Pusat Asesmendan Rujukan PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN

Berbeda dengan pernyataan tersebut, para pembina merasa sudah berusaha untuk memperlakukan anak binaan dengan adil. Pendekatan yang dilakukan berbeda-beda sesuai dengan karakteristik masing-masing anak jalanan karena tidak semua anak binaan terbuka dengan para pembina di RSBAP. Jika anak binaan melakukan kesalahan pasti akan ditegur atau dimarahi. Namun, jika perilaku anak binaan dinilai baik maka pembina tidak segan-segan memberikan kepercayaan yang lebih kepadanya. Hal inilah yang menyebabkan munculnya kecemburuan diantara anak binaan.

6.2 Pusat Asesmendan Rujukan

Rumah singgah berfungsi sebagai pusat asesmen dan rujukan. Asesmen adalah penelaah dan pengungkapan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Dalam asesmen, dikemukakan permasalahan yang mendasar yang bersifat segera untuk ditangani Departemen Sosial RI, 2005. Setelah melakukan asesmen, maka dilakukan rujukan pelayanan sosial bagi anak jalanan tersebut. Sehingga pelayanan sosial yang diterima oleh anak jalanan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi. Gambar di atas menunjukkan 80 persen responden merasa tidak puas dengan fungsi rumah singgah dalam melakukan asesmen dan rujukan. Terdapat tujuh persen responden yang merasa puas dan 13 responden yang merasa sangat puas. Artinya sebagian besar responden memiliki penilaian yang negatif terhadap fungsi rumah singgah sebagai pusat asesmen dan rujukan yang dilakukan RSBAP. 80 7 13 Gambar 8. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah Sebagai Pusat Asesmen dan Rujukan Sangat tidak puas Tidak puas Puas Sangat puas Beberapa responden yang merasa tidak puas beranggapan bahwa asesmen yang dilakukan tidak diikuti dengan upaya pemenuhan kebutuhan mereka dengan segera. Besarnya harapan mereka terhadap RSBAP untuk dapat memenuhi semua kebutuhan dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapai menyebabkan mereka merasa tidak puas akan upaya yang dilakukan RSBAP untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembina melakukan pemetaan kebutuhan dan permasalahan anak jalanan dengan berbagai cara, yakni mengobrol dengan anak binaan hingga mendatangi keluarga yang bersangkutan untuk mengetahui lebih jelas bagaimana kehidupan anak jalanan yang dibina. Setelah melakukan asesmen maka mereka merumuskan tindakan apa yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan anak jalanan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pimpinan RSBAP sebagai berikut. “Kami melakukan pemetaan kebutuhan setiap anak binaan yang mendaftar di rumah singgah. Setelah itu barulah kami menyusun tindakan apa yang harus diberikan kepada anak tersebut. Kita mencoba untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar yang diperlukan anak tersebut. Kami mencoba memberikan pelayanan semaksimal mungkin.” Sebagian besar anak binaan memiliki status pendidikan yang rendah. Maka setiap anak binaan dapat mengakses program pendidikan yang diselenggarakan oleh RSBAP. Selain itu, RSBAP berupaya untuk kebutuhan pangan, sandang dan papan yang dirasakan anak binaan. Permasalahan yang dihadapi oleh anak binaan sangatlah beragam. Tidak semua kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu anak binaan dapat diatasi oleh RSBAP. Hal ini dikarena keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh RSBAP.

6.3 Fasilitator