Keragaan Kabupaten Tertinggal Kawasan Barat Indonesia

59 ekonomi periode 2006-2009 adalah sebesar 7,33 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Provinsi Riau lebih banyak ditopang melalui pendapatan asli daerah dari sektor migas. Sektor migas mampu memberikan kontribusi penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Implikasi dari hal tersebut bahwa dengan nilai pertumbuhan yang tinggi, propinsi Riau berhasil mengentaskan 2 kabupaten tertinggalnya lepas dari ketertinggalan. Sumber: BPS 2010, diolah Gambar 4.4. Perbandingan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Tertinggal KBI, menurut Provinsi Tahun 2006-2009 Provinsi Bengkulu, pada periode tahun yang sama mengalami pertumbuhan di bawah 4 persen 2,98 persen. Rendahnya nilai pertumbuhan yang dicapai menggambarkan lambatnya kinerja perekonomian di provinsi Bengkulu. Rendahnya kinerja perekonomian Provinsi Bengkulu bila dibandingkan dengan provinsi lain di KBI ini diikuti dengan tingginya persentase jumlah kabupaten tertinggal di atas 50 persen. Ini merupakan kondisi yang mengkhawatirkan sehingga perlu kiranya penanganan yang cukup serius dari institusi terkait, untuk mendorong meningkatnya ‐3,88 5,45 5,86 7,33 5,77 5,53 2,98 1,41 4,37 3,31 4,52 4,70 4,19 5,16 4,30 5,10 ‐6,00 ‐4,00 ‐2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 60 aktifitas ekonomi di provinsi ini yang pada gilirannya dapat membantu dalam mengentaskan kabupaten tertinggal di wilayah Bengkulu. Dari seluruh provinsi di KBI, tercatat bahwa hanya Provinsi Nangroe Aceh Darussalam NAD yang memiliki pertumbuhan negatif -3,38 persen. Pada tahun 2006 Provinsi Nangroe Aceh Darussalam tercatat memiliki rata-rata PDRB atas dasar harga konstan sebesar Rp. 1.550,31 miliar dan mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 1.376,63 miliar Lampiran 4. Pertumbuhan ekonomi yang negatif dipicu oleh besarnya penurunan nilai produksi migas sejak tahun 2004 hingga sekarang, meskipun sektor bangunan mengalami peningkatan seiring dengan adanya pembangunan infrastruktur dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana tsunami BI, 2007. Sumber: BPS 2010, diolah Gambar 4.5. Perbandingan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Tertinggal KTI, menurut Provinsi Tahun 2006-2009 Capaian rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten tertinggal KTI, nyatanya lebih tinggi dari capaian rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten tertinggal KBI. Tidak sedikit kabupaten tertinggal yang mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi 2,85 2,86 5,05 5,36 2,72 6,03 5,51 3,88 3,72 6,53 7,19 7,18 2,75 5,81 6,63 7,03 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 61 di atas 5 persen pada kurun waktu 2006-2009. Rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten tertinggal tertinggi dicatat oleh Provinsi Gorontalo dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,19 persen. Upaya pemerintah daerah menggalakkan produksi jagung di wilayah ini diduga menjadi stimulus positif dalam upaya menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah ini. Rata-rata pertumbuhan ekonomi terendah dicatat oleh kabupaten tertinggal di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Pada kurun waktu 2006-2009, tercatat provinsi ini mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 2,72 persen.

4.2.2. Dinamika Ketimpangan

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai kabupaten tertinggal diharapkan diikuti oleh penurunan ketimpangan pendapatan, sehingga dengan adanya penurunan ketimpangan pendapatan maka penurunan tingkat kemiskinan di kabupaten tertinggal dapat dicapai. Ketimpangan pendapatan menurut Oshima 1970 dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan angka indeks gini yaitu: 1. ketidakmerataan rendah apabila angka indeks gini lebih kecil dari 0,3. 2. ketidakmerataan sedang apabila angka indeks gini terletak antara 0,3 - 0,4. 3. ketidakmerataan tinggi apabila angka indeks gini lebih besar dari 0,4. Berdasarkan kiteria tersebut, ketimpangan distribusi pendapatan kabupaten tertinggal menurut provinsi yang diukur dengan angka indeks gini masih tergolong rendah sampai sedang. Angka indeks gini juga mengalami tren peningkatan tiap tahunnya, hal ini dapat diartikan bahwa terjadi kenaikan ketimpangan distribusi pendapatan pada kabupaten-kabupaten tertinggal di wilayah Indonesia.