Selain  itu,  anak  jalanan  juga  memberikan  pendidikan  formal,  informal maupun  non-formal.  Pengajaran  dirancang  untuk  menjadikan  anak  jalanan
menjadi  manusia  yang  terpelajar.  Pengajaran  yang  dilakukan  di  dalam  rumah singgah  dalam  suasana  kekeluargaan,  karena  metode  pengajaran  disesuaikan
dengan  karakteristik  anak  jalanan.  Hal  ini  bertujuan  agar  materi  yang  diberikan kepada  anak  jalanan  dapat  mudah  dipahami  oleh  anak  jalanan.  Apabila  sudah
dipahami anak jalanan diharapkan dapat mempengaruhi perilakunya. Memberikan  pelayanan  yang  memuaskan  anak  jalanan  sangatlah  penting
demi  terwujudnya  tujuan  rumah  singgah.  Penelitian  ini  membuktikan  bahwa penilaian anak jalanan dalam penelitian ini mempengaruhi perilaku mereka.
8.2 Perubahan Perilaku Anak Jalanan
Hasil  penelitian  menunjukkan  terdapat  perubahan  perilaku  anak  jalanan ketika  sebelum  dan  sesudah  mendapatkan  pelayanan  sosial  yang  diberikan
RSBAP. Ketika anak  jalanan  belum  menjadi anak binaan RSBAP, sebagian dari mereka  memiliki  perilaku  yang  kurang  baik,  yaitu  sebanyak  53,3  responden.
Sedangkan anak jalanan yang memiliki perilaku yang baik sebanyak 46,7 persen. Setelah  anak  jalanan dibina oleh RSBAP, terdapat perubahan perilaku ke
arah  yang  lebih  baik.  Sebanyak  60  persen  responden  berperilaku  baik  dan  13,3 persen  responden  berperilaku  sangat  baik.  Persentase  anak  jalanan  yang
berperilaku kurang baik menurun menjadi 26,7 persen. Tabel 18.  Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Perilaku  Anak  Jalanan
Sebelum dan Setelah Menjadi Anak Binaan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, 2010.
Perilaku Anak Jalanan
Sebelum menjadi anak binaan RSBAP
Setelah menjadi anak binan RSBAP
n n
Buruk Kurang baik
16 53,3
8 26,7
Baik 14
46,7 18
60 Sangat Baik
4 13,3
Total 30
100 30
100
H :  Tidak  terdapat  perbedaan  yang  signifikan  antara  perilaku  responden
sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP.
H
1
:  Terdapat  perbedaan  yang  signifikan  antara  perilaku  responden  sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP.
Berdasarkan  hasil  Uji  Mann-Whitney  diperoleh    nilai  Asymp.Sig  2-side sebesar  0,001  lebih  kecil  dari  α  0,05  sehingga  H
1
diterima  dan  H ditolak.
Artinya,  ada  perbedaan  yang  signifikan  antara  perilaku  anak  jalanan  sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP.
Berbagai  pelayanan  sosial  yang  diberikan  RSBAP  mengarahkan  anak jalanan untuk berperilaku lebih baik. Pemenuhan kebutuhan anak jalanan seperti:
kebutuhan  makan,  pakaian,  tempat  tinggal  dan  uang  saku  menyebabkan berkurangnya  keberadaan  mereka  di  jalanan.  Anak  jalanan  menghabiskan
sebagian  besar  waktunya  untuk  bekerja  di  jalanan  dengan  tujuan  mendapatkan uang untuk  memenuhi kebutuhan  hidupnya.  Ketika rumah singgah  mememenuhi
berbagai  kebutuhan  anak  jalanan  tersebut  maka  membuat  anak  jalanan mengurangi  intensitas  bekerja  di  jalanan  karena  bebannya  untuk  memenuhi
kebutuhan telah berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan anak binaan  di  jalanan  telah  berkurang.  Mereka  lebih  memilih  untuk  menghabiskan
waktu di rumah singgah. “Sekarang  saya  udah  jarang  ngamen  lagi  kak.  Kalo  di  rumah
singgah  bawaannya  males  keluar.  Makan  ada,  tiduran  enak. Pokoknya jadi males kerja kak
” SYN, 18 tahun. Pembinaan  mental  dan  spiritual  yang  dilakukan  pembina  kepada  anak
jalanan dalam kehidupan sehari-hari ditujukan untuk dapat merubah tingkah laku mereka dalam hal kebiasaan hidup. Maksudnya, mengajarkan anak jalanan untuk
dapat  hidup  teratur.  Hasil  penelitian  menunjukkan  terdapat  perubahan  perilaku anak  jalanan  dalam  hal  kebiasaan  mandi  dan  berganti  pakaian.  Anak  jalanan
sebelum  menjadi  anak  binaan  RSBAP,  mereka  jarang  mandi  teratur  dua  kali sehari.  Terdapat  anak  jalanan  yang  mandi  tiga  hari  sekali  bahkan  dua  minggu
sekali. Setelah mereka mandi biasanya mereka menggunakan baju yang sama. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki pakaian yang cukup.
Upaya pembina untuk  mengurangi  mengkonsumsi rokok, minuman keras dan  narkoba  dilakukan  dengan  cara  memberitahu  mengenai  akibat  dan
memberlakukan peraturan untuk melakukan hal tersebut di dalam rumah singgah. Anak  binaan  yang  tertangkap  tangan  sedang  mengkonsumsi  minuman  keras  dan
narkoba  akan  dikenakan  sanksi  oleh  pembina.  Anak  binaan  tidak  boleh  tinggal dan  mengikuti  kegiatan  di  RSBAP.  Pemberian  sanksi  ini  pun  efektif  untuk
mengurangi  perilaku  negatif  tersebut.    Hal  ini  terkait  dengan  konsep  penguatan utama  yang  dapat  membantu  dalam  upaya  mengubah  perilaku,  yakni  hukuman
punishment Hersey dan Blanchard yang dikutip Sugiharto, 2004. “Dulu saya pernah ketauan lagi minum sama pembina, terus saya
dihukum ga boleh tinggal  di  rumah  singgah  selama sepuluh  hari. Saya kapok kak.
” SHR, 16 tahun. Terdapat  anak  binaan  RSBAP  yang  pada  awalnya  hidup  terpisah  dengan
keluarga kemudian tinggal kembali bersama keluarganya. Pembinaan tidak hanya diberikan  kepada  anak  binaan,  jika  memungkinkan  pembinaan  diberikan  pula
kepada  orang  tuanya.  Pembinaan  yang  diberikan  kepada  orang  tua  biasanya dilakukan  dengan  pemberian  modal  usaha.  Hal  ini  dilakukan  atas  pertimbangan
bahwa  sebagian  besar  anak  turun  ke  jalana  karena  ketidakmampuan  keluarga untuk  memenuhi  kebutuhannya.  Pembinaan  dilakukan  agar  keluarga  dapat
merangkul anak mereka dan mengajaknya untuk tinggal bersama kembali.
8.3 Ikhtisar