Kerangka Pemikiran PENDEKATAN TEORITIS

tingkat kepentingan pelanggan dikaitkan dengan kenyataan yang dirasakan oleh pelanggan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pelayanan sosial rumah singga yang baik menuntut untuk dapat memberikan kepuasan kepada anak jalanan. Penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah dapat diketahui dengan melihat tingkat kepuasan anak jalanan terhadap fungsi rumah singgah. Penilaian anak jalanan dilakukan terhadap delapan fungsi rumah singgah, yaitu: sebagai tempat pertemuan, pusat asesmen dan rujukan, fasilitator, perlindungan, pusat informasi, kuratif-rehabilitatif, pelayanan sosial dan resosialisasi. Penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah diduga dipengaruhi oleh karakteristik anak jalanan. Karakteristik anak jalanan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan ciri-ciri yang melekat dalam diri anak jalanan yang terdiri atas usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, alasan utama menjadi anak jalanan, tipe anak jalanan dan pengalaman menjadi anak jalanan. Faktor eksternal terdiri atas tingkat kekerasan dan tingkat interaksi anak jalanan dalam rumah singgah. Anak jalanan dengan usia yang lebih dewasa memiliki kebutuhan yang lebih kompleks dibanding dengan anak jalanan berusia lebih muda. Hal ini diduga akan berpengaruh kepada penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Sebagian besar anak jalanan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Anak jalanan sangat membutuhkan pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan pengetahuan. Terdapat kecenderungan semakin rendah tingkat pendidikan anak jalanan maka penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah semakin positif. Jenis pekerjaan anak jalanan oleh Departemen Sosial yang dikutip oleh Yudi 2006 dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: usaha dagang, usaha di bidang jasa, pengamen, dan kerja serabutan. Pekerjaan yang dijalani anak jalanan memiliki banyak resiko. Diduga terdapat perbedaan penilaian anak jalanan berdasarkan jenis pekerjaan anak jalanan. Terdapat tiga hal yang melatarbelakangi anak turun ke jalan, yakni kondisi ekonomi keluarga, disharmoni keluarga, dan mencari pengalaman kerja Sanusi yang dikutip Yudi, 2006. Alasan menjadi anak jalanan karena ekonomi yang rendah diduga akan merasa senang mendapatkan pelayanan rumah singgah karena kebutuhan hidup mereka data tercukupi, seperti kebutuhan makan, pakaian dan uang saku. Anak jalanan dengan kondisi keluarga yang disharmonis, merasa rumah singgah ialah keluarga baru mereka di mana mereka dapat merasakan kasih sayang. Anak jalanan yang dilatarbelakangi oleh motivasi mencari pengalaman kerja yang tinggi merasa rumah singgah dapat memberikan tempat untuk berlindung ketika mereka selesai bekerja. Diduga terdapat perbedaan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah berdasarkan alasan utama mereka turun ke jalan. Depdiknas 2002 membagi tipe anak jalanan berdasarkan hubungannya dengan keluarga dan dikategorikan menjadi tiga tipe yaitu children of the street, children on the street dan vulnerable to be street children. Anak jalanan yang tidak memiliki keluarga children of the street memenuhi segala kebutuhannya sendiri dan sangat membutuhkan perlindungan baik secara fisik maupun psikologi. Maka terlihat kecenderungan semakin tinggi hubungan anak jalanan dengan keluarganya maka semakin baik penilaian anak jalanan. Anak jalanan mendapatkan berbagai pelayanan sosial di dalam rumah singgah. Semakin lama pengalaman anak jalanan di rumah singgah maka pelayanan yang didapatkan semakin banyak. Oleh karena itu, diduga semakin lama pengalaman anak jalanan di rumah singgah maka semakin positif penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Anak jalanan menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat umum untuk tinggal, bekerja dan bermain. Kondisi seperti ini membuat anak jalanan rentan mendapatkan kekerasan dari berbagai pihak, yakni teman, preman, petugas keamanan maupun mayarakat umum. Rumah singgah memberikan tempat tinggal sebagai sarana untuk melindungi dari kekerasan yang ada di jalanan. Diduga semakin tinggi tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan maka positif penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Anak jalanan sebagai penerima pelayanan rumah singgah bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya untuk mengikuti kegiatan. Hubungan-hubungan yang terjadi di rumah singgah bersifat informal seperti pertemanan atau kekeluargaan. Anak jalanan dibimbing untuk merasa sebagai anggota keluarga besar di mana para pekerja sosial berperan sebagai teman, saudara atau orang tua. Hubungan ini membuat anak merasa diperlakukan seperti anak lainnya dalam sebuah keluarga dan merasa sejajar karena pekerja sosial menempatkan diri sebagai teman dan sahabat Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak sebagaimana dikutip oleh Krismiyarsi, 2009. Pola interaksi yang terjadi di rumah singgah berupa kehadiran dalam kegiatan rumah singgah maupun keakraban dengan pembina maupun dengan anak binaan lainnya tersebut diduga berhubungan dengan tingkat kepuasan anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Semakin tinggi tingkat interaksi anak jalanan di dalam rumah singgah maka semakin positif pula penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Keterangan : berhubungan

2.3 Hipotesis Penelitian