Pengaruh metode permainan (card games) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

(1)

(2)

Terhadap Kemampuan

Berpiklr

Kreatif Matematis Siswa"

disusun oleh

Afrina Amelia Dewl, Nomor Induk Mahasiswa 1110017000034, diajukan kepada

Jurusan Pendidikan Matematika" Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 8 Januari 2015 di hadapan penguji. Karena

itu

penulis berhak memperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang pendidikan matematika.

Jakart& 8 Januari 2015 Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Ketua Panitia (Ketua JurusanlProgram Studi)

t1/,

zots

t4

/

,

,o,,

t

tr

Dn K+dir.,M.Pd

NIP. 19670812 1994W

I

001

Sekretaris (Sekretaris JurusanlProgram Studi)

Ab{ul Muin,

S,$i, M.Pd NIP. 19751201 200604

I

003 Penguji

I

Otgnq Suhyanto. M.Si NIP. 19681104 199903

I

00r

Penguji

II

Eva Musvrifah. S.Pd. M.Si NIP. 1982052E 201101 2 011

Mengetahui,

Ilmu Tarbiyah dafl Keguruan


(3)

LEMBAR

PENGESAHAN

PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi beqiudul Pengaruh Metode Permainan Kartu (Card Games| terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa disusun oleh Afrina Amelia

I)ewi,

NIM.

1110017000034, Jurusan Pendidikan Matematikq Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak

untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,

Desember 2014

Yang mengesahkan,

Pembimbing

I

Pembimbing

II

t

Drs.

E

Ali Hamzah.lllPd

ItrP.19480323 198203

I

001

Gusni Satriawati. M.Pd rrrP. 19?808(D 200801 2 032


(4)

SURAT PERII"YATAAN

KARYA

ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama

NIM

Jurusan

",A.ngketaeTdlw Alamat

l.

Nama

NIP

Dosen Jurusan

2.

Nama

NIP

Dosen Jurusan

: Afrina Amelia Dewi

:

1110017000034

:

PendidikanMatematika

:

2&10

:

Jln. Semangka III RT l3lRW 09 No. 58, Jati Pulo Kec. Palmerah - Jakarta Barat

MEI\IYATAKAI\I DENGAII SESUNGGUflITYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Metode Permainan Kartu (Card Games) terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif

Matematis Siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

: Drs. H. Ali Hamzah M.Pd : 19480323 198203 I 001 : Pendidikan Matematika

: Gusni Satriawati" M.Pd :19780809200801 2032 : Pendidikan Matematika

Demikiao surat pemyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jal<afia, Desember 2014 Yang Menyatakan,

Afrina Amelia Dewi

NIM:

1110017000034


(5)

i

ABSTRAK

Afrina Amelia Dewi (1110017000034),Pengaruh Metode Permainan (Card Games) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh metode permainan kartu terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Jati Pulo 03 Pagi Tahun Ajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Subject Post Test Only Control Group Design, yang melibatkan 70 siswa sebagai sampel. Pengumpulan data setelah perlakuan dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis berbentuk essay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan metode permainan kartu lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan metode permainan kartu yaitu sebesar 70,28, sedangkan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan metode konvensional yaitu sebesar 58,58. Berdasarkan perhitungan dengan uji t dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai thitungsebesar 3,23 dan nilai ttabelsebesar 1,67

(thitung = 3,23 > ttabel = 1,67). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa

pembelajaran matematika dengan metode permainan kartu berpengaruh baik terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.


(6)

ii

Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

The purpose of this research is to analyze the effect of card games method

to student’s mathematical creative thinking skill. This research was conducted at Sekolah Dasar (SD) Negeri Jati Pulo 03 Pagi for academic year 2014/2015. The method used in this research is quasi experimental method with Randomized Subjects Post Test Only Control Group Design, which involves 70 students as the sample. Data collection after the treatment is done by using a mathematical creative thinking skill test as written essay test. The research showed that the

student’s mathematical creative thinking skill who are taught by card games is

better than students who taught by conventional method. This matter visible from

the mean score of the results from student’s mathematical creative thinking skill

test with card games method is 70,28, while the mean score of the results from

student’s mathematical creative thinking skill test with conventional method is 58,58. Based on the calculation of the t test with significance level of 5 % , the value oftcountis 3,23 and the value ofttableis 1.67(tcount= 3,23 > ttable= 1.67). The

conclusion from the result of this research is that mathematic’s learning with card games method give a good affects to the student’s mathematical creative thinking

skills..


(7)

iii

KATA PENGANTAR

ﻢﯾﺤرﻟاﻦﻣﺤرﻟاﷲاﻢﺳﺑ

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan inspirasi tidak terhingga disetiap kata-kata yang penulis tulis di skripsi ini, serta juga kemudahan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis mengerti betul banyak sekali kekurangan dalam penulisan, proses penulisan, serta penelitian. Namun, berkat kerja keras, doa, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta nasehat positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, penulis dapat mengatasi kesulitan dan hambatan yang dialami. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. Kadir M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Abdul Muin, S.Si. M,Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus dosen pembimbing akademik dan Ibu Gusni Satriawati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyempatkan waktunya untuk melayani pertanyaan-pertanyaan penuh kebingungan dengan kesabaran dan senyuman, serta senantiasa memberikan arahan dan titik terang ditengah masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Matemaika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu serta bimbingan selama mengikuti perkuliahan.


(8)

iv

Yeni Suratiningsih dan Bapak Sukri Arief yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini, serta siswa-siswa SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi Jakarta Barat, khususnya kelas IV-A dan IV-B.

8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Sumarso Slamet dan Ibunda Tri Suciati yang tak henti-hentinya mendoakan dan memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materil dengan senantiasa menanyakan “Lia Kapan Wisuda?”, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak-kakakku tersayang, Afrizal Arsyad dan Afriyanti yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta seluruh keluarga yang mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Khairiah Nuroctaviani, sahabat yang selalu ada, tempat berkeluh kesah, dan senantiasa memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabatku tersayang Emi Suhaemi, Indah Permatasari, Dewi Nirmala, dan

Nuristia Fathu R yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan tempat berbagi untuk segala cerita selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

12. Mohamad Muchtarudin, teman seperjuangan dalam bimbingan skripsi yang juga senantiasa memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2010. Terimakasih untuk segala kehangatan yang diberikan selama empat tahun bersama.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang


(9)

v

telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.

Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, Desember 2014


(10)

vi

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 10

A. Landasan Teoritis ... 10

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 10

a. Pengertian Berpikir Kreatif ... 10

b. Pengertian Matematika... 16

c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 18

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)... 22

3. Metode Permainan Kartu (Card Games) ... 25

4. Metode Konvensional ... 29

5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

B. Kerangka Berpikir ... 32


(11)

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode dan Desain Penelitian... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Analisis Instrumen... 39

1. Uji Validitas ... 39

2. Uji Reliabilitas... 39

3. Taraf Kesukaran ... 40

4. Daya Pembeda ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 43

1. Uji Persyaratan Analisis ... 43

a. Uji Normalitas ... 43

b. Uji Homogenitas... 45

2. Pengujian Hipotesis... 46

H. Hipotesis Statistik... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Deskripsi Data ... 50

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 51

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 55

3. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 59

B. Analisis Data ... 62

1. Uji Prasyarat ... 62

a. Uji Normalitas ... 62

b. Uji Homogenitas ... 63


(12)

viii

a. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator

Kelancaran (Fluency)... 73

b. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator Keluwesan (Flexibility) ... 75

D. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 79

A. Kesimpulan... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian... 36 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kreatif Matematis ... 38 Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Analisis Butir Soal... 43 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Eksperimen ... 51 Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Eksperimen... 53 Tabel 4.3 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ... 53 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Kontrol... 55 Table 4.5 Deskripsi Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Kontrol ... 57 Tabel 4.6 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ... 57 Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 59 Tabel 4.8 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan

Indikator Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 60 Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 63 Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 64 Tabel 4.11 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ... 65


(14)

x

Gambar 4.1 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 52 Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 54 Gambar 4.3 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 56 Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Indikator Kemampuan Berpikri Kreatif

Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 58 Gambar 4.5 Perbandingan Nilai Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 61 Gambar 4.6 Hasil Jawaban Beberapa Kelompok pada Lembar Kerja Siswa 2 70 Gambar 4.7 Siswa Saat Melakukan Permainan Kartu (Card Games) Dalam

Kelompok ... 71 Gambar 4.8 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFluencypada Kelas Eksperimen 73 Gambar 4.9 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFluencypada Kelas Kontrol... 74 Gambar 4.10 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFlexibilitypada Kelas

Eksperimen ... 75 Gambar 4.11 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFlexibilitypada Kelas Kontrol 76


(15)

xi

DAFTAR BAGAN


(16)

xii

Lampiran 2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 87

Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar... 89

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 91

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 121

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 145

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol... 176

Lampiran 8 Lembar Latihan Siswa ... 183

Lampiran 9 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 187

Lampiran 10 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 188

Lampiran 11 Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 190 Lampiran 12 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 192

Lampiran 13 Perhitungan Uji Validitas ... 193

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas ... 195

Lampiran 15 Perhitungan Uji Reliabilitas... 196

Lampiran 16 Hasil Uji Reliabilitas ... 197

Lampiran 17 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ... 198

Lampiran 18 Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 199

Lampiran 19 Perhitungan Uji Daya Pembeda... 200

Lampiran 20 Hasil Uji Daya Pembeda... 201

Lampiran 21 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 202

Lampiran 22 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 203

Lampiran 23 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa . 205 Lampiran 24 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 207


(17)

xiii

Lampiran 25 Rekapitulasi Nilai Sikap dan Keterampilan Kelas Eksperimen . 211

Lampiran 26 Rekapitulasi Nilai Sikap dan Keterampilan Kelas Kontrol ... 212

Lampiran 27 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 213

Lampiran 28 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 214

Lampiran 29 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Ketajaman Kelas Eksperimen 215 Lampiran 30 Perhitungan Mean, Standar Deviasi dan Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen ... 221

Lampiran 31 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Ketajaman Kelas Kontrol ... 222

Lampiran 32 Perhitungan Mean, Standar Deviasi dan Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Indikator Kelas Kontrol ... 228

Lampiran 33 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 229

Lampiran 34 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 231

Lampiran 35 Perhitungan Uji Homogenitas ... 233

Lampiran 36 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik... 234

Lampiran 37 Tabel Nilai KoefisienKorelasi “r” Product MomentPearson ... 236

Lampiran 38 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)... 237

Lampiran 39 Tabel Nilai Kritis Distribusi F ... 238

Lampiran 40 Tabel Nilai Kritis Distribusi t ... 239

Lampiran 41 Uji Referensi... 240


(18)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam hidup manusia karena merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana menurut Retno Listyarti, “Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju”1, karena pada dasarnya merupakan proses pematangan kualitas hidup, yang dengan proses ini diharapkan manusia dapat memahami arti dan hakikat hidup serta bagaimana menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Oleh karena itu fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul yang menitikberatkan pada proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak, dan keimanan.

Pendidikan dapat dimaknai dalam pengertian dasar maupun sebagai suatu proses. Dalam pengertian dasar, pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh. Sedangkan sebagai suatu proses, dapat dimaknai sebagai semua tindakan yang mempunyai efek pada perubahan watak, kepribadian, pemikiran, dan perilaku.2 Oleh karenanya pendidikan diharapkan dapat menyatukan sikap, pemikiran, hati nurani, dan keimanan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Pada perkembangannya, paradigma pendidikan di Indonesia mulai berubah dimana penyelenggaraan pendidikan nasional berubah dari pradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pendidikan ini seiring dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nasional Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 sebagaimana dikutip Dedy:

1

Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif, (Jakarta: Esensi, 2012), h. 2.

2

Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 1, h. 2.


(19)

2

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Paradigma pembelajaran ini menuntut siswa untuk dapat berperan aktif dan kreatif dalam proses belajar serta mengoreksi peran dominan guru. Dan juga para guru dituntut untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat mendorong para siswa untuk aktif, kreatif, dan kritis dalam proses pembelajaran atau dapat juga dikatakan bahwa proses pembelajaran berpusat pada siswa (student center learning).

Salah satu cara untuk menanamkan kemampuan dasar bagi anak adalah dengan merancang kurikulum dan pembelajaran tematik sebagaimana dalam kurikulum 2013, karena orientasi dari kurikulum ini adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.

Dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting karena matematika merupakan ilmu yang dapat melatih untuk berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Matematika merupakan ilmu tentang hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Dimana dapat dikatakan siswa memiliki kemampuan matematika ketika telah menguasai dan terampil dalam menyelesaikan masalah dengan tahapan-tahapan tertentu. Kemampuan menyelesaikan masalah dengan tahapan-tahapan tertentu ini menjadi tujuan belajar dalam matematika. Sebagaimana menurut M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, “Kalau substansial matematika berisi fakta, konsep, prinsip,

3


(20)

skilldan keterampilan sertaproblem solvingmakaproceduralmenyelesaikan soal itulah yang menjadi tujuan belajar matematika.”4 Jadi dapat dikatakan bahwa matematika itu merupakan ilmu tentang bilangan dan merupakan ilmu dasar yang perlu dimiliki setiap anak untuk dapat melatih kemampuan berpikir mereka yang salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif..

Dalam pembelajaran, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk dapat berpikir kreatif. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa di era global ini kreativitas diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan menyelesaikan masalah. Dengan pemikiran kreatif ini, siswa akan lancar dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan. Oleh karenanya sikap kreatif perlu dilatih sejak dini, agar siswa tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan melainkan mampu menghasilkan pengetahuan baru.

Kreativitas diperlukan dalam setiap bidang kehidupan, termasuk matematika. Dalam matematika, kreativitas lebih ditekankan pada prosesnya bukan produknya, yaitu bagaimana siswa dapat memandang masalah dari perspektif yang berbeda dan dapat menemukan solusi yang beragam. Kreativitas dalam matematika disebut juga dengan berpikir kreatif matematis.

Kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah matematika secara kreatif. Kriteria kreativitas pemecahan masalah menurut Silver (1997) diindikasikan dengan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.5 Kefasihan dalam pemecahan masalah ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghasilkan beragam gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah. Fleksibilitas ditunjukkan dengan kemampuan menyelesaikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Dan kebaruan dalam pemecahan masalah didasarkan pada kemampuan memecahkan masalah dengan melahirkan ide baru atau unik yang mana menekankan pada keaslian ide yang dibuat oleh siswa.

4

M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: Rajawali Press, 2014), cet. 1, h. 49.

5

Abdul Aziz Saefudin, “Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan PMRI”,Al-Bidayah, Vol. 4 No. 1, 2012, h. 42.


(21)

4

Berdasarkan penelitian PISA pada tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam bidang matematika.6Hal ini menunjukkan masih rendahnya kemampuan matematika siswa di Indonesia. Sementara pelaksanaan pembelajaran saat ini siswa kurang didorong untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dituntut untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.7 Proses pembelajaran yang ada tidak diarahkan untuk membangun karakter dan potensi yang dimiliki siswa, kemampuan memecahkan masalah, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Hal ini mengakibatkan mereka pintar secara teori tetapi tidak secara aplikasi. Sebagai contoh “Anak hafal perkalian dan pembagian, tetapi mereka bingung berapa harus membayar manakala ia disuruh untuk membeli 2,5 kg telur, harga satu kilo Rp 12.500,00”.8 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa masih rendah dan juga siswa kurang dapat menggunakan kemampuan berpikirnya saat dihadapkan pada masalah di kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dalam pembelajaran di kelas, berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran yang menjadi fokus utama adalah pengetahuan, ingatan, dan kemampuan berpikir logis, yaitu kemampuan menemukan suatu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan. “Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang

6

Posisi Indonesia nyaris jadi juru kunci. Artikel diakses pada 17 februari 2014 dari

www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor-pisa-posisi-indonesi-nyaris-jadi-juru-kunci.html 7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 5, h. 1.

8 Ibid.


(22)

sudah diajarkan guru. Guru sering tidak membiarkan siswa mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika”.9

Kurang perhatiannya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa didukung oleh rendahnya pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Setidaknya hal ini diindikasikan oleh sedikitnya artikel atau penelitian terkait dengan pengembangan kemampuan tersebut, yakni hanya terdapat 44 dari 2.426 artikel atau kurang dari 2% yang terdapat dalam data base Educational Resources Information Center (ERIC) pada bulan September 2002.10 Dan juga berdasarkan hasil penelitian Siswono, Abadi, & Rosyidi (2008) menunjukkan bahwa “Sebanyak 10,8% guru tidak pernah mengajarkan siswa menyelesaikan dengan cara berbeda dan 41,5% jarang melakukan kegiatan itu. Informasi lain sebanyak 55,4% guru tidak pernah meminta siswa mengembangkan imajinasinya.”11 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif belum mendapat fokus pada pembelajaran matematika.

Sejalan dengan hasil penelitian yang telah disebutkan, berdasarkan hasil wawancara (Lampiran 1) dengan guru matematika di SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi diketahui bahwa metode pembelajaran yang seringkali digunakan dalam pembelajaran matematika adalah metode ceramah, tanya jawab maupun diskusi. Sedangkan pada saat diskusi pun hanya sebagian siswa yang aktif, selebihnya masih pasif dalam proses belajar mengajar.12 Hal ini dipertegas dari hasil observasi aktivitas belajar siswa (Lampiran 2) dan hasil observasi aktivitas mengajar (Lampiran 3) yang dilakukan di sekolah tersebut, terlihat bahwa guru lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran dibandingkan siswanya. Pada pembelajaran ini siswa hanya menerima informasi dari guru, sehingga siswa hanya mampu meniru tanpa dapat memahami. Terlihat pada saat siswa diberi soal

9

Tatag Yuli E., Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), h. 2.

10

Ali Mahmudi, “Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada

Konferensi Nasional Matematika (KNM) XIV Universitas Sriwijaya, 24-27 Juli 2008, h. 3.

11

Tatag Yuli E., dkk., “Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”,Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), Vol. 18 No. 2, 2012, h. 3.

12

Yeni Suratiningsih, Guru SD Negeri 03 Jati Pulo 03, Wawancara, Jakarta, 25 Agustus 2014, pukul 09.30.


(23)

6

yang berbeda dari contoh, sangat sedikit siswa yang dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa hanya mampu mengerjakan soal secara prosedural seperti yang telah dicontohkan oleh guru, namun saat dihadapkan pada soal yang sedikit lebih sulit ataupun yang berbeda dari contoh, mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.

Melihat kurangnya perhatian terhadap aspek berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika, maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu kiranya melatih kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sejak mereka dalam pendidikan dasar yang mana merupakan bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional, yaitu diselenggarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.

