Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

mengenai bangun datar persegi panjang untuk mengidentifikasi bangun ruang yang mereka miliki. Ini berguna untuk mereka dalam menemukan sebuah konsep luas permukaan bangun ruang balok. Gambar 4.5 Hasil Recite Pada Lembar Kerja Siswa 2 Setelah mengidentifikasi, pada reflect siswa diminta menggunakan pengetahuan yang telah didapat untuk diaplikasikan dalam menemukan rumus mencari luas permukaan balok. Setelah itu mereka terapkan pada situasi 2 saat awal tadi, sehingga mereka menemukan jawaban pada situasi 2. Gambar 4.6 Hasil Reflect Pada Lembar Kerja Siswa 2 Gambar 4.7 Hasil Reflect Lanjutan Pada Lembar Kerja Siswa 2 Sebelum masuk pada membuat Summary recapitulation , bersama-sama siswa mereview apa yang telah dipelajari. Pada setiap pertemuan di Lembar Kerja Siswa diberikan soal sebanyak 2 soal sebagai review siswa terhadap pemahaman yang telah mereka peroleh. Mengerjakan soal dengan berdiskusi dengan pasangan duduk masing-masing yang kemudian mereka presentasikan di depan kelas. Setelah review didapatkan, setiap anak membuat summary pada lembar Cornell Note dengan bahasa masing-masing. Ini sekaligus mengecek pemahaman individu terhadap materi. Gambar 4.8 Hasil Recapitulation Pada Kolom Summary Lembar Cornell Note Siswa Berikut contoh hasil Cornell Note yang dibuat siswa mengenai sub materi Jaring-Jaring dan Luas Permukaan Balok dalam Lembar Kerja Siswa 2. Gambar 4.9 Salah Satu Contoh Cornell Note Siswa Kelas Eksperimen Berkaitan dengan proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang telah dijelaskan, peneliti telah mendokumentasikan beberapa gambar selama proses pembelajaran dengan metode Cornell Note-Taking berlangsung. Berikut merupakan aktivitas siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan metode Cornell Note-Taking: Gambar 4.10 Aktivitas siswa saat mengerjakan LKS, bediskusi dan membuat Cornell Note Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Saat Presentasi Pada Gambar 4.9 terlihat siswa melakukan diskusi saat berdiskusi mengerjakan LKS dan membuat Cornell Notes. Proses pembelajaran menggunakan metode Cornell Note-Taking ini membuat siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran karena memungkinkan terjadinya proses interaksi antar siswa secara berpasangan dalam menggali pengetahuan yang mereka miliki untuk dikaitkan dengan materi yang telah mereka pelajari dan dituangkan dalam Cornell Notes secara individu. Peran guru ialah sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah selesai memahami materi yang dituntun menggunakan LKS dan membuat Cornell Notes selanjutnya siswa berdiskusi menyelesaikan masalah yang diberikan kemudian diminta mempresentasikannya. Terlihat pada Gambar 4.10 perwakilan kelompok memberikan penjelasan mengenai hasil diskusi mereka. Siswa lain diarahkan oleh guru untuk menanggapi secara aktif dengan memberikan pertanyaan, masukan ataupun jawaban lain sesuai dengan hasil diskusi kelompok masing-masing. Keadaan lain terjadi pada pembelajaran kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional, proses pembelajaran yang berlangsung tidak mengaktifkan siswa. Guru memberikan penjelasan mengenai materi yang ingin dipelajari, memberikan contoh-contoh soal, melakukan tanya jawab kemudian memberikan latihan soal dan membahas penyelesaian latihan soal bersama-sama dengan siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu mendengarkan penjelasan guru, mencatat, menanggapi pertanyaan guru dan sekali-kali bertanya. Siswa yang aktif pada kelas kontrol hanyalah siswa-siswa yang pintar dan yang memang tertarik dengan matematika, sedangkan sebagian besar siswa yang lainnya kurang tertarik untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran yang dipelajari maupun berkomentar jika mereka mengalami kesulitan. Lebih lanjut dalam pembelajaran di kelas kontrol, siswa tetap diberikan Lembar Kerja Siswa dengan tujuan agar perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda. Lembar Kerja Siswa yang diberikan pada