Bantuan Stimulus Infrastruktur KERAGAAN DAN DINAMIKA KABUPATEN TERTINGGAL SERTA UPAYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
74
sosial kabupaten tertinggal di Provinsi ini tidak cukup memuaskan. Provinsi Papua tercatat sebagai provinsi dengan rata-rata bantuan stimulus infrastruktur terendah Rp.
973,51 juta pada tahun 2009. Bantuan stimulus inftrastruktur yang diberikan ke daerah tertinggal
dilaksanakan melalui berbagai bidang bantuan. Pada tahun 2009 program bantuan stimulus infrastruktur tersebut telah dilaksanakan pada berbagai bidang, yang antara
lain: 1. P2IPDT Bidang Infrastruktur Transportasi
Dalam upaya mengurangi keterisolasian bidang transportasi darat, laut maupun udara, Kementrian PDT telah mengimplementasikan instrumen P2IPDT.
Bantuan untuk peningkatan infrastruktur transportasi ini diberikan pada kabupaten tertinggal berupa peningkatan jalan desa, pembangunan jalan desa dan
perbaikan sarana dan prasarana jalan pedesaan kepada 101 desa, pembangunan dermaga, pengembangan dermaga dan rehabilitasi dermaga kepada 14 desa,
pembelian kapal tempel dan kapal penumpang pada 8 desa. Nilai bantuan P2IPDT bidang transportasi terbesar yang diimplementasikan
oleh Kementrian PDT adalah pada pembangunan jembatan di Kabupaten Kuantan Singgigi di Provinsi Riau. Pembangunan jembatan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu
pada periode 2008 tahap 1 dan periode tahun 2009 tahap 2. Total nilai pembangunan jembatan untuk kedua tahap tersebut mencapai Rp. 7,5 milyar.
Bantuan P2IPDT bidang transportasi tahun 2009, selain itu diimplementasikan pada beberapa kabupaten tertinggal dengan membangun jalan desa Kabupaten
Tapanuli Tengah, Rokan Hulu, Hulu Sungai Utara, Buol serta beberapa kabupaten tertinggal lainnya. Bantuan P2IPDT bidang transportasi
diimplementasikan pula dengan membangun dermagapelabuhan rakyat pada beberapa kabupaten tertinggal Kabupaten Kolaka dan Morowali. Pemberian
bantuan melalui pengadaan sarana transportasi juga dilakukan oleh Kementrian PDT, diantaranya di Kabupaten Indragiri Hilir, Pesisir Selatan, Pangkajene
Kepulauan dan beberapa kabupaten tertinggal lainnya. Nilai bantuan P2IPDT bidang transportasi untuk pengadaan jalan desa, dermagapelabuhan rakyat dan
75 sarana transportasi pedesaan nilainya relatif amat kecil bila dibandingkan dengan
nilai bantuan P2IPDT untuk pembangunan jembatan di Kabupaten Kuantan Singgigi.
Satu hal yang menarik untuk dicermati adalah besarnya dana yang digulirkan untuk pembangunan jembatan di Kabupaten Kuantan Singgigi Provinsi Riau.
Dana yang terserap pada pembangunan jembatan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan dana yang terserap untuk pembangunan jalan desa,
dermagapelabuhan rakyat dan transportasi pedesaan. Padahal data menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah Provinsi Riau sangatlah besar, yaitu mencapai Rp.
1,27 triliun atau menempati posisi kedelapan provinsi dengan PAD terbesar. Kenyataan ini sangat kontradiktif, dimana seharusnya pemberian bantuan
stimulus infrastruktur diberikan pada kabupaten lain yang memiliki sumber daya yang relatif kurang.
