95 kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan masih cukup tinggi
menunjukkan bahwa belum ada keselarasan antara kebijakan pengentasan kabupaten tertinggal dengan pengentasan kemiskinan, sehingga kedepannya perlu
menambahkan indikator kemiskinan dalam penentuan kiteria kabupaten tertinggal.
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan kinerja perekonomian yang dicapai oleh kabupaten tertinggal periode 2006-2009 ternyata belum mampu
menurunkan angka kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh kondisi dimana pertumbuhan ekonomi yang dicapai diikuti oleh kenaikan ketimpangan
pendapatan masyarakat. Fenomena ini cukup menarik untuk dicermati mengingat kebijakan pengentasan kemiskinan telah banyak diterapkan, namun ternyata
belum mampu menurunkan persentase penduduk miskin. Koordinasi kebijakan pengentasan kemiskinan antara pusat dan daerah, antar sektor dan kementrian
kiranya perlu ditingkatkan kembali, agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan. Koordinasi juga diperlukan untuk menciptakan pertumbuhan yang diikuti dengan
pemerataan distribusi pendapatan dan menurunkan kemiskinan. 4. Pertumbuhan yang tidak pro terhadap rakyat miskin, yang notabene merupakan
akibat dari distribusi pendapatan yang timpang di kabupaten tertinggal kiranya perlu dicermati. Kedepannya perlu kebijakan-kebijakan yang kiranya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pemerataan distribusi pendapatan. Salah satunya adalah melalui prioritas kebijakan pada sektor yang
dapat meningkatkan kemampuan masyarakat menengah ke bawah untuk berpartisipasi aktif dalam roda perekonomian.
5. Arah kebijakan pemerintah pada daerah tertinggal kiranya dapat lebih dititikberatkan pada kawasan timur, mengingat sebagian besar kabupaten
tertinggal berada di KTI dan marginal benefit akan lebih banyak dirasakan di kawasan timur.
96
6.3. Saran
Model dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini masih dapat terus dikembangkan lebih lanjut. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam
model terbatas hanya pada variabel-variabel inti yang besar pengaruhnya terhadap variabel dependen. Perbaikan untuk penyempurnaan model kiranya dapat dilakukan
dengan menambah variabel-variabel lain dalam memodelkan persamaan pertmbuhan ekonomi seperti, besaran kontribusi PDRB sektor pertanian, kontribusi PDRB sektor
industri, tingkat pendidikan dan indeks persepsi korupsi corruption perception index.
Metode analisis yang digunakan kiranya perlu dikembangkan dengan memanfaatkan metode yang lebih tepat dan robust yang dapat menjawab
permasalahan penelitian dengan lebih gamblang. Penggunaan metode analisis panel dinamis simultan simultaneous dynamic panel kiranya perlu dimanfaatkan dalam
memodelkan pengaruh bantuan infrastruktur terhadap persentase penduduk miskin. Penggunaan metode analisis panel dinamis simultan diharapkan dapat menjawab
permasalahan endogeneity yang timbul akibat penggunaan lag variable dependen sekaligus mampu memodelkan hubungan ketimpangan, kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi secara simultan, sehingga diharapkan hasil analisis yang didapat lebih robust.
Penambahan rentang
data waktu penelitian yang juga menyesuaikan masalah ketersediaan data, kiranya perlu dilakukan mengingat perilaku hubungan
ketimpangan, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi merupakan hubungan jangka panjang yang melibatkan beberapa fase pembangunan. Penyempurnaan terhadap
penelitian ini juga dapat dilakukan dengan melakukan komparasi double difference analysis
antara kabupaten tertinggal yang secara kontinu mendapat bantuan dan yang tidak Komparasi juga dapat dilakukani antara kabupaten tertinggal yang mendapat
bantuan dan kabupaten bukan tertinggal yang tidak mendapat bantuan dengan syarat kabupaten tidak tertinggal yang dipilih memiliki kesamaan karakteristik dengan
kabupaten tertinggal sebagai kelompok kendali control group.
DAFTAR PUSTAKA
Ahluwalia IJ. 1985. Industrial Growth in India: Stagnation since the mid-sixties. New Delhi: Oxford University Press.
Aromdee V et al. 2005. Building Mega Projects: How to Maintain Economic Stability.
Bangkok: Bank of Thailand. Aschauer DA. 1989. Is Public Expenditure Productive. Journal of Monetary
Economics 23.
Aziz IJ. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Baltagi BH. 2005. Econometric Analysis of Panel Data. Third Edition. New Jersey: John Wiley and Sons Inc.
[BI] Bank Indonesia. 2007. Perkembangan Perekonomian Daerah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Triwulan I-2007
. Banda Aceh: Kantor Bank Indonesia Banda Aceh.
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Tahun 2010-2014
. Jakarta: Bappenas. Baum CF. 2009, Instrumental Variables and Panel Data Methods in Economics
and Finance. Berlin: Boston College and DIW.
Bellinger WK. 2007. The Economics Analysis of Public Policy. Oxon: Routledge. Bolnick BR. 2000. Economic Growth as an Instrument for Poverty Reduction in
Mozambique: Framework for a Growth Strategy. Gabinete de Estudos Discussion Paper
12a. Bourguignon F. 2004. The Poverty-Growth-Inequality Triangle. Washington:
World Bank. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Produk Domestik Regional Bruto
KabupatenKota menurut Subsektor Tahun 2000-2004 . Jakarta: BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto
. Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Data dan Informasi Kemiskinan
KabupatenKota . Jakarta: BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009a. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2009
. Jakarta: BPS.