kelas kontrol berisi soal yang tidak jauh berbeda pada soal yang ada pada LKS kelas eksperimen. Berikut adalah suasana pembelajaran di kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Gambar 4.12 Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Kelas Kontrol Pada akhir proses pembelajaran, dalam hal ini di akhir pokok bahasan “Bangun Ruang Sisi Datar”, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan posttest dengan instrumen soal yang sama untuk mengetahui kemampuan berpikir reflektif matematisnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan berpikir reflektif matematis yang diteliti terdiri dari tiga indikator. Perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis dalam penelitian ini tercermin dari hasil jawaban posttest yang berbeda antara siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol. Tes kemampuan berpikir reflektif matematis diberikan waktu 80 menit. Untuk lebih jelasnya perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol pada setiap indikator dideskripsikan berdasarkan jawaban posttest siswa berikut: 1 Indikator Reacting Berpikir refklektif untuk aksi Kemampuan berpikir reflektif matematis untuk indikator yang pertama ini, terdapat pada butir soal nomor 1 dan 3. Sebagai gambaran umum, berikut disajikan jawaban salah satu siswa dari kelas eksperimen dan kontrol dalam menjawab butir soal nomor 1 dan 3. Soal nomor 1 Jika disediakan batang korek api sebanyak 20 batang, gambarlah sebuah bangun ruang sisi datar yang dibentuk dari batang korek api yang disediakan dengan ketentuan satu batang korek api menunjukkan rusuk bangun ruang tersebut Kemudian jelaskan bangun ruang yang kamu bentuk Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Reacting untuk Soal Nomor 1 Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Reacting untuk Soal Nomor 1 Pada soal nomor 1, kedua kelas dapat membuat sebuah bangun ruang hanya saja kelas eksperimen dapat menjawab lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Jawaban pada kelas eksperimen sesuai dengan ketentuan yang diberikan pada soal. Sebagian besar siswa dapat membuat bentuk bangun ruang yang unik yang memiliki 20 batang korek api yang masing-masing korek api sebagai rusuknya. Sementara siswa kelas kontrol kurang mampu dalam menemukan bentuk bangun ruang yang unik dengan 20 batang korek api sebagai rusuknya karena mereka cenderung hanya memikirkan bentuk bangun ruang yang biasa pada umumnya. Pada butir soal nomor 1 tersebut, siswa diminta membuat sebuah bangun ruang yang unik dengan diberikan 20 batang korek api dengan ketentuan satu batang korek api menunjukkan rusuk bangun ruang tersebut. Sebagian besar siswa pada kelas eksperimen menjawab soal nomor 1 dengan menuliskan terlebih dahulu ketentuan atau syarat yang diberikan bahwa satu batang korek api menunjukkan rusuk bangun ruangnya sebelum mereka mulai menggambar. Sebagian siswa juga menuliskan bila satu batang korek api mewakili satu rusuk, maka bangun ruang yang mereka akan gambar memiliki 20 rusuk. Bentuk bangun ruang yang digambarkan pada jawaban kelas eksperimen lebih bervariasi dan hampir sebagian besar dapat menemukan bentuk bangun ruangnya. Bentuk bangun ruang yang mereka gambar merupakan penggabungan dari dua atau tiga bangun ruang sisi datar pada umumnya, seperti kubus, balok, prisma segitiga, limas segiempat, limas segilima, prisma segilima. Ada pula 3 orang siswa yang menggambar satu bangun ruang yaitu limas segi-10. Bangun ruang yang telah mereka temukan kemudian dijelaskan berdasarkan sifat-sifat bangun datar dengan lengkap. Berikut disajikan beberapa bangun ruang yang digambarkan oleh siswa kelas ekperimen. Gambar 4.15 Contoh Jawaban Bangun Ruang Lain Kelas Eksperimen Siswa pada kelas kontrol menjawab dengan langsung menggambarkan bentuk bangun ruang sisi datar biasa tanpa melihat keterangan yang diberikan. Bangun ruang sisi datar yang telah digambarkan juga tidak diberikan penjelasan. Rata-rata siswa pada kelas kontrol menggambar bangun ruang prisma segi-6, balok, bahkan ada