Konsep Kemiskinan Kerangka Teori
15 PDB merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. PDB dapat mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena PDB merupakan nilai tambah yang
merupakan refleksi dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu negara Mankiw, 2007. Nilai PDB ini merupakan indikator yang umum digunakan sebagai gambaran tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Terdapat dua pendekatan yang lazim digunakan dalam penghitungan PDB,
yaitu pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran. Metode penghitungan PDB terbagi menjadi dua jenis, yaitu atas dasar harga berlaku yang menghitung nilai
tambah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan ekonomi dengan mengalikan total nilai tambah dengan harga pada tahun berjalan dan atas dasar harga konstan yang dihitung
dengan mengalikan seluruh nilai tambah dari hasil kegiatan ekonomi dengan harga pada tahun dasar. Data PDB yang digunakan untuk mengukur besaran nilai
pertumbuhan ekonomi adalah PDB atas dasar harga konstan. Nilai PDB pada dasarnya merupakan penjumlahan dari seluruh nilai Produk Domestik Regional Bruto
PDRB dari masing-masing provinsikabupaten di suatu negara BPS, 2005. Pengaruh peningkatan investasi infrastruktur yang akan diteliti dalam studi
kali ini diukur dengan melakukan pendekatan kuantitatif pada indikator pembangunan ekonomi. Indikator pembangunan ekonomi diukur melalui nilai Produk
Domestik Bruto PDB maupun Produk Domestik Regional Bruto PDRB. PDB maupun PDRB secara umum digunakan sebagai pendekatan dalam mengukur kinerja
perekonomian Sen, 1988.
Teori Pertumbuhan Harrod Domar
Teori pertumbuhan pertama kali dikemukakan oleh Harod dan Domar, yang menggunakan model Keynesian untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dalam
perekonomian tertutup. Teori ini kemudian dikenal lebih luas dengan model pertumbuhan Harrod-Domar. Model pertumbuhan Harrod-Domar didasarkan pada
tiga asumsi.
Pertama, bahwa perekonomian menyebabkan terjadi peningkatan tabungan S dalam proporsi yang konstan s terhadap pendapatan nasional Y:
S=sY 2.3
dimana s merupakan rasio tabungan baik marginal mapun rata-rata. Kedua, bahwa perekonomian berada pada keseimbangan, dimana investasi yang
direncanakan sama dengan tabungan yang direncanakan: I=S
2.4 Ketiga, bahwa investasi dipengaruhi oleh ekspektasi kenaikan pendapatan nasional
ΔY dan koefisien teknis tetap v yang dikenal sebagai Incremental Capital Output Ratio
ICOR: I=v ΔY
2.5 Model pertumbuhan Harrod-Domar kemudian mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi g
y
g sebagai perubahan pendapatan tiap satu satuan pendapatan:
y
Mensubstitusikan hubungan pada persamaan 2.4 dan 2.5 memberikan definisi alternatif untuk pertumbuhan sebagai:
= 2.6
g
y
Persamaan 2.7 berimplikasi bahwa jika ketiga asumsi yang mendasari teori ini terpenuhi, maka perekonomian akan tumbuh pada suatu level yang dipengaruhi oleh
parameter s dan v. Meskipun demikian, paling tidak dalam prakteknya ada dua asumsi yang tidak mungkin dipegang, yakni bahwa nilai ICOR yang tetap
berimplikasi bahwa terdapat hubungan yang tetap antara jumlah stok kapital dan output, kedua bahwa input tenaga kerja tidak dimasukkan dalam model, sehingga hal
ini menyebabkan teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar ini memiliki asumsi yang lemah.
= 2.7
Teori Pertumbuhan Solow
Mankiw 2007 menyatakan bahwa model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan stok kapital, pertumbuhan angkatan
17 kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana
pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan investasi.
Dengan kata lain, output per pekerja y merupakan konsumsi per pekerja c dan investasi per pekerja i:
y = c + I 2.8
Model Solow mengasumsikan bahwa setiap tahun orang menabung sebagian s dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi sebagian 1-s, hubungan ini dapat
dinyatakan sebagai: c = 1-sy
2.9 y = 1-sy + I
2.10 Meskipun model Solow telah mampu memasukkan tenaga kerja sebagai faktor yang
memengaruhi pertumbuhan, namun model ini gagal menjelaskan bagaimana dan mengapa kemajuan teknologi terjadi. Romer 1986 kemudian menggagas model
alternatif dengan memasukkan kemajuan teknologi ke dalam model, namun demikian tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak akan mencapai tingkat pareto
optimal. Model Romer 1986 tersebut kemudian dikenal sebagai teori pertumbuhan endogen.
Teori Pertumbuhan Endogen
Kelemahan dari teori pertumbuhan neoklasik kemudian memicu berkembangnya teori pertumbuhan endogen. Paul Romer merupakan salah satu
penggagas teori ini dengan model pertumbuhan endogen yang memasukkan kemajuan teknologi ke dalam model. Romer dalam Capello 2009 juga menyatakan
bahwa selain kemajuan teknologi, salah satu sumber pertumbuhan adalah berasal dari eksternalitas yang terjadi akibat adanya akumulasi stok pengetahuan teknis yang
kemudian berkolaborasi dengan modal tetap pada suatu waktu tertentu dalam mencapai tingkat output tertentu.
Robert Lucas juga merupakan ahli ekonomi yang juga merupakan penggagas teori pertumbuhan endogen. Lucas dalam Capello 2009 menyatakan hal yang sama
dengan apa yang dikemukakan Romer, bahwa modal yang menentukan tingkat output yang dicapai dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu modal fisik dan modal
manusia. Kombinasi keduanya dalam fungsi produksi dapat meningkatkan tingkat output tertentu.
Teori pertumbuhan endogen menyatakan bahwa perbaikan dan kemajuan teknologi dihasilkan dari investasi yang secara langsung menyebabkan pertumbuhan,
sehingga investasi dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang Economic Planning Advisory Commission, 1995. Reungsri 2010 juga menyatakan
bahwa investasi merupakan salah satu faktor penting pada model pertumbuhan endogen, investasi dapat menyebabkan perbaikan pada kapasitas produksi dan
kenaikan laba yang berimplikasi pada adanya pertumbuhan ekonomi. Pada teori pertumbuhan neoklasik, adanya asumsi “law of diminishing return” membawa pada
argumentasi bahwa investasi tidak mampu memengaruhi pertumbuhan. Namun pada teori pertumbuhan endogen, meskipun dibawah asumsi “law of diminishing return”
investasi tetap mampu meningkatkan pertumbuhan. Sebagai contoh, adanya kemajuan teknologi yang didanai dari investasi akan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, selain itu, tenaga kerja ahli yang didapat dari hasil pendidikan maupun pelatihan juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
pemikiran tersebut, dalam penelitian ini peranan investasi terutama investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi didekati dengan menggunakan model
pertumbuhan endogen.