Uji Spesifikasi Model Data Panel

55 tersebut diantaranya adalah proses pembangunan Indonesia masih terpusat di Kawasan Barat Indonesia. Selain itu, dalam berbagai aspek baik sumber daya manusia serta infrastruktur, terlihat perbedaan yang mencolok antara wilayah KBI dan KTI.

4.1.1. Keragaan Kabupaten Tertinggal Kawasan Barat Indonesia

Selama kurun waktu 2005-2010, terjadi penurunan persentase kabupaten tertinggal di KBI sebanyak 8,11 persen. Provinsi Riau, Jambi, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali berhasil mengentaskan seluruh kabupaten tertinggal di wilayahnya, sehingga saat ini provinsi-provinsi tersebut tidak lagi memiliki kabupaten tertinggal tahun 2005, hanya DKI Jakarta yang tidak memiliki daerah tertinggal. Keberhasilan provinsi-provinsi tersebut mengentaskan kabupaten tertinggal di wilayahnya diduga erat kaitannya dengan kinerja perekonomian yang berhasil dicapai. Data BPS menunjukkan bahwa kabupaten tertinggal di provinsi tersebut memiliki capaian pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 4 persen. Kondisi yang cukup mengkhawatirkan terjadi di Provinsi Bengkulu, tercatat pada tahun 2005, hampir seluruh kabupaten di provinsi ini tergolong sebagai kabupaten tertinggal kecuali Kota Bengkulu. Pada tahun 2010, mulai terjadi perbaikan dalam upaya mengurangi jumlah kabupaten tertinggal, 3 kabupaten tertinggal berhasil terentaskan dari ketertinggalan Bengkulu Selatan, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara. Adanya pengentasan 3 kabupaten tertinggal tersebut, nyatanya tidak membuat Bengkulu memiliki capaian pengentasan kabupaten tertinggal yang lebih baik dibandingkan dengan provinsi KBI lainnya. Hal ini tercermin dari fakta bahwa pada tahun 2010, hanya Provinsi Bengkulu dan Nangroe Aceh Darussalam yang memiliki persentase kabupaten tertinggal lebih dari 50 persen, yang notabene persentase sebesar itu merupakan karakteristik provinsi-provinsi di KTI. Kondisi ini perlu disikapi, dengan mengkaji lebih dalam kondisi Bengkulu dan menerapkan kebijakan sesuai dengan kebijakan yang dilakukan di KTI Gambar 4.2. Provinsi Banten tercatat mengalami stagnasi dalam upaya mengurangi jumlah kabupaten tertinggalnya. Pada tahun 2005 Provinsi Banten memiliki 2 kabupaten 56 tertinggal Pandeglang dan Lebak, sedangkan kondisi tahun 2010 kedua kabupaten tersebut masih belum berhasil terentaskan. Diduga kondisi ini disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia Provinsi Banten. Data dari Kementrian PDT menunjukkan pada kurun waktu 2005-2010 indeks ketertinggalan sumber daya manusia Kabupaten Pandeglang dan Lebak masih di atas indeks ketertinggalan sumber daya manusia Kabupaten Garut yang pada tahun 2011 sudah tergolong sebagai kabupaten maju. Indeks ketertinggalan sumber daya manusia Kabupaten Pandeglang dan Lebak masing-masing sebesar 0,38 dan 0,41 sedangkan Kabupaten Garut tercatat sebesar 0,21. Tingginya indeks ketertinggalan dalam bidang sumber daya manusia mengindikasikan rendahnya kualitas sumber daya manusia di Provinsi Banten. Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2008, IPM Provinsi Banten adalah sebesar 69,70, lebih rendah dari capaian IPM nasional yang tercatat sebesar 71,17. Sumber: Kementrian PDT 2010, diolah Gambar 4.2. Perbandingan Persentase Jumlah Kabupaten Tertinggal KBI menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2010 ‐ 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 2005 2010