannya terkait Minat Belajar Sosiologi Siswa dalam
Pembelajaran Kooperatif dengan Metode STAD menjelaskan, bahwa “minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan
suatu proses belajar”.
10
Berdasarkan pernyataan di atas minat dapat dikatakan sebagai suatu bentuk motivasi intrinsik yang mendorong orang untuk terus berusaha
dalam belajar sehingga dapat tercapainya keberhasilan yang diharapkan dalam proses belajar.
Berdasarkan uraian pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan individu dalam hal ini adalah
mahasiswa, untuk memusatkan perhatian rasa lebih suka dan rasa ketertarikan terhadap suatu objek atau situasi tertentu dalam hal ini adalah
belajar mata kuliah sosiologi antropologi. Minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diingikan, tanpa dengan minat tujuan
belajar tidak akan tercapai. Pada dasarnya jika mahasiswa menaruh minat pada sesuatu, berarti mahasiswa akan menyambut baik dan bersikap positif
dalam berhubungan dengan objek tersebut. Sikap positif itu ditunjukkan denga rasa sungguh-sungguh dan semangat dalam belajar sehingga
mencapai hasil yang baik. Membicarakan masalah minat harus memperhatikan aspek-aspek
minat. Menurut Hurlock sebagaimana dikutip oleh Mitasari Tjandrasa membedakan aspek minat menjadi dua yaitu:
1 Aspek kognitif, aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan
minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan. 2 Aspek afektif,
aspek ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang
10
Lilis Komariah, Minat Belajar Sosiologi Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode STAD, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 12, tidak dipublikasikan.