Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mengenai bangun datar persegi panjang untuk mengidentifikasi bangun ruang yang mereka miliki. Ini berguna untuk mereka dalam menemukan sebuah konsep
luas permukaan bangun ruang balok.
Gambar 4.5 Hasil
Recite Pada Lembar Kerja Siswa 2
Setelah mengidentifikasi, pada reflect siswa diminta menggunakan pengetahuan yang telah didapat untuk diaplikasikan dalam menemukan rumus
mencari luas permukaan balok. Setelah itu mereka terapkan pada situasi 2 saat
awal tadi, sehingga mereka menemukan jawaban pada situasi 2.
Gambar 4.6 Hasil
Reflect Pada Lembar Kerja Siswa 2
Gambar 4.7 Hasil
Reflect Lanjutan Pada Lembar Kerja Siswa 2
Sebelum masuk pada membuat Summary recapitulation , bersama-sama
siswa mereview apa yang telah dipelajari. Pada setiap pertemuan di Lembar Kerja
Siswa diberikan soal sebanyak 2 soal sebagai review siswa terhadap pemahaman yang
telah mereka peroleh. Mengerjakan soal dengan berdiskusi dengan pasangan duduk masing-masing yang kemudian mereka presentasikan di depan kelas.
Setelah review didapatkan, setiap anak membuat summary pada lembar Cornell Note dengan bahasa masing-masing. Ini sekaligus mengecek pemahaman individu
terhadap materi.
Gambar 4.8 Hasil
Recapitulation Pada Kolom Summary Lembar Cornell Note Siswa
Berikut contoh hasil Cornell Note yang dibuat siswa mengenai sub materi Jaring-Jaring dan Luas Permukaan Balok dalam Lembar Kerja Siswa 2.
Gambar 4.9
Salah Satu Contoh Cornell Note Siswa Kelas Eksperimen
Berkaitan dengan proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang telah dijelaskan, peneliti telah mendokumentasikan beberapa gambar selama proses
pembelajaran dengan metode Cornell Note-Taking berlangsung. Berikut merupakan aktivitas siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan metode
Cornell Note-Taking:
Gambar 4.10 Aktivitas siswa saat mengerjakan LKS, bediskusi dan membuat
Cornell Note
Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Saat Presentasi
Pada Gambar 4.9 terlihat siswa melakukan diskusi saat berdiskusi mengerjakan LKS dan membuat Cornell Notes. Proses pembelajaran
menggunakan metode Cornell Note-Taking ini membuat siswa menjadi aktif
selama proses pembelajaran karena memungkinkan terjadinya proses interaksi antar siswa secara berpasangan dalam menggali pengetahuan yang mereka miliki
untuk dikaitkan dengan materi yang telah mereka pelajari dan dituangkan dalam Cornell Notes secara individu. Peran guru ialah sebagai fasilitator yang
membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah selesai memahami materi yang dituntun menggunakan LKS dan membuat
Cornell Notes selanjutnya siswa berdiskusi menyelesaikan masalah yang diberikan kemudian diminta mempresentasikannya. Terlihat pada Gambar 4.10
perwakilan kelompok memberikan penjelasan mengenai hasil diskusi mereka. Siswa lain diarahkan oleh guru untuk menanggapi secara aktif dengan
memberikan pertanyaan, masukan ataupun jawaban lain sesuai dengan hasil diskusi kelompok masing-masing.
Keadaan lain terjadi pada pembelajaran kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional, proses pembelajaran yang berlangsung tidak mengaktifkan siswa.
