metro  mini  ketika  hari  libur.  Tidak  jarang  pula  ia  membolos  untuk  mengamen karena ajakan temannya.
Anak  jalanan  dengan  tingkat  pendidikan  tinggi  sebesar  sepuluh  persen. Artinya  mereka  sudah  lulus  SMA  dan  sederajat.  ALS  22  tahun  merupakan
responden yang sedang melaksanakan pendidikan  di bangku kuliah. Pada tingkat dua SD ia membiayai sekolahnya sendiri dengan berjualan kantung plastik dan es
mambo  di pasar karena orang tuanya  sudah tidak  sanggup  membiayainya. Selain untuk membiayai sekolah, sebagian uang hasil berjualan kantung harus disetorkan
kepada ayahnya. Namun ia putus sekolah pada tingkat empat SD karena ia sudah tidah sanggup lagi membiayai sekolah. Selain itu, ia mendapat tekanan psikis oleh
teman  sekolah.  Ia  sering  diejek  karena  berjualan  kantung  plastik  di  pasar. Kemudian  ia  kabur  dari  rumah  karena  tidak  sanggup  lagi  memberi  setoran  uang
kepada  orang  tuanya  dan  memilih  untuk  hidup  di  jalanan.  Kemudian  ia mendaftarkan diri menjadi anak binaan RSBAP.  Melihat motivasi ia yang tinggi
untuk belajar maka RSBAP bersedia membiayai sekolah hingga perguruan tinggi.
5.3 Jenis Pekerjaan
Departemen  Sosial  yang  dikutip  oleh  Yudi  2006  menjelaskan  bahwa jenis pekerjaan anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
usaha  dagang,  usaha  di  bidang  jasa,  pengamen  dan  kerja  serabutan.  Jumlah responden  yang  berprofesi  sebagai  pengamen  sebanyak  50  persen.  Biasanya
mereka mengamen di bus metro mini yang biasa mereka sebut dengan panggung jalanan. Mengamen merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi mereka karena
mereka  bisa  menyalurkan  hobi  dan  bakat  mereka  di  bidang  seni,  seperti  yang diungkapkan oleh HRJ 18 tahun sebagai berikut.
“Setiap hari saya ngamen kak, hobi saya kan emang  nyanyi kak. Pagi-pagi  biasanya  saya  udah  pergi  ke  jalan  buat  ngamen  terus
baru  pulang  malem  deh  kak.  Klo  siang  sih  emang  sedikit  yang ngasih,  tapi  klo  pas  jam  pulang  kantor  lumayan  banyak  yang
ngasih uang.” Selain  itu,  mengamen  hanya  memerlukan  modal  suara  dan  lebih  baik
apabila  didukung  dengan  alat  musik  seperti  kecrekan  atau  gitar.  Pekerjaan  ini
tidak memerlukan tenaga dan pikiran yang banyak. Maka dari itu sebagian besar anak jalanan berprofesi sebagai pengamen.
Anak  jalanan    yang  berprofesi  sebagai  pengamen  biasanya  berkumpul  di perempatan  jalan  atau  terminal.  Mereka  lebih  aktif  mengamen  saat  hari  Senin
hingga Jumat karena banyak orang yang menggunakan angkutan umum sehingga peluang  mendapatkan  uang  lebih  besar.  Namun  ketika  awal  bulan  mereka
mengamen setiap hari karena banyak pegawai negeri atau swasta yang mendapat gaji dan biasanya mereka mendapat penghasilan yang lebih banyak.
Selain  sebagai  pengamen,  ada  pula  anak  jalanan  yang  bekerja  di  bidang jasa yaitu sebanyak 23,3 persen. Mereka bekerja sebagai kuli angkut di pasar, kuli
bangunan,  kenek,  atau  supir  bus  metro  mini.  Pekerjaan  ini  tidak  memerlukan modal uang namun memerlukan tenaga yang tinggi. Sedangkan anak jalanan yang
berdagang  hanya  sebesar  6,7  persen.  Mereka  berjualan  kantung  plastik  di  pasar. Usaha  dagang  ini  memerlukan  modal  yang  kecil  namun  diperlukan  usaha  yang
lebih ketika menawarkan kantung plastik kepada pembeli di pasar. Tabel 3.   Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Usia  dan  Jenis
Pekerjaan, Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, 2010.
Usia Jenis Pekerjaan
Total Berdagang
Jasa Pengamen
Serabutan n
n n
n N
15 sampai 18 tahun 4
13,3 10
33,3 2
6,7 16
53,3 19 sampai 22 tahun
2 6,7
3 10,0
5 16,7
4 13,3
14 46,7
Total 2
6,7 7
23,3 15
50,0 6
20,0 30
100
Jumlah  anak  jalanan  yang  bekerja  serabutan  sebesar  20  persen.  Mereka bekerja apa saja yang dapat menghasilkan uang. Sebagian besar anak jalanan yang
bekerja serabutan ini pernah mencoba bekerja sebagai pengamen. Mereka bekerja sesuai dengan keinginan mereka, tidak jarang mereka mencoba pekerjaan teman-
teman  mereka. Anak  jalanan  yang bekerja  serabutan  menganggap  bahwa bekerja di jalanan tidak dapat memberikan kepastian dalam mendapatkan uang, sehingga
mereka melakukan pekerjaan apa saja sesuai dengan peluang yang ada.
“Zaman  sekarang  yang  penting  uang  kak,  ga  ada  uang  ga  bisa hidup.  Ko  diajak  temen    ngamen  ya  saya  ikutan.  Kadang-kadang
saya juga jadi pak ogah. Kerja apa ajalah kak yang penting dapet uang
” JFR, 22 tahun. KTM 18 tahun merupakan anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen
dan kenek. Awalnya ia bekerja sebagai pengamen di bus metro mini. Kemudian ia ditawari menjadi kenek oleh supir metro mini lalu  ia bekerja sebagai kenek. Jika
sedang  tidak  ada  tawaran  menjadi  kenek  biasanya  ia  mengamen  kembali  untuk menambah uang jajan.
Ada pula anak jalanan yang bekerja di pasar. ABQ 22 tahun merupakan anak  jalanan  yang  berasal  dari  Sukabumi  yang  bekerja  serabutan.  Kedua  orang
tuanya sudah bercerai dan saat ini sudah memiliki  ayah tiri. Ia bekerja di Jakarta untuk  memberikan  uang  tambahan  untuk  orangtuanya  yang  bekerja  sebagai
pemecah batu. Ia memiliki keinginan yang kuat untuk bekerja sehingga ia bekerja apa saja yang penting menghasilkan uang. Ia bekerja mulai dari berjualan kantung
hingga menjadi kuli angkut di pasar. Melihat keinginannya untuk bekerja maka ia disalurkan  oleh  pimpinan  RSBAP  untuk  bekerja  sebagai  penjaga  TK  di  daerah
Citayam. Beberapa  bulan kemudian,  ia  berhenti  bekerja  sebagai penjaga TK dan kembali bekerja di pasar.
5.4 Alasan Utama Menjadi Anak Jalanan