yang tidak menjawab. Siswa pada kelas kontrol yang dapat membuat bangun ruang dengan 20 batang korek api tidak sebanyak siswa pada kelas eksperimen. Walaupun demikian, ada dua orang siswa yang menjawab limas segi-10 tapi tidak menggambarkannya hanya menuliskan nama bangun ruang sisi datar yang mereka maksud. dengan langkah penyelesaian yang tidak jelas. Berikut disajikan beberapa bangun ruang yang digambarkan oleh siswa kelas kontrol. Gambar 4.16 Contoh Jawaban Bangun Ruang Lain Kelas Kontrol Soal nomor 3 Suatu limas segi empat beraturan memiliki volume 960 cm 3 dan tinggi limasnya 20 cm. Gambarkan sketsa situasi ini Langkah apa yang harus terlebih dahulu dikerjakan jika ingin mengetahui panjang sisi alasnya? Berapakah panjang sisi alasnya? Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.17 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Reacting untuk Soal Nomor 3 Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.18 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Reacting untuk Soal Nomor 3 Pada soal posttest nomor 3, siswa ditugaskan untuk menggambarkan sketsa pada situasi disoal nomor 3 kemudian menentukan panjang sisi alas berdasarkan volume dan tinggi limas yang telah diketahui. Dari gambar perbandingan di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam cara menjawab antara siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen mengerjakan secara urut dengan menggambarkan sketsa soal nomor 3, menentukan apa yang harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan panjang sisi alas kemudian menghitung panjang sisi alasnya. Sementara jawaban kelas kontrol, sebagian siswa menjawab dengan menghitung langsung panjang sisi alas menggunakan cara substitusi ke dalam rumus volume. Bahkan ada beberapa siswa yang langsung menuliskan panjang sisi alasnya tanpa memberikan penjelasan hasil perhitungan. Dari jawaban siswa pada kedua soal, didapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada indikator reacting kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen. Ini terlihat dari jawaban siswa pada kelas eksperimen, siswa sudah dapat berpikir reflektif untuk aksi dengan menguraikan dan menginformasikan situasi yang ada. Hal ini disebabkan dari pembiasaan pembuatan Cornel Note pada kelas eksperimen terutama pada tahap record, reduce dan recite. 2 Indikator Comparing Kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diukur berdasarkan indikator kedua ini terdapat pada butir soal nomor 2 dan 6. Berikut adalah soal dan contoh jawaban dari siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal nomor 2 Suatu perusahaan minuman mengemas produknya yang berupa jus apel dalam kotak berbentuk 6 cm x 4 cm x 15 cm. Agar menarik minat pembeli, perusahaan itu mengeluarkan produk jus apel dengan harga sama, tetapi kemasannya berbeda. Kemasannya berbentuk prisma segitiga siku-siku seperti gambar disamping. a. Apakah volume jus apel dalam dua kemasan itu sama? Jika kamu membeli jus apel itu, kemasan manakah yang kamu pilih? b. Mengapa jawaban kamu demikian? Berikan penjelasan disertai konsep yang digunakan Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.19 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Comparing untuk Soal Nomor 2 4 cm 6 cm 15 cm Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.20 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Comparing untuk Soal Nomor 2 Pada soal posttest pada butir soal nomor 2 tersebut, siswa diminta membandingkan dan memberi alasan situasi mana yang mereka pilih. Pada soal nomor 2 siswa diberikan situasi yaitu perusahaan minuman yang mengemas minumannya ke dalam kemasan yang bentuknya berbeda tetapi ukurannya sama. Untuk menjawab soal ini sebagian besar siswa kelas eksperimen terlebih dahulu menghitung masing-masing volume kedua kemasan tersebut kemudian membandingkannya. Siswa kelas eksperimen rata-rata menjawab berdasarkan volume kedua kemasan tersebut. Kemasan yang berbentuk prisma segiempat lebih banyak volumenya, sehingga dari segi ekonomis lebih