2. P2IPDT Bidang Infrastruktur Informasi dan Telekomunikasi Sejak tahun 2007 Kementrian PDT telah memberikan bantuan infrastruktur
P2IPDT berupa peralatan internet dan peralatan komputer untuk sekolah, alat komunikasi handy talky dan Warung Informasi Masyarakat WIM kepada 24
kabupaten tertinggal. Kementrian PDT bekerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informasi, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian PDT
menandatangani kesepahaman bersama 3 menteri dalam menangani ppenyediaan infrastruktur telekomunikasi “Program Desa Berdering” berupa telepon dasar
minimal satu satuan sambungan telepon SST untuk satu desa pada tahun 2010. Bantuan P2IPDT bidang informasi dan telekomunikasi tahun 2009
pembangunan WIM diantaranya diimplementasikan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Dairi, Pesisir Selatan, Ogan Komering Ulu Selatan, Mamasa, Mamuju
Utara, Luwu Utara, Konawe, Gorontalo dan beberapa kabupaten tertinggal lainnya. Pembangunan WIM ini lebih banyak dilakukan di kabupaten tertinggal
kawasan timur Indonesia KTI. Satu hal yang menarik untuk menjadi perhatian adalah fakta bahwa kualitas sumber daya manusia di KTI masih relatif rendah.
Data Susenas BPS tahun 2009 menunjukkan bahwa hanya sebesar 31,50 persen
76
penduduk di KTI yang memiliki ijasah setingkat Sekolah Menengah Pertama SMP atau lebih. Kondisi ini menjadi suatu indikasi bahwa WIM dapat dinikmati
oleh masyarakat tertentu saja terutama masyarakat dengan tingkat pendidikan tertentu dan yang mengikuti perkembangan teknologi informasi.
3. P2IPDT Bidang Infrastruktur Energi Pemanfaatan sumber energi terbarukan telah menjadi tujuan pengembangan
energi nasional dalam rangka penyediaan listrik di pedesaan. Pemanfaatan sumber daya energi terbarukan di daerah terpencil adalah untuk menghemat cadangan
sumber bahan bakar fosil minyak bumi dan batubara dan untuk melestarikan lingkungan hidup. Sampai dengan tahun 2005 terdapat kurang lebih 19 juta KK di
seluruh Indonesia yang belum berlistrik, dari jumlah tersebut yang berada di daerah tertinggal dan tidak bisa dilayani PLN dalam kurun waktu 5-10 tahun
kedepan adalah sebesar 5 juta KK atau sebanyak 10 ribu desa. Jumlah KK yang sudah mendapat bantuan infrastruktur energi adalah
sebanyak 58.300 KK di 1.016 desa berupa PLTS tersebar, sebanyak kurang lebih 39.970 unit. PLTS terpusat sebanyak kurang lebih 4.380 unit, PLTMH sebanyak
kurang lebih 53 unit 13.200 KK. BCS sebanyak kurang lebih 3 unit 600 KK dan bantuan jaringan listrik untuk 5 desa 750 KK. Masih terdapat sekitar 4,9
juta KK atau sekitar 9000 desa di daerah tertinggal masih belum menikmati listrik.
4. P2IPDT Bidang Infrastruktur Ekonomi Sejak tahun 2006, Kementrian PDT melalui P2IPDT bidang infrastruktur
ekonomi telah memberikan bantuan sebanyak 18 jenis pada kabupaten tertinggal yang tersebar di 290 desa dan 514 kabupaten. Bantuan tersebut berupa
pembangunan los kios pasar, pamboat plus alat tangkap ikan, alat pengering ikan berkadar garam rendah, rehabilitasi irigasi, alat mesin pertanian handtractor dan
power thrasher , ice flake mesin pembuat es curah, cold storage, alat mesin
penyuling nilam, cold box, alat mesin perontok padi, sarana dan prasarana budidaya rumput laut serta alat mesin pengolah pakan ternak, pakan ikan.
