Pengaruh Peningkatan Perekonomian terhadap Kemiskinan

IV. KERAGAAN DAN DINAMIKA KABUPATEN TERTINGGAL SERTA UPAYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KABUPATEN TERTINGGAL Analisis mengenai keragaan dan dinamika kabupaten tertinggal dilakukan untuk melihat dampak implementasi program P2IPDT yang telah dilakukan Kementrian PDT di daerah tertinggal. Analisis sebelum dan sesudah before and after implementasi bantuan dipilih sebagai salah satu teknik untuk melihat dampak implementasi program. Kondisi awal sebelum implementasi program dideskripsikan sebagai kondisi kabupaten tertinggal pada tahun 2006, sedangkan kondisi akhir setelah implementasi program dideskripsikan sebagai kondisi pada tahun 2009. Diharapkan dengan membandingkan kedua periode tahun ini, dapat dilihat secara sederhana dinamika kabupaten tertinggal sebelum dan sesudah implementasi program P2IPDT.

4.1. Keragaan Kabupaten Tertinggal

Ketertinggalan daerah dalam pembangunan disebabkan oleh banyak faktor yang bersifat kompleks dan menyebabkan ketimpangan yang kurang menguntungkan dalam berbagai aspek. Hal itu menyebabkan perlunya suatu upaya sistematis dan terencana untuk mengejar ketertinggalan daerah sehingga setara dengan daerah maju lainnya. Pemerintah melalui Kementrian PDT telah melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan daya saing daerah tertinggal dan mengejar ketertinggalan. Berdasarkan data dari Kementrian PDT, sampai dengan tahun 2010 terdapat 183 kabupaten yang tergolong sebagai daerah tertinggal. Sebanyak 55 kabupaten tertinggal berada di wilayah Kawasan Barat Indonesia dan sebanyak 128 kabupaten berada di kawasan Indonesia Timur. Secara kasat mata angka ini menunjukkan sedikit perbaikan pada capaian pengentasan kabupaten tertinggal, karena tercatat pada tahun 2005, berdasarkan Keputusan Menteri PDT No. 001KEPM-PDTI2005, terdapat sebanyak 199 kabupaten tertinggal di Indonesia, 76 kabupaten tertinggal berada di KBI dan 123 kabupaten tertinggal berada di KTI. 54 penu Berd kabu keny seban Masi diseb terse kabu S G PDT perse Kaw Data te urunan jum dasarkan an upaten tert yataannya, d nyak 51 ka ih tingginy babkan kar but kemudi upaten tertin Sumber: Kem Gambar 4.1 Dari dat , baik tahu entase juml wasan Barat 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 ersebut me mlah kabup ngka terseb tinggal tel dari 199 kab abupaten tid ya jumlah rena adanya ian memben nggal di Indo mentrian PD

1. Perbandi Nasional

ta jumlah k un 2005 d ah kabupat Indonesia KBI 28,90 enunjukkan, paten tertin but, tidak lah berhas bupaten yan dak lagi me kabupaten a proses p ntuk daerah onesia pada DT 2010, ingan Pers l, Tahun 20 kabupaten te dan 2010, ten tertingg Gambar 4 20,68 , selama nggal di In dapat dia sil terenta ng masuk k enyandang tertinggal pemekaran h otonomi b a tahun 2010 diolah sentase Kab 005 dan 201 ertinggal ya Kawasan T al yang leb .1. Salah s KTI 59,71 58,7 2005 20 kurun wa ndonesia s artikan bah askan dari kategori tert daerah tert l yang ter wilayah, d baru 48 ka 0 menjadi s bupaten Te 10 ang dipublik Timur Indo bih tinggi b satu faktor Indonesia 42,25 72 010 aktu 2005- ebanyak 1 hwa hanya i keterting tinggal pad tinggal pada rcatat pada dimana daer abupaten. S sebanyak 18 ertinggal K kasikan ole onesia terc bila dibandin yang meng 20 37,81 2010, terj 6 kabupat sebanyak ggalan. Pa da tahun 200 a tahun 20 a tahun 20 rah terting Sehingga to 83 kabupate KBI, KTI d eh Kementr atat memil ngkan deng gakibatkan h 005 2010 adi ten. 16 ada 05, 10. 010 gal otal n. dan ian liki gan hal 55 tersebut diantaranya adalah proses pembangunan Indonesia masih terpusat di Kawasan Barat Indonesia. Selain itu, dalam berbagai aspek baik sumber daya manusia serta infrastruktur, terlihat perbedaan yang mencolok antara wilayah KBI dan KTI.

4.1.1. Keragaan Kabupaten Tertinggal Kawasan Barat Indonesia

Selama kurun waktu 2005-2010, terjadi penurunan persentase kabupaten tertinggal di KBI sebanyak 8,11 persen. Provinsi Riau, Jambi, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali berhasil mengentaskan seluruh kabupaten tertinggal di wilayahnya, sehingga saat ini provinsi-provinsi tersebut tidak lagi memiliki kabupaten tertinggal tahun 2005, hanya DKI Jakarta yang tidak memiliki daerah tertinggal. Keberhasilan provinsi-provinsi tersebut mengentaskan kabupaten tertinggal di wilayahnya diduga erat kaitannya dengan kinerja perekonomian yang berhasil dicapai. Data BPS menunjukkan bahwa kabupaten tertinggal di provinsi tersebut memiliki capaian pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 4 persen. Kondisi yang cukup mengkhawatirkan terjadi di Provinsi Bengkulu, tercatat pada tahun 2005, hampir seluruh kabupaten di provinsi ini tergolong sebagai kabupaten tertinggal kecuali Kota Bengkulu. Pada tahun 2010, mulai terjadi perbaikan dalam upaya mengurangi jumlah kabupaten tertinggal, 3 kabupaten tertinggal berhasil terentaskan dari ketertinggalan Bengkulu Selatan, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara. Adanya pengentasan 3 kabupaten tertinggal tersebut, nyatanya tidak membuat Bengkulu memiliki capaian pengentasan kabupaten tertinggal yang lebih baik dibandingkan dengan provinsi KBI lainnya. Hal ini tercermin dari fakta bahwa pada tahun 2010, hanya Provinsi Bengkulu dan Nangroe Aceh Darussalam yang memiliki persentase kabupaten tertinggal lebih dari 50 persen, yang notabene persentase sebesar itu merupakan karakteristik provinsi-provinsi di KTI. Kondisi ini perlu disikapi, dengan mengkaji lebih dalam kondisi Bengkulu dan menerapkan kebijakan sesuai dengan kebijakan yang dilakukan di KTI Gambar 4.2. Provinsi Banten tercatat mengalami stagnasi dalam upaya mengurangi jumlah kabupaten tertinggalnya. Pada tahun 2005 Provinsi Banten memiliki 2 kabupaten