Dinamika Kemiskinan Dinamika Kabupaten Tertinggal 1. Dinamika Pertumbuhan

68 persentase kemiskinan yang tinggi. Kuadran 3 menunjukkan kondisi terburuk dimana kabupaten tertinggal memiliki karakteristik pertumbuhan ekonomi yang rendah di bawah rata-rata dengan persentase kemiskinan yang tinggi, sedangkan kuadran 4 menunjukkan kondisi dimana kabupaten tertinggal memiliki karakteristik pertumbuhan ekonomi yang rendah namun dengan persentase kemiskinan yang rendah pula. Hasil analisis kuadran menunjukkan bahwa kabupaten tertinggal di KBI tersebar secara merata di setiap kuadran, sedangkan kabupaten tertinggal di KTI mengumpul di sekitar garis rata-rata dengan konsentrasi terbanyak di kuadran1 dan 4 Lampiran 7. Kondisi kabupaten tertinggal di KBI memiliki karakteristik yang cukup baik, terlihat banyak kabupaten tertinggal yang pada tahun 2006 maupun 2009 berada pada kuadran 1 kuadran terbaik atau setidaknya berada pada kuadran 4 pertumbuhan rendah, kemiskinan rendah. Beberapa kabupaten tercatat berada pada kuadran terburuk kuadran 3 yaitu kabupaten tertinggal di provinsi NAD, yaitu; Simelue, Aceh Singkil, Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah dan kabupaten tertinggal di wilayah Bengkulu yaitu, Bengkulu Selatan, Kaur serta Seluma. Dari seluruh kabupaten yang disebutkan di atas hanya kabupaten Aceh Barat Daya yang memiliki catatan perbaikan, sedangkan yang lain tetap. Kabupaten Aceh Barat Daya tersebut posisinya berubah dari kuadran 3 ke kuadran 2, artinya mengalami perbaikan karakteristik pertumbuhan ekonomi namun tidak dalam karakteristik kemiskinan. Kabupaten tertinggal lainnya yang tercatat mengalami perbaikan kondisi antara lain adalah Kabupaten Nias, Tapanuli Tengah, Lahat, Musi Rawas dan Lampung Timur, dimana posisinya berubah dari kuadran 2 menuju kuadran 1. Kondisi ini dapat diartikan sebagai perbaikan dalam hal penurunan persentase kemiskinan di kabupaten-kabupaten tersebut. Perbaikan dalam penurunan persentase kemiskinan dialami oleh Kabupaten Lingga, yang posisinya berubah dari kuadran 3 ke kuadran 4, sedangkan perbaikan kondisi yang sangat signifikan dialami oleh Kabupaten Banjarnegara yang posisinya berubah dari kuadran 4 pertumbuhan rendah, kemiskinan rendah ke kuadran 1 pertumbuhan tinggi, kemiskinan rendah. 69 Kondisi yang cukup ekstrem dialami oleh kabupaten Rembang, Kulon Progo dan Gunung Kidul, yang posisinya berubah dari kuadran 4 ke kuadran 2, kondisi ini dapat diartikan bahwa terjadi perbaikan dalam capaian pertumbuhan ekonomi, namun diiringi dengan peningkatan persentase penduduk miskin di wilayah ini. Kondisi yang dicapai oleh ketiga kabupaten ini perlu dicermati, agar kedepannya pertumbuhan ekonomi yang dicapai dapat diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari adanya penurunan persentase kemiskinan. Kabupaten Bengkulu Utara merupakan satu-satunya kabupaten di KBI yang mengalami kemunduran. Hal ini tercermin dari berubahnya posisi Kabupaten Bengkulu Utara dari kuadran 1 ke kuadran 4, yang dapat diartikan bahwa terjadi penurunan dalam hal capaian pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini. Kebijakan pemerintah yang dapat mendorong meningkatnya aktifitas ekonomi kiranya diperlukan untuk memperbaiki capaian pertumbuhan Kabupaten Bengkulu Utara di masa datang. Berbeda halnya dengan kondisi yang terjadi di wilayah KBI, analisis kuadran menunjukkan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan kabupaten tertinggal KTI tidak lebih baik pencapaiannya. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya kabupaten tertinggal yang berada di kuadran 3. Tercatat hanya kabupaten tertinggal di wilayah Kalimantan dan Sulawesi yang menyebar di kuadran 1 dan 4. Hasil perbandingan analisis kuadran dari kabupaten tertinggal KBI dan KTI, terlihat bahwa pola penyebaran karakteristik kabupaten tertinggal jauh berbeda. Kabupaten tertinggal di KBI cenderung menyebar merata di tiap kuadran, sedangkan di KTI kabupaten tertinggal terlihat lebih terkonsentrasi di sekitar kuadran 3 dan 4. Kabupaten tertinggal yang berpindah antar kuadran di KTI ternyata tidak sebanyak yang terjadi di KBI. Kabupaten tertinggal di KTI rata-rata memiliki karakteristik yang seragam, dimana terdapat kecenderungan untuk tetap berada pada kuadran yang sama baik di tahun 2006 maupun di tahun 2009. Tercatat hanya sekitar 14 kabupaten dari 123 kabupaten tertinggal di KTI yang mengalami perpindahan kuadran, sisanya tetap. Ke-14 kabupaten tersebut diantaranya adalah Kabupaten Lombok Tengah, Bima, Sanggau, Kolaka, Polewali Mandar dan Merauke yang 70 mengalami perbaikan karakteristik kemiskinan dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata, atau berpindah dari kuadran 2 ke kuadran 1. Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Boalemo, Gorontalo, Pohuwatu, Bone Bolango dan Jayapura mengalami perpindahan dari kuadran 3 ke kuadran 4, atau mengalami perbaikan indikator kemiskinan dengan pertumbuhan di bawah rata-rata. Kabupaten Muna tercatat mengalami perbaikan yang cukup baik dalam karakteristik pertumbuhan dan kemiskinan, hal ini terbukti dengan berpindahnya kabupaten ini dari kuadran 4 di tahun 2006 menjadi kuadran 1 di tahun 2009. Kabupaten Tana Toraja mengalami kemunduran kondisi dimana perpindahan kuadran yang terjadi adalah dari kuadran 1 ke kuadran 4, yang artinya terjadi kemunduran geliat ekonomi di kabupaten ini, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi di bawah rata-rata kabupaten tertinggal. Satu hal yang cukup menarik untuk dicermati, bahwa terdapat variasi yang seragam apabila karakteristik kabupaten tertinggal ini dilihat per masing-masing pulau. Kabupaten tertinggal yang terletak di pulau Kalimantan dan Sulawesi memiliki kecenderungan untuk berada di kuadran 1 dan 4, sedangkan kabupaten tertinggal di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua memiliki kecenderungan berada di kuadran 3.

4.3. Bantuan Stimulus Infrastruktur

Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2006, menjadi dasar hukum pelaksanaan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Daerah Tertinggal P2IPDT yang dilaksanakan oleh Kementrian PDT. Peningkatan infrastruktur ini diharapkan dapat menjadi pendorong dalam pengentasan daerah tertinggal. Selain untuk mengentaskan daerah tertinggal, program P2IPDT ini juga sebagai solusi mengatasi ketimpangan infrastruktur. Program P2IPDT ini merupakan salah satu bentuk kegiatan pokok dari pemerintah kepada daerah tertinggal di bidang pembangunan infrastruktur pedesaan dan menjadi stimulan kegiatan pendukung atau pendorong pembangunan infrastruktur daerah melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi, informasi dan telekomunikasi, sosial, ekonomi dan energi dalam bentuk bantuan sosial dengan 71 pendekatan pemberdayaan masyarakat. Bantuan stimulan bersifat komplementer dan integral terhadap sektor terkait dan program daerah yang bersangkutan. Sumber: Kementrian PDT 2009, diolah Gambar 4.11. Perbandingan Pertumbuhan Bantuan Stimulus Infrastruktur P2IPDT, menurut Provinsi Tahun 2006-2009 Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian PDT, dalam kurun waktu tahun 2006-2009, bantuan stimulus infrastruktur yang diberikan berfluktuatif. Besaran pemberian bantuan dan jenis bantuan stimulus infrastruktur ini didasarkan pada kebutuhan masing-masing daerah tertinggal. Dari sebanyak 199 kabupaten tertinggal, terdapat sebanyak 82 kabupaten tertinggal yang secara kontinu sejak tahun 2007 hingga 2009 mendapatkan bantuan stimulus infrastruktur tiap tahunnya. Rata- rata pertumbuhan bantuan stimulus infrastruktur tertinggi selama periode waktu tersebut adalah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dengan capaian sebesar lebih dari 1.417,29 persen Lampiran 8. Capaian angka pertumbuhan bantuan P2IPDT yang cukup besar di NAD disebabkan oleh fakta bahwa pada tahun 2006 pemulihan kondisi NAD pasca bencana alam tsunami, bantuan infrastruktur di provinsi ini banyak terserap dan dikoordinir oleh Badan Rekontruksi Aceh dan Nias. Kementrian ‐200 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Nangr o e Ac eh Darussalam Sumatera Ut ara Sumatera Barat Riau Jam b i Sumat e ra Selatan Ben g ku lu Lam p ung Bangk a B e litu n g Kepu lau a n Riau Jaw a Bar a t Jaw a Tengah D.I. Yo gy akar ta Jawa Timur Bant en Bal i Nu sa Tenggar a Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalim an tan Selatan Kalima n tan Timur Su la we si Utara Sulawesi Tengah Sulawes i Selatan Sulawesi Tenggara Gor ontalo Su la w e si Bar a t Ma lu ku Ma lu ku Ut ara Papua Bar a t Papua 72 PDT kembali melaksanakan fungsinya dalam percepatan pembangunan infrastruktur di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sejak