menguntungkan membeli kemasan yang lebih banyak volumenya dengan harga yang sama. Siswa pada kelas kontrol sebagian besar langsung menjawab volume kedua kemasan tersebut sama tanpa menghitungnya, kemudian sebagian besar memilih kemasan yang berbentuk prisma dengan alasan lebih menarik atau kemasannya yang efisien. Hanya ada beberapa siswa kelas kontrol yang menjawab berdasarkan perhitungan volume. Soal nomor 6 Sebuah kotak berukuran 15,6 cm x 12,5 cm x 20 cm. Ada sejumlah kubus kecil dengan panjang rusuknya 1 cm. Andaikan kotak diisi penuh dengan pasir, volume pasir sama dengan jumlah volume seluruh kubus kecil. Benarkah pernyataan tersebut? Mengapa jawaban kamu demikian? Berikan penjelasan disertai konsep yang digunakan Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.21 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Comparing untuk Soal Nomor 6 Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.22 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Comparing untuk Soal Nomor 6 Soal posttest nomor 6 tersebut diberikan kotak dengan ukuran yang telah ditentukan, kemudian diberikan juga kubus kecil dengan ukuran panjang rusuknya 1 cm. Bila kotak tersebut diisi oleh pasir, terdapat pernyataan bahwa volume pasir sama dengan jumlah volume kubus kecil jika dimasukkan ke dalam kotak. Siswa diminta memberikan argumennya apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Pada soal nomor 6 ini, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami kesulitan dalam memahami soal yang diberikan. Sedikit dari kelas ekperimen yang menjawab sesuai dengan jawaban yang diminta. Siswa pada kelas kontrol juga mengalami kesulitan, sehingga siswa pada kelas kontrol sebagian besar menyatakan bahwa volume pasir tidak sama dengan jumlah volume kubus kecil. Kebanyakan siswa kelas kontrol hanya menghitung volume kotak besarnya saja. Dari jawaban siswa pada soal nomor 2 dan 6, didapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada indikator comparing kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen. Jawaban pada siswa kelas eksperimen lebih baik daripada jawaban siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen dapat membandingkan situasi yang diberikan berdasarkan konsep yang terkait, dapat memberikan alasan terhadap kenapa memilih tindakan tersebut, juga mengklarifikasi dengan menganalisis situasi yang diberikan pada soal. Hal ini disebabkan pada pembuatan Cornell Note-Taking pada tahap recite, review dan recapitulation siswa dilatih membuat kesimpulan, membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk dipergunakan pada konsep yang baru. 3 Indikator Contemplating Kemampuan berpikir reflektif matematis yang diukur berdasarkan indikator kedua ini terdapat pada butir soal nomor 4 dan 5. Berikut adalah soal dan contoh jawaban dari siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal nomor 4 Keluarga Pak Reza ingin membangun sebuah rumah seperti pada gambar disamping ini. Atap rumah tersebut berbentuk limas dengan alas berbentuk persegi yang panjang sisinya 6 m dan panjang jurainya garis miring batas genteng 5 m. Pak Reza sudah mensurvei harga genteng pada dua toko. Di toko A terdapat genteng dengan ukuran ideal yaitu 30 cm x 20 cm seharga Rp 1.800genteng. Sementara di toko B terdapat genteng dengan ukuran 30 cm x 25 cm seharga Rp 2.000genteng. a. Informasi apa yang terdapat dalam masalah diatas? b. Menurut pendapatmu dimana Pak Reza harus membeli genteng? Berikan penjelasan Di bawah ini adalah perbedaan cara menjawab siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol pada butir soal nomor 4. Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.23 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Contemplating untuk Soal Nomor 4 Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.24 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Contemplating untuk Soal Nomor 6 Soal posttest nomor 4 kedua butir soal di atas menugaskan siswa untuk memilih salah satu dari kedua genteng yang berbeda ukuran dan harganya pada masing-masing toko. Dilihat dari jawaban kedua kelas, pada kelas eksperimen sebagian besar siswa menjawab dengan menghitung luas atap yang akan dipasangin genteng. Mereka menggunakan konsep luas permukaan limas tapi tanpa alasnya, karena bagian yang dipasangi genteng hanya keempat sisi tegak segitiganya. Pada kelas eksperimen, siswa memperoleh jumlah genteng yang diperlukan terlebih dahulu dengan membagi antara luas seluruh genteng tanpa alas dengan luas genteng pada masing-masing toko. Setelah memperoleh banyaknya genteng yg diperlukan, jumlah anggaran dapat dilihat dari mengalikan harga satuan genteng dengan jumlah genteng yang diperlukan. Luas seluruh permukaan atap tanpa alas di dapat 48 m 2 atau 480.000 cm 2 . Pada toko A terdapat genteng ideal dengan ukuran 30 cm x 20 cm, sehingga didapat luas genteng pada toko A adalah 600 cm 2 . Jumlah genteng yang diperlukan jika Pak Reza membeli genteng pada toko A adalah 480.000 cm 2 600 cm 2 sama dengan 800 buah genteng. Pada toko B terdapat genteng dengan ukuran 30 cm x 25 cm, sehingga luas genteng adalah 750 cm 2 . Banyak genteng yang dibutuhkan jika membeli pada toko B adalah 640 buah. Dilihat dari sisi anggaran, pada toko A dibutuhkan 800 buah genteng dengan harga per gentengnya sebesar Rp 1.800 sehingga total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.440.000. Pada toko B, dibutuhkan 640 buah genteng dengan harga per genteng sebesar Rp 2.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.280.000. Sebagian besar siswa kelas eksperimen menjawab berdasarkan seluruh anggaran yang dikeluarkan Pak Reza jika membeli genteng pada Toko B akan jauh lebih hemat uang yang dikeluarkan daripada membeli pada Toko A. Sementara berbeda dengan jawaban pada kelas kontrol, siswa melihat dari harga per gentengnya, dan melihat dari ukuran idealnya genteng. Banyak juga siswa yang hanya memberikan jawaban tanpa alasan terkait dengan konsep yang mereka gunakan. Soal nomor 5 Sebuah bak mandi salah satu bidang sisinya mempunyai ukuran 60 cm x 60 cm. Gambarlah rancangan ukuran bak mandi tersebut dengan bentuk yang berbeda minimal 2 dan dapat menampung 250 liter air Berikan penjelasan disertai konsep yang terkait Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.25 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Contemplating untuk Soal Nomor 5 Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.26 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Contemplating untuk Soal Nomor 5 Pada soal posttest di atas menugaskan siswa merekontruksi rancangan sebuah bak mandi dengan syarat salah satu bidang sisinya berukuran 60 cm x 60 cm dan bak mandi tersebut dapat menampung air hingga 250 liter. Pada kelas eksperimen, siswa menjawab dengan membuat contoh rancangan bentuk bak mandi dengan salah satu bidangnya berbentuk segiempat yang mempunyai ukuran 60 cm x 60 cm. kemudian menentukan ukuran sisi lainnya sehingga dapat memperkirakan volume bak mandi tersebut. Siswa pada kelas eksperimen juga memberikan alasan terhadap rancangan yang mereka buat. Hanya sedikit siswa pada kelas eksperimen yang menggambarkan rancangan bak mandi dengan bentuk kubus. Berikut disajikan beberapa rancangan lain yang dibuat oleh siswa kelas eksperimen. Gambar 4.27 Jawaban Lain untuk Soal Nomor 5 Pada Kelas Eksperimen Pada kelas kontrol siswa menjawab hanya dengan menggambarkan rancangan bentuk bak mandi, tanpa memberikan ukurannya atau menentukan voumenya sebagai alasan. Sebagian besar siswa kelas kontrol merancang bentuk kubus pada umumnya yang mempunyai salah satu bidang berbentuk persegi. Dari jawaban siswa pada soal nomor 4 dan 5, terlihat dari jawaban siswa pada kelas eksperimen bahwa siswa sudah dapat mempertentangkan, merekonstruksi situasi-situasi yang diberikan pada soal. Hasil yang didapatkan bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada indikator contemplating kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan tes kemampuan berpikir reflektif matematis pada penelitian ini secara keseluruhan diperoleh rata-rata hasil tes kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir reflektif matematis pada kelas kontrol. Selain itu perolehan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir reflektif matematis pada masing-masing indikator pada kelas eksperimen juga menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Pencapaian tertinggi dari ketiga indikator kemampuan berpikir reflektif matematis yang diukur dalam peneltian ini adalah terdapat pada indikator reacting dan terendah pada indikator contemplating.