77 Salah satu implementasi P2IPDT bidang infrastruktur ekonomi tahun 2009
adalah pengadaan hand tractor di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Pengadaan hand tractor di kabupaten ini sudah cukup sesuai, mengingat
Kabupaten Way Kanan masih mengandalkan sektor pertanian terutama subsektor tanaman bahan makanan dalam perekonomiannya. Sektor pertanian memberikan
kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB kabupaten ini BPS, 2004. Implementasi P2IPDT bidang infrastruktur ekonomi tahun 2009 lainnya adalah
pengadaan Cool Box, Pamboat, Ketinting 5,5 PK dan rumpon laut dalam di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Alat-alat tersebut merupakan alat penunjang
subsektor perikanan di kabupaten ini. Pengadaan alat tersebut cukup sesuai dengan karakteristik Kabupaten Kepulauan Sangihe. Data BPS 2004 mencatat
bahwa Kabupaten Kepulauan Sangihe masih mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomiannya terutama pada subsektor perikanan subsektor kedua
setelah tanaman perkebunan dengan kontribusi PDRB terbesar. Implementasi P2IPDT bidang infrastruktur ekonomi tahun 2009 pada
beberapa kabupaten tertinggal lainnya masih dilaksanakan dengan melakukan pengadaan alat mesin pertanian. Seperti halnya pada Kabupaten Way Kanan dan
Kepulauan Sangihe, beberapa kabupaten tertinggal penerima bantuan P2IPDT bidang infrastruktur ekonomi, perekonomianny
a masih bertopang pada sektor
pertanian agricultural base. 5. P2IPDT Bidang Infrastruktur Sosial
Kementrian PDT dalam menangani dan meningkatkan infrastruktur sosial diorientasikan pada:
a. Bidang kesehatan, difokuskan pada sarana dan prasarana kesehatan yang bersifat mobile baik darat maupun laut agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal di daerah terpencil, pesisir dan pulau-pulau kecil terutama di daerah perbatasan. Selain itu pembangunan puskesmas pembantu
Pustu diarahkan pada daerah-daerah yang belum memiliki Pustu.
78
b. Bidang permukiman, difokuskan pada penyediaan air bersih bagi desa yang rawan air bersih khususnya di daerah rentan kekeringan, daerah pulau-pulau
kecil serta daerah yang rawan bencana alam c. Bidang pendidikan, diarahkan pada rehabilitasi dan pembangunan sekolah
dasar yang rusak berat di desa-desa tertinggal. Selain itu, Kementrian PDT juga memberikan bantuan sosial berupa penyediaan
air bersih untuk rumahtangga. Jumlah KK yang sudah mendapat bantuan sosial air bersih dari Kementrian PDT melalui infrastruktur sosial ini sebanyak 9050 KK
2006-2009. Prioritas bantuan P2IPDT Bidang Infrastruktur Sosial tahun 2009 masih pada pengadaan sarana air bersih. Kedepannya infrastruktur pendidikan
kiranya perlu menjadi prioritas mengingat berdasarkan teori pertumbuhan endogen peningkatan kualitas sumber daya manusia knowledge merupakan
salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.1. Cakupan Kabupaten Penerima P2IPDT dan Proporsi Nilai Bantuan P2IPDT per Jenis Bantuan di Kabupaten Tertinggal, Tahun 2007-
2009
Jenis Bantuan Tahun
2007 2008 2009 Cakupan
Proporsi Cakupan
Proporsi Cakupan
Proporsi
Transportasi 15
5.10 27 4.23 23
6.30 Informasi dan Telekomunikasi
10 2.34
2 0.24 12
1.44 Energi
80 73.61 176
86.45 174 88.18
Ekonomi 31
12.12 14 1.98 37
3.35 Sosial
23 6.83 124
7.10 2 0.73
Total 100,00
100,00 100,00
Sumber: Kementrian PDT 2009, diolah Tabel 4.1. menyajikan data cakupan kabupaten dan proporsi nilai bantuan
stimulus infrastruktur per jenis bantuan. Bantuan stimulus infrastruktur bidang energi
79 terlihat merupakan prioritas utama Kementrian PDT tiap tahunnya, terlihat dari
proporsi bantuan infrastruktur energi terhadap total yang besarannya hingga mencapai lebih dari 70 persen tiap tahunnya dan cakupan kabupaten penerima
bantuan terbanyak. Proporsi nilai bantuan infrastruktur energi pada tahun 2009 mencapai 88,18 persen dari total dana yang diberikan ke kabupaten tertinggal.
Infrastruktur transportasi pada tahun 2009 tercatat merupakan infrastruktur prioritas kedua, dengan besaran proporsi nilai bantuan yang masih relatif kecil, yaitu sebesar
6,30 persen. Beberapa penelitian terdahulu diantaranya Canning dan Pedroni 1999 serta Seetanah, et al 2010 menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi merupakan
infrastruktur yang menyumbang kontribusi terbesar pada pertumbuhan, untuk itu kiranya perlu dipertimbangkan untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur
transportasi sebagai infrastruktur prioritas utama pada pembangunan kabupaten tertinggal.