tahun 2009. Terdapat 5 provinsi yang tercatat mengalami penurunan rata-rata bantuan stimulus infrastruktur. Kelima provinsi tersebut antara lain; Kepulauan Riau, Bali, NTB, Papua barat dan Papua. Penurunan ini tercermin dari nilai laju pertumbuhan bantuan stimulus infrastruktur periode 2007-2009 yang bernilai negatif. Penurunan nilai bantuan infrastruktur provinsi Kepulauan Riau dan Bali ini diduga terkait dengan semakin membaiknya kinerja perekonomian daerah di dua provinsi tersebut. Data BPS menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 4,57 persen untuk Provinsi Kepulauan Riau dan 5,94 persen untuk Provinsi Bali. Sumber: Kementrian PDT 2009, diolah Gambar 4.12. Perbandingan Rata-rata Bantuan Stimulus Infrastruktur P2IPDT di KBI, menurut Provinsi Tahun 2006-2009 Apabila dibandingkan per provinsi KBI, rata-rata bantuan stimulus infrastruktur terbesar tercatat di kabupaten tertinggal Provinsi Riau. Tercatat pada 1000 2000 3000 4000 5000 6000 2007 2008 2009 73 tahun 2009, rata-rata bantuan stimulus infrastruktur kabupaten tertinggal adalah sebesar Rp. 5.261,66 juta Lampiran 7. Besarnya dana bantuan stimulus infrastruktur ini ternyata memiliki arti positif dalam menggerakkan perekonomian kabupaten tertinggal. Hal ini terbukti dengan tingginya capaian pertumbuhan ekonomi kabupaten tertinggal di Provinsi Kepulauan Riau, yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Besaran bantuan stimulus infrastruktur ini juga diduga memiliki andil dalam mengentaskan kabupaten tertinggal di Provinsi Kepulauan Riau, sehingga tercatat pada tahun 2010, Povinsi Riau tidak lagi memiliki kabupaten yang tergolong tertinggal. Sumber: Kementrian PDT 2009, diolah Gambar 4.13. Perbandingan Rata-rata Bantuan Stimulus Infrastruktur P2IPDT di KTI, menurut Provinsi Tahun 2006-2009 Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi di kabupaten tertinggal KTI. Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebagai Provinsi dengan rata-rata bantuan stimulus infrastruktur terbesar untuk kabupaten tertinggal, yakni sebesar Rp. 2.507,49 juta Lampiran 7. Namun tidak seperti Kepulauan Riau, capaian indikator ekonomi dan 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 2007 2008 2009 74 sosial kabupaten tertinggal di Provinsi ini tidak cukup memuaskan. Provinsi Papua tercatat sebagai provinsi dengan rata-rata bantuan stimulus infrastruktur terendah Rp. 973,51 juta pada tahun 2009. Bantuan stimulus inftrastruktur yang diberikan ke daerah tertinggal dilaksanakan melalui berbagai bidang bantuan. Pada tahun 2009 program bantuan stimulus infrastruktur tersebut telah dilaksanakan pada berbagai bidang, yang antara lain: 1. P2IPDT Bidang Infrastruktur Transportasi Dalam upaya mengurangi keterisolasian bidang transportasi darat, laut maupun udara, Kementrian PDT telah mengimplementasikan instrumen P2IPDT. Bantuan untuk peningkatan infrastruktur transportasi ini diberikan pada kabupaten tertinggal berupa peningkatan jalan desa, pembangunan jalan desa dan perbaikan sarana dan prasarana jalan pedesaan kepada 101 desa, pembangunan dermaga, pengembangan dermaga dan rehabilitasi dermaga kepada 14 desa, pembelian kapal tempel dan kapal penumpang pada 8 desa. Nilai bantuan P2IPDT bidang transportasi terbesar yang diimplementasikan oleh Kementrian PDT adalah pada pembangunan jembatan di Kabupaten Kuantan Singgigi di Provinsi Riau. Pembangunan jembatan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pada periode 2008 tahap 1 dan periode tahun 2009 tahap 2. Total nilai pembangunan jembatan untuk kedua tahap tersebut mencapai Rp. 7,5 milyar. Bantuan P2IPDT bidang transportasi tahun 2009, selain itu diimplementasikan pada beberapa kabupaten tertinggal dengan membangun jalan desa Kabupaten Tapanuli Tengah, Rokan Hulu, Hulu Sungai Utara, Buol serta beberapa kabupaten tertinggal lainnya. Bantuan P2IPDT bidang transportasi diimplementasikan pula dengan membangun dermagapelabuhan rakyat pada beberapa kabupaten tertinggal Kabupaten Kolaka dan Morowali. Pemberian bantuan melalui pengadaan sarana transportasi juga dilakukan oleh Kementrian PDT, diantaranya di Kabupaten Indragiri Hilir, Pesisir Selatan, Pangkajene Kepulauan dan beberapa kabupaten tertinggal lainnya. Nilai bantuan P2IPDT bidang transportasi untuk pengadaan jalan desa, dermagapelabuhan rakyat dan