Pada perkembangannya, anak usia sekolah dasar cenderung suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya sehingga pembelajaran di sekolah dasar harus diusahakan agar tercipta suasana siswa yang aktif dan menyenangkan. Untuk itu guru perlu memperhatikan beberapa prinsip latar, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip belajar sambil bermain, dan prinsip keterpaduan. (Depdikbud, 1995: 1-2).13 Dalam prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar. Karena suasana ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Sebagaimana karakteristik anak usia SD menurut Sumantri dan Permana (mengutip pendapat Bassett, Jacka, dan Logan) adalah secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, senang bermain dan lebih suka bergembira riang, suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, suka mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru.14

13

Abdul Majid,Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 3.

14

Ahmad Saefudin, dkk., “Penerapan Metode Permainan Menggunakan Kartu Kosakata

dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas V SD”, FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret,


(24)

Metode belajar sambil bermain disebut juga metode permainan. Mengingat dunia anak adalah dunia bermain, metode permainan kartu ini merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Metode permainan kartu ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran matematika kepada peserta didik, dimana dengan diterapkannya metode ini siswa dapat lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan terus menggali potensinya dengan mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki, karena proses belajar didesain lebih menarik dan dalam situasi yang menyenangkan. Dengan situasi ini, siswa akan memperoleh berbagai pengalaman yang dapat mengembangkan potensi perkembangan yang dimilikinya. Metode pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika dan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan guru. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat terasah dan terus meningkat. Sebagaimana pendapat Mayke dalam Anggani (2000), bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.15Dari pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa metode permainan dapat mengeksplorasi kemampuan siswa dengan mempraktikkan sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa dapat berkembang.

Berdasarkan uraian di atas, penerapan metode permainan kartu diduga akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sehingga perlu kiranya diteliti lebih lanjut. Oleh karenanya, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Permainan Kartu (Card Games) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”.

15

Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 136.


(25)

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disebutkan, maka dapat didefinisikan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

2. Pelaksanaan pembelajaran saat ini, siswa kurang didorong untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya

3. Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif.

4. Kemampuan berpikir kreatif kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak terjadi penyimpangan. Adapun masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah :

1. Diambil dua kelas secara acak, satu kelas menggunakan metode permainan kartu (card games) dan kelas lainnya menggunakan metode konvensional. 2. Agar proses terarah, maka kemampuan yang akan diteliti adalah kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa, dimana indikator yang diteliti dibatasi hanya pada aspek kemampuan menghasilkan beragam gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah (fluency) dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda (flexibility).

D. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan metode permainan kartu (card games)?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan metode konvensional?


(26)

3. Bagaimana pengaruh metode permainan kartu (card games) dibanding metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan metode permainan kartu (card games)

2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan metode konvensional.

3. Untuk mengetahui pengaruh metode permainan kartu (card games) dibanding metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan adalah: 1. Bagi Siswa

Dapat memperoleh pembelajaran yang bervariatif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran matematika.

2. Bagi Guru

Sebagai alternatif yang dapat dilakukan Guru dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan mengenai metode permainan kartu (card games) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

4. Bagi Sekolah

Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran matematika, dapat memberikan sumbangan alternatif pembelajaran yang baik untuk diterapkan dan dikembangkan di sekolah.


(27)

10

BAB II

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teoritis

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir merupakan suatu aktivitas yang dialami seseorang apabila dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip Tatag, menyatakan bahwa berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand).1Hal ini dapat diartikan bahwa berpikir sebagai sebuah pijakan awal dalam menyelesaikan masalah, dimana dari rasa ingin tahu kita akan suatu hal maupun masalah, kita dapat memecahkan suatu masalah dan membuat keputusan.

Berpikir melibatkan manipulasi dan transformasi informasi dalam memori, dengan tujuan membentuk konsep, alasan, pikiran kritis, dan penyelesaian masalah. Kita berpikir agar dapat membuat pertimbangan, berintrospeksi, mengevaluasi ide-ide, menyelesaikan persoalan, dan mengambil keputusan.2 Berpikir tidak selalu untuk memecahkan suatu masalah, melainkan juga untuk dapat membentuk suatu konsep tertentu atau menimbulkan ide-ide kreatif. Jadi, berpikir dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha seseorang yang dilakukan secara sadar untuk mencapai suatu tujuan, baik itu pemahaman, perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, analisis maupun kreativitas dengan memanipulasi dan mentrasformasi informasi dalam memori.

Sebagai manusia yang dibekali akal oleh Allah SWT sebagai sarana untuk berpikir, kita hendaknya dapat menggunakannya semaksimal mungkin. Pada

1

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 13

2

John W. Santrock, Perkembangan Anak, Terj. dari Child Development, eleventh edition


(28)

dasarnya setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali tidak disadari. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambah pula kemampuan berpikirnya.3

Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung, sebagaimana Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan dalam firman-Nya:4

               

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad, 38: 29) Ayat tersebut menekankan bahwa hendaknya setiap orang berusaha secara keras dan ikhlas dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikirnya.

Berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru, baik ide atau pemahaman yang berasal dari pengetahuan yang telah dimiliki maupun dari hal-hal yang baru dipelajari. Hal ini didasari oleh pendapat The dalam buku Tatag, yang memberi batasan bahwa berpikir kreatif (pemikiran kreatif) adalah suatu rangkaian tindakan yang dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan.5

Berpikir kreatif disebut juga sebagai berpikir divergen, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan.

3

Harun Yahya,Bagaimana Seorang Muslim Berpikir?, Terj. dariDeep Thinkingoleh Catur Sriherwanto, (Jakarta: Robbani Press, 2001), h. 9-10.

4

Ibid.,h. 13.

5


(29)

12

Saat seseorang berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, pemikiran divergen memberikan banyak ide atau alternatif jawaban yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Pehnoken sebagaimana dikutip Tatag, bahwa berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran.6 Berpikir logis dapat diartikan sebagai sebagai kemampuan berpikir untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.7Jadi berpikir kreatif menurut Pehnoken dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan dengan upaya menarik kesimpulan menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar sesuai dengan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya.

Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seseorang menghasilkan suatu ide baru, dimana ide baru tersebut merupakan gabungan dari ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan. Pengertian ini ditandai dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses bepikir tersebut. Pengertian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Coleman and Hammen sebagaimana dikutip Euis,“creative thinking

was a way of thinking which produce a new concept, finding, or art creation”.8 Maksudnya adalah bahwa berpikir kreatif merupakan cara berpikir seseorang yang mana untuk menghasilkan produk berupa konsep baru, menemukan, ataupun menciptakan.