Guru memberikan penjelasan mengenai materi yang ingin dipelajari, memberikan contoh-contoh soal, melakukan tanya jawab kemudian memberikan latihan soal
dan membahas penyelesaian latihan soal bersama-sama dengan siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu mendengarkan penjelasan guru, mencatat,
menanggapi pertanyaan guru dan sekali-kali bertanya. Siswa yang aktif pada kelas kontrol hanyalah siswa-siswa yang pintar dan yang memang tertarik dengan
matematika, sedangkan sebagian besar siswa yang lainnya kurang tertarik untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran yang dipelajari maupun berkomentar jika
mereka mengalami kesulitan. Lebih lanjut dalam pembelajaran di kelas kontrol, siswa tetap diberikan
Lembar Kerja Siswa dengan tujuan agar perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda. Lembar Kerja Siswa yang diberikan
pada kelas kontrol berisi soal yang tidak jauh berbeda pada soal yang ada pada LKS kelas eksperimen. Berikut adalah suasana pembelajaran di kelas kontrol
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Gambar 4.12 Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Kelas Kontrol
Pada akhir proses pembelajaran, dalam hal ini di akhir pokok bahasan “Bangun Ruang Sisi Datar”, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan posttest
dengan instrumen soal yang sama untuk mengetahui kemampuan berpikir reflektif matematisnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini
kemampuan berpikir reflektif matematis yang diteliti terdiri dari tiga indikator. Perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis dalam penelitian ini tercermin
dari hasil jawaban posttest yang berbeda antara siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol. Tes kemampuan berpikir reflektif matematis diberikan
waktu 80 menit. Untuk lebih jelasnya perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol pada setiap indikator
dideskripsikan berdasarkan jawaban posttest siswa berikut:
1 Indikator Reacting Berpikir refklektif untuk aksi
Kemampuan berpikir reflektif matematis untuk indikator yang pertama ini, terdapat pada butir soal nomor 1 dan 3. Sebagai gambaran umum, berikut
disajikan jawaban salah satu siswa dari kelas eksperimen dan kontrol dalam menjawab butir soal nomor 1 dan 3.
Soal nomor 1
Jika disediakan batang korek api sebanyak 20 batang, gambarlah sebuah bangun ruang sisi datar yang dibentuk
dari batang korek api yang disediakan dengan ketentuan satu batang korek api menunjukkan rusuk bangun ruang tersebut Kemudian jelaskan bangun ruang
yang kamu bentuk Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Reacting untuk Soal Nomor 1
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Reacting
untuk Soal Nomor 1
Pada soal nomor 1, kedua kelas dapat membuat sebuah bangun ruang hanya saja kelas eksperimen dapat menjawab lebih baik dibandingkan dengan siswa
kelas kontrol. Jawaban pada kelas eksperimen sesuai dengan ketentuan yang diberikan pada soal. Sebagian besar siswa dapat membuat bentuk bangun ruang
yang unik yang memiliki 20 batang korek api yang masing-masing korek api sebagai rusuknya. Sementara siswa kelas kontrol kurang mampu dalam
menemukan bentuk bangun ruang yang unik dengan 20 batang korek api sebagai rusuknya karena mereka cenderung hanya memikirkan bentuk bangun ruang yang
biasa pada umumnya. Pada butir soal nomor 1 tersebut, siswa diminta membuat sebuah bangun
ruang yang unik dengan diberikan 20 batang korek api dengan ketentuan satu batang korek api menunjukkan rusuk bangun ruang tersebut. Sebagian besar siswa
pada kelas eksperimen menjawab soal nomor 1 dengan menuliskan terlebih dahulu ketentuan atau syarat yang diberikan bahwa satu batang korek api
menunjukkan rusuk bangun ruangnya sebelum mereka mulai menggambar. Sebagian siswa juga menuliskan bila satu batang korek api mewakili satu rusuk,
maka bangun ruang yang mereka akan gambar memiliki 20 rusuk. Bentuk bangun ruang yang digambarkan pada jawaban kelas eksperimen lebih bervariasi dan
hampir sebagian besar dapat menemukan bentuk bangun ruangnya. Bentuk bangun ruang yang mereka gambar merupakan penggabungan dari dua atau tiga
bangun ruang sisi datar pada umumnya, seperti kubus, balok, prisma segitiga, limas segiempat, limas segilima, prisma segilima. Ada pula 3 orang siswa yang
menggambar satu bangun ruang yaitu limas segi-10. Bangun ruang yang telah mereka temukan kemudian dijelaskan berdasarkan sifat-sifat bangun datar dengan
lengkap. Berikut disajikan beberapa bangun ruang yang digambarkan oleh siswa kelas
ekperimen.
Gambar 4.15 Contoh Jawaban Bangun Ruang Lain Kelas Eksperimen
Siswa pada kelas kontrol menjawab dengan langsung menggambarkan bentuk bangun ruang sisi datar biasa tanpa melihat keterangan yang diberikan. Bangun
ruang sisi datar yang telah digambarkan juga tidak diberikan penjelasan. Rata-rata siswa pada kelas kontrol menggambar bangun ruang prisma segi-6, balok, bahkan
ada yang tidak menjawab. Siswa pada kelas kontrol yang dapat membuat bangun ruang dengan 20 batang korek api tidak sebanyak siswa pada kelas eksperimen.
