“Saya kerja di jalan kira-kira dari umur 10 tahun kak, semenjak kabur dari rumah. Saya ga pernah ke rumah lagi, soalnya jauh, di
Riau. Saya juga ga punya sodara di Jakarta, jadi selama ini saya
makan dari hasil kerja di jalan kak.” ANT, 17 tahun.
Tabel 5.   Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Usia  dan  Pengalaman Menjadi Anak Jalanan, Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, 2010.
Usia Pengalaman Menjadi Anak Jalanan
Total 3 tahun
3 sampai 6 tahun
7 sampai 10 tahun
10 tahun n
n n
n n
15 sampai 18 tahun 2
6,7 6
20,0 7
23,3 1
3,3 16
53,3 19 sampai 22 tahun
3  10,0 1
3,3 4
13,3 6
20,0 14
46,7 Total
5  16,7 7
23,3 11
36,7 7
23,3 30
100
Responden yang berpengalaman menjadi anak jalanan selama tiga sampai enam  tahun  sebanyak  23,3  persen.  Sebanyak  16,7  persen  responden  yang
memiliki pengalaman menjadi anak jalanan  kurang dari tiga tahun. Anak jalanan yang pengalamannya  belum  begitu  lama  biasanya  masih  berpenampilan rapi dan
tingkah  lakunya  masih  sopan.  MHR  16  tahun  merupakan  anak  jalanan  yang berasal  dari  Madura.  Ia  kabur  dari  rumah  menuju  Jakarta  karena  ia  dijodohkan
oleh orang tuanya. Ia berprofesi menjadi pengamen selama kurang dari satu tahun. Tidak lama kemudian ia menjadi anak binaan di RSBAP. Ia termasuk anak binaan
yang  hidupnya  teratur  dibanding  dengan  anak  binaan  yang  sudah  lama  menjadi anak jalanan, hingga ia diberi kepercayaan oleh pengelola untuk memegang kunci
RSBAP.
5.7 Tingkat Kekerasan yang Dialami
Hartini  dkk  2001  sebagaimana  dikutip  oleh  Pramuchtia  2008 menyatakan  bentuk-bentuk tindakan  kekerasan  yang  dialami  anak  jalanan  dibagi
ke dalam empat jenis, yaitu: kekerasan ekonomi, kekerasan psikis, kekerasan fisik dan  kekerasan  seksual.  Kekerasan  yang  dialami  anak  jalanan  berdampak  pada
kondisi  fisik  dan  non-fisik.    Kekerasan  fisik  yang  diterima  anak  dapat  berupa pukulan  hingga  dilukai  dengan  senjata  tajam.  Sedangkan  kekerasan  non-fisik
lebih mengarah pada menyakiti mental anak jalanana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan lebih sering mengalami kekerasan  non-fisik dibandingkan kekerasan  fisik. Terdapat 70 persen responden
dengan tingkat kekerasan non-fisik yang rendah dan 30 persen responden dengan tingkar kekerasan  non-fisik  yang sedang. Kekerasan  non-fisik  yang dialami anak
jalanan  meliputi:  dipaksa  bekerja  oleh  orang  tua,  dipalak  preman,  dimaki-maki dan diancam orang tua, teman, masyarakat maupun dengan petugas keamanan.
Pemaksaan  yang  dilakukan  orang  tua  agar  anaknya  bekerja  disebabkan desakan  ekonomi.  Orang  tua  tidak  dapat  memenuhi  kebutuhan  keluarganya
sehingga  anaknya  dipaksa  untuk  ikut  mencari  nafkah.  Kemudian  uang  hasil  dari bekerja dijalanan disetorkan kepada mereka.
Anak  jalanan  dengan  kondisi  fisik  yang  agak  kumuh  dianggap  sebagai orang  yang  sering  membuat  onar  yang  meresahkan  masyarakat  luas.  Pemikiran
seperti  ini  membuat  masyarakat  bersikap  tidak  baik  kepada  anak  jalanan.  Anak jalanan  terkadang  dihina  oleh  orang  yang  tidak  dikenal  ketika  mereka  sedang
bekerja di jalanan. “saya sih kalo lagi ngamen, kadang-kadang ada penumpang yang
menatap  saya dengan tatapan jijik gitu kak. Saya ngerasa dihina. Terus  saya  juga  pernah  diomelin  gitu  sama  ibu-ibu  pas  saya
ngamen, katanya berisik. Yah .. kalo gak gini saya ga dapet uang
kak”JNR, 18 tahun. Gambar  5  menunjukkan  93  persen  responden  mengalami  tingkat
kekerasan  fisik  yang  rendah  dan  sebanyak  tujuh  persen  responden  mengalami tingkat  kekerasan  sedang.  Kekerasan  fisik  yang  dialami  anak  jalanan  meliputi
dipukul,  dilukai  dengan  benda  tajam  tumpul  dan  pelecehan  seksual.  Kekerasan
70 30
Gambar 5. Distribusi Responden Berdasakan Tingkat Kekerasan Non- fisik
Rendah Sedang
fisik  ini  dilakukan  oleh  orang  tua,  teman,  preman  ataupun  orang  yang  tidak dikenal.
Kekerasan  yang  dilakukan  orang  tua  kepada  responden  merupakan  salah satu alasan anak  jalanan  lebih  senang  menghabiskan sebagian  besar waktunya di
jalanan. Kekerasan fisik yang dialami anak jalanan memberikan luka tidak hanya secara fisik kepada responden tetapi juga secara mental.
Kekerasan  fisik  juga  dilakukan  oleh  preman  kepada  anak  jalanan. Biasanya  anak  jalanan  yang  mencari  nafkah  di  wilayahnya  mewajibkan  anak
jalanan  membayar  sejumlah  uang  kepadanya.  Jika  tidak  membayar  maka  tidak jarang anak jalanan dipukul atau dikeroyok dengan preman dan kawanannya.
Pelecehan  seksual  yang  diterima  anak  jalanan  biasanya  dilakukan  oleh orang  yang  tidak  dikenal  dengan  meraba  alat  kelamin  anak  jalanan.    Tidak  ada
responden  yang diperkosa  disodomi oleh orang  lain. Anak  jalanan  mendapatkan pelecehan  seksual  ketika  tidur  di  jalanan.  Selain  itu,  ada  juga  anak  jalanan  yang
yang diraba alat kelaminnya oleh waria ketika mereka beraktivitas di jalanan.
5.8 Perilaku Menyimpang