Kemampuan berpikir kreatif tidak begitu saja dimiliki oleh seseorang, melainkan dibutuhkan adanya persiapan sejak dini yaitu pengalaman dan latihan yang dimiliki sehingga memungkinkan seseorang tersebut untuk dapat

6

Tatag Yuli Eko Siswono, “Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika”, FMIPA Universitas Negeri Surabaya, h. 1.

7

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 13.

8

Euis Eti Rohaeti, “Critical and Creative Mathematical Thingking of Junior High School Students”,Educationist, Vol IV No. 2, Juli 2010, h. 100


(30)

memecahkan masalah. Dengan adanya pengalaman maupun latihan, seseorang dapat menciptakan sesuatu yang merupakan hasil penggabungan atau kombinasi dari unsur-unsur atau ide-ide yang telah dimiliki menjadi sesuatu yang baru.

Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif mampu untuk memberikan ide-ide baru atas permasalahan yang dihadapinya, baik secara teori maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran yang kreatif ini merupakan hasil perwujudan dari kemampuan akal yang dihasilkan melalui empat fase, yaitu: fase persiapan (preparation), fase inkubasi (incubation), fase inspirasi (illumination), dan fase perealisasian (verification).9

1. Fase persiapan (preparation)

Fase ini mencakup segala hal yang dipelajari orang yang kreatif melalui kehidupan dan pengalaman yang diperolehnya, meskipun melalui usaha dan kesalahan terlebih dahulu. Disamping berbagai macam pengetahuan yang dimiliki oleh orang kreatif, latihan khusus yang berkaitan dengan kerja kreatif juga diperlukan. Proses persiapan ini membutuhkan waktu yang lama dan juga perlu mengetahui pengetahuan dasar terlebih dahulu supaya dapat menyempurnakan sesuatu dengan menghasilkan kreativitas. 2. Fase inkubasi (incubation)

Dalam fase ini, orang yang kreatif cenderung tidak akan menyibukkan diri dengan berbagai permasalahan. Mereka sengaja mengalihkan pandangan dari permasalahan utama kepada sesuatu yang lain setelah melewati fase persiapan, dengan harapan dapat memberikan petunjuk kepada solusi akhir bersamaan dengan berlalunya waktu. Dalam fase ini, kegundahan dapat mengalahkan perilaku seseorang, dengan disertai rasa tidak nyaman sampai frustasi dan menjadi mudah terpengaruh. Sementara seseorang yang santai terkadang mengalami sejenis perubahan yang dapat meminimalisir pengaruh faktor-faktor pembelaan maupun intervensi, dan mempersiapkan kesempatan untuk memunculkan kreativitas melalui dorongan yang kuat dan baru.

9

Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 245-248.


(31)

14

3. Fase inspirasi (illumination)

Pada fase ini, sebuah solusi tampak seakan-akan datang secara tiba-tiba disertai dengan emosi yang meluap dan menyenangkan. Fase inkubasi ini bukan merupakan fase yang terpisah dan mandiri. Namun, merupakan hasil dari seluruh upaya yang dilakukan oleh orang kreatif selama fase-fase sebelumnya. Inspirasi bisa datang darimana saja, misalkan datang melalui tidur seperti halnya yang dialami oleh Descrates seorang pakar matematika dan juga Fredriek Kekule seorang penemu dalam bidang kimia organic. Dapat juga dikatakan fase ini diimplementasikan dengan munculnya solusi yang kreatif dengan cara spontan

4. Fase perealisasian (verification)

Dalam fase ini orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan kelayakan kreativitasnya melalui eksperimen. Bisa jadi dalam fase ini dilakukan sebagian revisi atau perubahan guna memperbaiki dan memunculkan ide sebaik mungkin.

Dalam fase berkreativitas yang telah diuraikan diatas, fase inkubasi dan fase inspirasi merupakan dua fase dasar yang memberikan cahaya bagi proses berkreativitas itu sendiri secara langsung.

Pendapat lain mengenai berpikir kreatif disampaikan Martin sebagaimana dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk.10 Produk dari berpikir kreatif dapat juga kita sebut sebagai kreativitas. Kreativitas sebagai hasil pemikiran kreatif sebenarnya dimiliki oleh semua orang, namun bagaimana kreativitas itu dapat terbentuk merupakan suatu proses kognitif yang harus dikembangkan oleh tiap individu. Walaupun setiap orang memiliki bakat kreatif, namun jika tidak diasah maka bakat tersebut tidak akan berkembang bahkan menjadi bakat terpendam yang tidak terwujud, karena sesungguhnya kreativitas itu dibentuk oleh adanya pengalaman-pengalaman dan informasi yang diterima

10

Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan


(32)

oleh seseorang yang selanjutnya digunakan untuk memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya dengan cara yang orisinil.

Untuk dapat berkreativitas seseorang hendaknya meluangkan waktunya untuk melakukan ‘perenungan kreatif’. Seperti yang diungkapkan oleh De Bono, bahwa perenungan kreatif ini merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mencermati berbagai sisi yang berbeda terhadap suatu hal yang tertentu, dan mencari alternatif-alternatif lainnya.11 Perenungan kreatif ini dimaksudkan untuk mencari suatu pemikiran baru dalam bidang tertentu dan memfokuskannya. Hal ini dikarenakan kita memiliki alasan yang mengharuskan kita untuk berpikir. Karena tidak mungkin suatu pemikiran dapat terwujud tanpa adanya perhatian terhadap hal-hal tertentu. Sebagaimana suatu penemuan tidak akan tercapai tanpa adanya perenungan kreatif.

Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru memiliki definisi yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda. Ada yang mengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang menekankan kepada produk yang dihasilkan maupun dari sudut pandang yang menekankan pada proses.

Definisi kreativitas yang menekankan pada produk dikemukakan oleh Pehnoken dalam buku Tatag yang menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kinerja (performance) seorang individu yang menghasilkan sesuatu yang baru dan tidak terduga (creativity as performance where the individual is producing something new and unpredictable).12 Sedangkan definisi kreativitas yang menekankan pada prosesnya, yaitu proses menjadikan seseorang kreatif disampaikan oleh Isaksen dan Trefingger (dalam Isaken dan Murdock, 1988) dalam buku Tatag juga, yang mendefinisikan:

kreativitas merupakan sebuah pembuatan dan pengkomunikasian hubungan-hubungan baru yang bermakna untuk membantu memikirkan berbagai kemungkinan; memikirkan dan mengalami dalam berbagai cara serta menggunakan pandangan-pandangan baru; memikirkan

11

Amal,op. cit.,h. 118.