Walaupun demikian, ada dua orang siswa yang menjawab limas segi-10 tapi tidak menggambarkannya hanya menuliskan nama bangun ruang sisi datar yang mereka
maksud. dengan langkah penyelesaian yang tidak jelas.
Berikut disajikan beberapa bangun ruang yang digambarkan oleh siswa kelas kontrol.
Gambar 4.16 Contoh Jawaban Bangun Ruang Lain Kelas Kontrol
Soal nomor 3
Suatu limas segi empat beraturan memiliki volume 960 cm
3
dan tinggi limasnya 20 cm. Gambarkan sketsa situasi ini Langkah apa yang harus terlebih
dahulu dikerjakan jika ingin mengetahui panjang sisi alasnya? Berapakah panjang sisi alasnya?
Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.17 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Reacting untuk Soal Nomor 3
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.18 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Reacting untuk Soal Nomor 3
Pada soal posttest nomor 3, siswa ditugaskan untuk menggambarkan sketsa pada situasi disoal nomor 3 kemudian menentukan panjang sisi alas berdasarkan
volume dan tinggi limas yang telah diketahui. Dari gambar perbandingan di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam cara menjawab antara siswa pada kelas
eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen mengerjakan secara urut dengan menggambarkan sketsa soal nomor 3,
menentukan apa yang harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan panjang sisi alas kemudian menghitung panjang sisi alasnya. Sementara jawaban kelas kontrol,
sebagian siswa menjawab dengan menghitung langsung panjang sisi alas menggunakan cara substitusi ke dalam rumus volume. Bahkan ada beberapa siswa
yang langsung menuliskan panjang sisi alasnya tanpa memberikan penjelasan hasil perhitungan.
Dari jawaban siswa pada kedua soal, didapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada indikator reacting kelas kontrol lebih
rendah daripada kelas eksperimen. Ini terlihat dari jawaban siswa pada kelas eksperimen, siswa sudah dapat berpikir reflektif untuk aksi dengan menguraikan
dan menginformasikan situasi yang ada. Hal ini disebabkan dari pembiasaan pembuatan Cornel Note pada kelas eksperimen terutama pada tahap record,
reduce dan recite.
2 Indikator Comparing
Kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diukur berdasarkan indikator kedua ini terdapat pada butir soal nomor 2 dan 6. Berikut adalah soal
dan contoh jawaban dari siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Soal nomor 2
Suatu perusahaan minuman mengemas produknya yang berupa jus apel dalam kotak
berbentuk 6 cm x 4 cm x 15 cm. Agar menarik minat pembeli, perusahaan itu mengeluarkan
produk jus apel dengan harga sama, tetapi kemasannya berbeda. Kemasannya berbentuk
prisma segitiga siku-siku seperti gambar disamping.
a. Apakah volume jus apel dalam dua kemasan itu sama? Jika kamu membeli jus apel itu, kemasan manakah yang kamu pilih?
b. Mengapa jawaban kamu demikian? Berikan penjelasan disertai konsep yang digunakan
Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.19 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Comparing untuk Soal Nomor 2
4 cm 6
cm 15
cm
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.20 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Comparing untuk Soal Nomor 2
Pada soal posttest pada butir soal nomor 2 tersebut, siswa diminta membandingkan dan memberi alasan situasi mana yang mereka pilih. Pada soal
nomor 2 siswa diberikan situasi yaitu perusahaan minuman yang mengemas minumannya ke dalam kemasan yang bentuknya berbeda tetapi ukurannya sama.
Untuk menjawab soal ini sebagian besar siswa kelas eksperimen terlebih dahulu menghitung masing-masing volume kedua kemasan tersebut kemudian
membandingkannya. Siswa kelas eksperimen rata-rata menjawab berdasarkan volume kedua kemasan tersebut. Kemasan yang berbentuk prisma segiempat lebih
banyak volumenya, sehingga dari segi ekonomis lebih menguntungkan membeli kemasan yang lebih banyak volumenya dengan harga yang sama. Siswa pada
kelas kontrol sebagian besar langsung menjawab volume kedua kemasan tersebut sama tanpa menghitungnya, kemudian sebagian besar memilih kemasan yang
berbentuk prisma dengan alasan lebih menarik atau kemasannya yang efisien. Hanya ada beberapa siswa kelas kontrol yang menjawab berdasarkan perhitungan
volume.