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari penelitian ini belum sepenuhnya sempurna meskipun berbagai upaya telah dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal. Ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Proses pembelajaran sempat terhambat karena siswa kelas IX sedang melaksanakan Ujian Sekolah, Ujian Praktek dan UAN, sehingga secara tidak langsung mengganggu jalannya pembelajaran. 3. Alokasi waktu yang terbatas sehingga perlu persiapan dan pengaturan yang lebih baik agar pembelajaran menggunakan metode Cornell Note-Taking dapat berlangsung lebih maksimal. 4. Penelitian hanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga pengaruh penggunaan metode Cornell Note-Taking terhadap kemampuan berpikir reflektif siswa belum maksimal. 5. Peneliti hanya melakukan kontrol terhadap subjek penelitian yang meliputi variabel metode Cornell Note-Taking dan kemampuan berpikir reflektif siswa. Variabel lain seperti minat, motivasi, intelegensi, lingkungan belajar, dan lain- lain tidak dapat terkontrol. Hasil penelitian ini mungkin dapat dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini. 6. Pembelajaran dengan metode Cornell Note membutuhkan banyak kertas karena catatan yang dibuat oleh masing-masing siswa membuat proses evaluasi siswa harus secara individu dan kontinu. 7. Tidak semua materi dapat menggunakan lembar Cornell Note terutama pada tahapan reduce or question.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan metode Cornell Note-Taking mempunyai rata- rata 66,54. Pencapaian indikator yang paling tinggi adalah indikator reacting sebesar 72,57, kemudian indikator comparing sebesar 64,58, sedangkan indikator terendahnya adalah contemplating sebesar 62,15. 2. Kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional mempunyai rata- rata 49,45. Pencapaian indikator yang paling tinggi adalah indikator reacting sebesar 62,17, kemudian indikator comparing sebesar 44,74, sedangkan indikator terendahnya adalah contemplating sebesar 41,45. 3. Kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diajar menggunakan metode Cornell Note-Taking lebih tinggi daripada kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji hipotesis tes kemampuan berpikir reflektif menggunakan analisis Independent Samples T Test diperoleh nilai signifikansi perhitungan p- value sebesar 0,000 , yang artinya bernilai kurang dari α=0,05. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode Cornell Note-Taking memberi pengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. 70

B. Saran

Berdasarkan teuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut: 1. Bagi guru, berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Cornell Note-Taking mampu meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai variasi dalam pembelajaran matematika yang diterapkan dengan persiapan yang matang, baik dari segi alokasi waktu, bahan ajar yang digunakan dan pengkondisian kelas. 2. Bagi sekolah hendaknya dapat memberikan dukungan dalam memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah agar guru dapat menerapkan berbagai jenis metode pembelajaran. Khususnya metode Cornell Note-Taking sebagai metode untuk meningkatkan berpikir reflektif matematis siswa. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan metode Cornell Note-Taking dapat menerapkan lebih optimal dengan mendesain bahan ajar berupa LKS yang lebih menarik dan kontruktif pada pokok bahasan lain, mengukur aspek yang lain atau jenjang sekolah yang berbeda.