12


(33)

16

kemungkinan-kemungkinan baru dan tidak biasa; serta membimbing seseorang dalam pembuatan dan pemilihan alternatif-alternatif.13

Dari kedua sudut pandang definisi kreativitas di atas, dapat kita lihat kesamaan dari kreativitas itu sendiri yaitu adanya sesuatu yang baru yang dimunculkan. Baru disini tidak harus dikaitkan dengan ide yang benar-benar baru, melainkan dapat juga baru menurut siswa.

Kreativitas itu sendiri terdapat dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Seperti yang diungkapkan Robinson sebagaimana dikutipAvril, “Creativity is possible in all areas human activity and it draws from

all areas of human intelligence”.14 Menurutnya, kreativitas itu mungkin ada dalam semua bidang aktivitas manusia dan ia tergambar dalam semua bidang kecerdasan manusia. Seperti halnya dalam bidang seni maupun sastra, kreativitas juga terdapat dalam matematika. Menurut Pehnoken sebagaimana dikutip Ali, kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yaitu proses berpikir kreatif.15

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai berpikir kreatif yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang dilakukan seseorang dalam menghasilkan gagasan dan produk baru maupun bermacam-macam kemungkinan dalam penyelesaian masalah dengan melihat hubungan-hubungan antara satu hal dengan yang lainnya.

b. Pengertian Matematika

Matematika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang penting untuk diajarkan kepada anak-anak sejak sekolah dasar karena berguna dalam kehidupan sehari-hari serta diperlukan sebagai dasar mempelajari matematika pada tingkat

13

Ibid.,h. 9.

14

Avril Loveless, “Thinking about Creativity: Developing Ideas, Making Things Happen”,

dalam Anthony Wilson (ed), Creativity in Primary Education, (Southernhay East: Learning Matters, 2009), h. 23.

15


(34)

lebih lanjut maupun dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada tingkat sekolah dasar, pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta mampu bekerja sama

Kata matematika sendiri berasal dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan, mathanein yang artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Depdiknas).16

Lebih lanjut Hudojo, sebagaimana dikutip Esti mengartikan matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karenanya matematika diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam kemajuan IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada peserta didik sejak sekolah dasar .17

Dalam definisi lain, Ismail dkk memberikan definisi hakikat matematika sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.18 Sejalan dengan pendapat Soedjadi sebagaimana dikutip Nahrowie yang mendefinisikan matematika sebagai pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan serta pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.19

Matematika disebut juga sebagai ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan observasi maupun eksperimen. Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif. Meskipun matematika sebagai cabang ilmu yang menggunakan penalaran deduktif, matematika tetap perlu diberikan kepada peserta didik usia sekolah dasar

16

M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: Rajawali Press, 2014), cet. 1, h. 48.

17

Esti Yuli Widayanti, dkk.,Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 8.

18

Ali Hamzah,loc. cit.

19

Nahrowi Adjie, dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), cet. 1, h. 34


(35)

18

yang masih pada tahap operasi konkret, karena penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi tidak dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk, struktur, konsep, dan operasi. Hal ini berarti bahwa matematika itu berkenaan dengan gagasan yang berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis, dimana konsep-konsepnya abstrak dan penalarannya deduktif.

Salah satu alasan mengapa matematika perlu diajarkan di sekolah adalah untuk mengembangkan kreativitas siswa. Karena siswa dapat belajar untuk dapat membangun konsep matematikanya sendiri dengan mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang telah ada. Sehingga diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cermat dan tepat.

Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri antara lain:20

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu digunakan untuk mengembangkan cara berpikir guna membangun ide yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dan bertujuan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah

20


(36)

matematika dengan mengembangkan ide guna terciptanya berbagai jawaban, gagasan, maupun sudut pandang terhadap suatu permasalahan.

Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop sebagaimana dikutip Ali, yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua keterampilan dalam berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif, yang sering diidentikkan dengan intuisi, dan kemampuan berpikir analitik, yang diidentikkan dengan kemampuan logis.21 Pandangan ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif lebih didasarkan pada pemikiran yang tiba-tiba, tak terduga dan di luar kebiasaan.

Berpikir kreatif matematis dapat juga kita sebut sebagai kreativitas matematika. Karena kreativitas merupakan hasil dari berpikir kreatif. Kreativitas matematika menurut Krutetskii sebagaimana dikutip Eric, dinyatakan sebagai berikut:

characterized mathematical creativity in the context of problem formulation (problem finding), invention, independence, and originality.22

Menurutnya, kreativitas matematika atau berpikir kreatif matematis diidentikkan dengan pembuatan soal atauproblem finding, penemuan, kebebasan dan keaslian.

Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak, karena mereka dapat menghasilkan ide-ide baru dari hasil pengalamannya. Kreativitas matematika dapat terjadi ketika anak membuat hubungan-hubungan atau koneksi antara apa yang dilihat dan pengetahuan matematika yang telah dimiliki.

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diukur dari jawaban yang dikemukakannya berdasarkan aspek-aspek berpikir kreatif matematis. Silver sebagaimana dikutip Tatag menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat digunakan tiga komponen kunci yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty) yang merupakan “The Torrance

21

Ali Mahmudi, ”Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada

Konferensi Nasional Matematika XIV UNSRI, Palembang, 24–27 Juli 2008, h. 5.

22

Eric L. Mann, Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicator of Mathematical in Middle School Students, Dissertation University of Connecticut, 2005, p. 7


(37)

20

Tests of Creative Thinking”.23 Kefasihan yaitu mengacu pada banyaknya ide-ide yang dihasilkan dalam suatu permasalahan, fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan sudut pandang ketika merespons sesuatu, dan kebaruan merupakan keaslian dari ide yang dimunculkan.

Aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir divergen (divergen thinking), yang memiliki ciri-ciri: fleksibilitas, originalitas, dan fluency (keluwesan, keaslian, dan kuantitas output). Fleksibilitas menggambarkan keragaman ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulasi, originalitas menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap sesuatu masalah. Sedangkan fluency menunjuk pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.24

Martin sebagaimana dikutip Ali mengemukakan tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas atau keluwesan. Produktivitas berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang dihasilkan. Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan hasil karya serupa. Dan fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk memodifikasi keyakinan berdasarkan informasi baru.25

Lebih lanjut Kiesswetter berpendapat sebagaimana dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.26 Hal ini diperkuat oleh pendapat Haylock dan Kruteski bahwa berpikir kreatif selalu tampak menunjukkan keluwesan (fleksibilitas).27 Fleksibilitas dari proses mental sebagai suatu komponen dari kemampuan kreatif matematis dalam sekolah.