Soal nomor 6
Sebuah kotak berukuran 15,6 cm x 12,5 cm x 20 cm. Ada sejumlah kubus kecil dengan panjang rusuknya 1 cm. Andaikan kotak diisi penuh dengan pasir,
volume pasir sama dengan jumlah volume seluruh kubus kecil. Benarkah pernyataan tersebut? Mengapa jawaban kamu demikian? Berikan penjelasan
disertai konsep yang digunakan Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 4.21 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Comparing untuk Soal Nomor 6
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.22 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Comparing untuk Soal Nomor 6
Soal posttest nomor 6 tersebut diberikan kotak dengan ukuran yang telah ditentukan, kemudian diberikan juga kubus kecil dengan ukuran panjang rusuknya
1 cm. Bila kotak tersebut diisi oleh pasir, terdapat pernyataan bahwa volume pasir sama dengan jumlah volume kubus kecil jika dimasukkan ke dalam kotak. Siswa
diminta memberikan argumennya apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Pada soal nomor 6 ini, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami
kesulitan dalam memahami soal yang diberikan. Sedikit dari kelas ekperimen yang menjawab sesuai dengan jawaban yang diminta. Siswa pada kelas kontrol
juga mengalami kesulitan, sehingga siswa pada kelas kontrol sebagian besar menyatakan bahwa volume pasir tidak sama dengan jumlah volume kubus kecil.
Kebanyakan siswa kelas kontrol hanya menghitung volume kotak besarnya saja. Dari jawaban siswa pada soal nomor 2 dan 6, didapatkan hasil bahwa
kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada indikator comparing kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen. Jawaban pada siswa kelas
eksperimen lebih baik daripada jawaban siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen dapat membandingkan situasi yang diberikan berdasarkan konsep
yang terkait, dapat memberikan alasan terhadap kenapa memilih tindakan tersebut, juga mengklarifikasi dengan menganalisis situasi yang diberikan pada
soal. Hal ini disebabkan pada pembuatan Cornell Note-Taking pada tahap recite, review dan recapitulation siswa dilatih membuat kesimpulan, membandingkan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk dipergunakan pada konsep yang baru.
3 Indikator Contemplating
Kemampuan berpikir reflektif matematis yang diukur berdasarkan indikator kedua ini terdapat pada butir soal nomor 4 dan 5. Berikut adalah soal dan contoh
jawaban dari siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Soal nomor 4
Keluarga Pak Reza ingin membangun sebuah rumah seperti pada gambar
disamping ini. Atap rumah tersebut berbentuk limas dengan alas
berbentuk persegi yang panjang sisinya 6 m dan panjang jurainya
garis miring batas genteng 5 m. Pak
Reza sudah mensurvei harga genteng pada dua toko. Di toko A terdapat genteng dengan ukuran ideal yaitu 30 cm x 20 cm seharga Rp 1.800genteng. Sementara di
toko B terdapat genteng dengan ukuran 30 cm x 25 cm seharga Rp 2.000genteng. a. Informasi apa yang terdapat dalam masalah diatas?
b. Menurut pendapatmu dimana Pak Reza harus membeli genteng? Berikan penjelasan
Di bawah ini adalah perbedaan cara menjawab siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol pada butir soal nomor 4.
Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.23 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Contemplating untuk Soal Nomor 4
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.24 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Contemplating untuk Soal Nomor 6
Soal posttest nomor 4 kedua butir soal di atas menugaskan siswa untuk memilih salah satu dari kedua genteng yang berbeda ukuran dan harganya pada
masing-masing toko. Dilihat dari jawaban kedua kelas, pada kelas eksperimen sebagian besar siswa menjawab dengan menghitung luas atap yang akan
dipasangin genteng. Mereka menggunakan konsep luas permukaan limas tapi tanpa alasnya, karena bagian yang dipasangi genteng hanya keempat sisi tegak
segitiganya. Pada kelas eksperimen, siswa memperoleh jumlah genteng yang diperlukan terlebih dahulu dengan membagi antara luas seluruh genteng tanpa alas
dengan luas genteng pada masing-masing toko. Setelah memperoleh banyaknya genteng yg diperlukan, jumlah anggaran dapat dilihat dari mengalikan harga
satuan genteng dengan jumlah genteng yang diperlukan. Luas seluruh permukaan atap tanpa alas di dapat 48 m
2
atau 480.000 cm
2
. Pada toko A terdapat genteng ideal dengan ukuran 30 cm x 20 cm, sehingga didapat luas genteng pada toko A
adalah 600 cm
2
. Jumlah genteng yang diperlukan jika Pak Reza membeli genteng pada toko A adalah 480.000 cm
2
600 cm
2
sama dengan 800 buah genteng. Pada toko B terdapat genteng dengan ukuran 30 cm x 25 cm, sehingga luas genteng
adalah 750 cm
2
. Banyak genteng yang dibutuhkan jika membeli pada toko B adalah 640 buah. Dilihat dari sisi anggaran, pada toko A dibutuhkan 800 buah
genteng dengan harga per gentengnya sebesar Rp 1.800 sehingga total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.440.000. Pada toko B, dibutuhkan 640 buah genteng
dengan harga per genteng sebesar Rp 2.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.280.000. Sebagian besar siswa kelas eksperimen menjawab
berdasarkan seluruh anggaran yang dikeluarkan Pak Reza jika membeli genteng pada Toko B akan jauh lebih hemat uang yang dikeluarkan daripada membeli
pada Toko A. Sementara berbeda dengan jawaban pada kelas kontrol, siswa melihat dari harga per gentengnya, dan melihat dari ukuran idealnya genteng.
Banyak juga siswa yang hanya memberikan jawaban tanpa alasan terkait dengan konsep yang mereka gunakan.
Soal nomor 5
Sebuah bak mandi salah satu bidang sisinya mempunyai ukuran 60 cm x 60 cm. Gambarlah rancangan ukuran bak mandi tersebut dengan bentuk yang
berbeda minimal 2 dan dapat menampung 250 liter air Berikan penjelasan disertai konsep yang terkait
Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.25 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Contemplating untuk Soal Nomor 5
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.26 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Contemplating untuk Soal Nomor 5
Pada soal posttest di atas menugaskan siswa merekontruksi rancangan sebuah bak mandi dengan syarat salah satu bidang sisinya berukuran 60 cm x 60 cm dan
bak mandi tersebut dapat menampung air hingga 250 liter. Pada kelas eksperimen, siswa menjawab dengan membuat contoh rancangan bentuk bak mandi dengan
salah satu bidangnya berbentuk segiempat yang mempunyai ukuran 60 cm x 60 cm. kemudian menentukan ukuran sisi lainnya sehingga dapat memperkirakan
volume bak mandi tersebut. Siswa pada kelas eksperimen juga memberikan alasan terhadap rancangan yang mereka buat. Hanya sedikit siswa pada kelas eksperimen
yang menggambarkan rancangan bak mandi dengan bentuk kubus. Berikut disajikan beberapa rancangan lain yang dibuat oleh siswa kelas
eksperimen.
Gambar 4.27 Jawaban Lain untuk Soal Nomor 5 Pada Kelas Eksperimen
Pada kelas kontrol siswa menjawab hanya dengan menggambarkan rancangan bentuk bak mandi, tanpa memberikan ukurannya atau menentukan voumenya
sebagai alasan. Sebagian besar siswa kelas kontrol merancang bentuk kubus pada umumnya yang mempunyai salah satu bidang berbentuk persegi.
Dari jawaban siswa pada soal nomor 4 dan 5, terlihat dari jawaban siswa pada kelas eksperimen bahwa siswa sudah dapat mempertentangkan, merekonstruksi
situasi-situasi yang diberikan pada soal. Hasil yang didapatkan bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada indikator contemplating kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Berdasarkan tes kemampuan berpikir reflektif matematis pada penelitian ini
secara keseluruhan diperoleh rata-rata hasil tes kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan berpikir reflektif matematis pada kelas kontrol. Selain itu perolehan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir reflektif matematis pada masing-masing
indikator pada kelas eksperimen juga menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Pencapaian tertinggi dari ketiga indikator kemampuan
berpikir reflektif matematis yang diukur dalam peneltian ini adalah terdapat pada indikator reacting dan terendah pada indikator contemplating.