23

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 23.

24

Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 179-180

25

Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan

pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA, Manado, 30 Juni–3 Juli 2010, h. 2-3

26

Ibid.,h. 3.

27

Tatag Yulli Eko Siswono, “Konstruksi Teoritik tentang Tingkat Berpikir Kreatif dalam Matematika”, (Yogyakarta: FMIPA UNY, 2008), h. 2


(38)

Sementara William dalam Munandar menjelaskan konsep, dan contoh perilaku siswa yang menunjukkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif siswa, yang meliputi lima indikator berpikir kreatif, yaitu keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan berpikir orisinal (originality), keterampilan memperinci (elaboration), dan keterampilan menilai (evaluation).28

1) Keterampilan berpikir lancar (fluency)

Keterampilan berpikir lancar dapat didefinisikan sebagai keterampilan atau kemampuan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan; memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility)

Keterampilan berpikir luwes ini merupakan keterampilan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi; dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda; serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

3) Keterampilan berpikir orisinal (originality)

Keterampilan berpikir orisinal adalah kemampuan untuk melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, serta kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4) Keterampilan memperinci (elaboration)

Keterampilan memperinci dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, serta kemampuan untuk menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

28

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1999) Cet. 3, h. 88-91


(39)

22

5) Keterampilan menilai (evaluation)

Keterampilan menilai merupakan kemampuan dalam menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana; serta kemampuan mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.

Dari beberapa aspek maupun ciri berpikir kreatif matematis yang telah dikemukakan, aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan dalam penelitian adalah kemampuan berpikir kreatif matematis yang meliputi aspek kefasihan (fluency) dan fleksibilitas (flexibility).

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.29 Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar, karena selama siswa bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Artzt & Newman sebagaimana dikutip Trianto yang menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.30

Pada pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi siswa juga harus membangun pengetahuannya sendiri dalam pikirannya, sehingga siswa memiliki

29

Rusman,Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. 3, h. 202.

30

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),(Jakarta: Kencana, 2013), cet. 3, h. 56.


(40)

kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Kesempatan ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin sebagaimana dikutip Rusman, bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.31

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianjurkan para ahli pendidikan guna memperbaiki sistem pembelajaran yang ada dimana guru menjadi pusat pembelajaran. Alasan penggunaan strategi pembelajaran ini dikemukakan Slavin sebagaimana dikutip Wina, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.32 Terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif sebagaimana disebutkan oleh Johnson & Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto, yaitu: (1) saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa, (2) interaksi antara siswa yang semakin meningkat. (3) tanggung jawab individual, (4) keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan (5) proses kelompok.33

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:34

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa b. Menyajikan informasi

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

e. Evaluasi

f. Memberikan penghargaan

31

Rusman,op.cit.,h. 201.

32

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 5, h. 242.

33

Trianto,op.cit.,h. 60

34


(41)

24

Meskipun demikian, prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan tim.35

(1) Penjelasan materi

Tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

(2) Belajar dalam kelompok

Tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan tentang pokok materi pelajaran. Selanjutnya siswa belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan ini bersifat heterogen, artinya terdapat perbedaan-perbedaan setiap anggotanya dilihat berdasarkan kemampuan akademisnya. Dalam belajar secara kelompok ini siswa didorong untuk dapat tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, berdiskusi bersama, membandingkan jawaban, maupun mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.

(3) Penilaian

Penilaian dapat dilakukan dengan tes maupun kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, sedangkan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok.

(4) Pengakuan tim

Pengakuan tim ini merupakan penetapan tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian hadiah diharapkan dapat memotivasi tim yang berhasil untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lainnya untuk lebih meningkatkan prestasi mereka.

35


(1)

Lampiran

4l

UJI REFERENSI

Nama

:

Afrina

Amelia

Dewi

NIM

:1110017000034

Judul

Skripsi

:

Pengaruh Metode

Permainan

Kartu

(Card

Games'l

Terhadap

Kemampuan

Berpikir Kreatif

Matematis

Siswa

Pembimbing

:

I.

Drs.

H.

Ali

Hamzah,

M.Pd

II.

Gusni Satriawati,

M.Pd

No.

Referensi

Paraf Pembimbins

I

tI

BAB

I

I Retno

Listyarti,

Percdidikan Kctrakter dalarn Metode AHif,

Inovatif, & Kreatif, (Jakarta: Esensi, 2A1,2),h.2

V

I

+

2 Dedy (Bandung: Mulyasana, Perulidikon Bermutu dan Berdaya Saing,

PT Remaia Rosdakarya 2011). cet.

l.h.2

!

2

(

b

., Dedy Mulyasana" Penelidilwn Berrnutu &m Berdqta Saing,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

201l),

cet.

I,

h. 5

t{,-

(

L

4

M. Ali

Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencqtast dan Strategi Pembelajaran Matematilm, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),

cet.

l-

h. 49

w

(

b

5

Abdul Aziz Saefudin, "Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan

PMRf',

Al-Bidayah, Vol.

4No.

l,z0l?.h.42

V//

&

6

Posisi Indonesia nyaris jadi juru kunci. Artikel diakses pada

I 7 februari 2A I

4

dari www. kopertis I 2. or.id/20 I 3/ I

2105/skor-oisa-nosiri-indonesi-nyaris-i adi-iuru-kunci. html

w

&

7 Wina Sanjay a, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standor

Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana" 2008). cet. 5. h.

i

w

(

L

8 Wina Sanjay4 Strategi Pembelajaron Berorientasi Starzdsr

Proses Pendidiknn (Jakarta: Kencana- 2008). cet. 5. h.

I

V

t

L

I

Tatag Yuli Eko Siswono,

Mdel

Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahut Masalah Untuk

Meninglatfun

Berpikir Kreatif, (Surabaya:

Unesa Universitv Press- 2008)- h. 2

w

+

I

10

Ali

Mahmudi, '?emecahan Masalah dan Berpikir

Kreatif',

Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika

(KNM) XIV

Universitas Sriwiiava- 24-27

luli

2008. h. 3

v{

4

lt

Tatag

Yuli

Eko Siswono, dkk.,'?emberdayaan Guru Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa", Jurnal llmu Pendidilwn

ilID

-

YoL

18 No. 2.

z0l2.

h. 3

tl

&

t2

Lampiran 1 : form wawancara pra-penelitian

'ly

lt

Ir_

13 Abdul Majid, Pembelajwan Tematik Terpa&r, (Bandung :

PT. Remaia Rosdakarva" 2014i. h. 3

Vfr.

&


(2)

Menggunakan Kartu Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas

Y

SD", FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret, h. 2

l5

Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belaiar Anak Tarnan

Kanak-Kanak- (Jakarta: Kencana- 2011). h. 136

w

(

t

BAB

II

Tatag

Yuli

Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengaiuan dan PemecqhonMasalsh

Unuk

Meningkotkon Kemampaan Berpi kir Kreatif, (Surabaya:

Unesa Universitv Press. 2008). h. 13

{i

&

z

John W. Santroclq Perkembangan Anak,Terj.

dariChild

Development, eleventh edilion oleh

Mila

Rachmawati dan

Anna Kuswanti.

Jilid

1. Oakarta: Erlangga 2OA7\.h.294

fL

s\

J

Harun Yahya, Bagaimana Seorang Muslim Berpikir?, T e4.

daiDeep

Thinking oleh Catur Sriherwanto, (Jakarta: Robbani

Press.

200i).

h. 9-10

V

&

4

Harun Yahya, Bagaimana Seorang Muslim Beryikir?, T eq. dari Deep

Thinkhg

oleh Catur Sriherwanto, (Jakarta: Robbani

Press,2001). h. 13

w

6F

5

Tatag

Yuli

Eko Siswonq Model Pembelajaron Matematika Berbasis Pengajuan

fun

Pemecahqn Ma,salah Untuk Meninglratlran Kemumpucm Berpikir Kreatif, (Surabaya:

Unesa Universitv Press- 2008). h. 14

V

s

6

Tatag Yuli Eko Siswono, 'Desain Tugas untuk

Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam

Matematika"- FMIPA Universitas Neseri Surabava h.

I

v

@

7

Tatag Yuli Eko Siswono,

Mdel

Pembelajaran Motematika Berbasis Pengajaan dan Pemeeahan Masalah Urttuk Meningkatlran Kemamqruon Berpikir Kreatif, (Surabaya:

Unesa Universitv Press. 2008). h. 13

v

4

8

Euis Eti Rohaeti, *Critical and Creative Mathematical Thingking of Junior High School Students",

Mtcotionist,

Vol

IV

No.

Z

Juli 2010. h. 100

V

&

9

Amal

Abdussalam

Al-Khalili,

Mengembangkan Kreativitas

Anak. (Jakuta: Fustaka Al-Kautsar. 2005)- h. ?45-248

7L

c

k

l0

Ali

Mahmudi, 'Mengukur Kemampuan Berpikir

Kreatif

Matematis", Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional

Matematika

XV

IINIMA

Manado. 30 Juni

-

3 Juli

z}rc.h.2

Y

T

l1

Amal

Abdussalam

Al-Khalili,

Mengembangkan Kreotivitas

Anak. (Iakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2005). h. I 18

VL

(

k

t2

Tatag

Yuli

Eko Siswonq Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan

fun

PemecalwnMasalah

Un*k

Meninglratkan Kemampuwt Berpikir Kre atif, (Surabaya:

Unesa Universitv Press- 2008). h. 7

V

s

l3

Tatag

Yuli

Eko Siswonq

Mdel

Pembelajman Matematika Berbasis Pengajaan don Pemecahan Masalah Untuk Meninglratlron Kemamqruon B erpikir Kreatif, (Surabaya:

Unesa Universitv Press. 2008). h.

I

vr

q

t4

Avril

Loveless, "Thinking about Creativity: Developing Ideag Making Things Happen", dalam Anthony Wilson (ed), Creatifity in Primary

Mucation,

(Southemhay East: ,

Learning Matters. 2009), h. 23

w

$

t5

AIi Mahmudi, "Mengukur Kemampuan Berpikir

Kreatif

Matematis", Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional

Matematika

)(V UNIMA

Manado. 30 Juni

-

3 Juli 2010. h. 3

W

w


(3)

l6

M. Ali Hamza[

dan Muhlisrarini, Perencanattn dan Strategi Pembelajaran Matemotika, (Jakarta: Rajawali Presq 2014),

cet. 1.

h.48

{"

&

t7

Esti (Surabava:

Yuli

Widayanti, dk,k., Pembelajaran Matematika

MI,

LAPIS-PGMI. 2009). h. 8

Y{/

C

k

18

M. Ali

Hamzah, dan

Muhlisrariri,

Perencanaan dfrn Strategi Pemhelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Press, 201 4),

cet.

I, h.48

V

s

19 Nahrowi Adjie, dan Maulan4 Pemecahan Mosqlah

Matematiks. (Bandune: UPI Press. 2006). cet.1. h.34

v{

d&

20 Nahrowi Adjie, dan Maulana, PemecahanMasalah

Matematilca. (Banduns: UPI Press, 2006), cet.1, h.34-35

Vl

A

21

AIi

Mahmudi, "Pemecahan Masalah dan Berpikir

Kreatif',

Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika

)ilV

tlNSRI.

Palembans. 24

-

27 Juli 2008. h. 5

V

&-,)

Mathemotics: Eric L. ManrU Indicator Mathematical af Mathematical Creativity and

inMiddle

SchoolSchool

Students" Dissertation Universitv of Connecticut - 20A5. o. 7

V

$

23

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematil(s Berbasis Pengajuan dan Pemecahrm Masalah Untuk Meninglratkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya:

Unesa Universitv Press- 2008). h. 23

w

s

24

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaaran Berdssarkon Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara" 2005), h.

179-180

w

s

25

Ali

Mahmudi, "Mengukur Kemampuan Berpikir

Kreatif

Matematis", Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional

Matematika

XV

UNIMA

Manado.30 Juni-3 Juli 2010.

h

2-3

fl,

&

26

Ali

Mahmudi, "Mengukur Kemampuan Berpikir

Kreatif

Matematis", Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional

Matematika

XV

LTNIMA Manado. 30 Juni

-

3 Juli 2010. h. 3

vt

&

27

Tatag

Yulli

Eko Siswono, "Konstruksi Teoritik tentang Tingkat Berpikir Kreatif dalam Matematika", (Yogyakarta:

FMIPALTNY- 2008)-

h.2

tL

s

28 Utami Munandal Mengemhangkan Balmt

fun

Kreativitas

Anak Sekaloh. (Jakarta: PT Gramedia 1999) Cet. 3. h. 88-91

v/,

I

N

29

Rusman, Mode

l-Mde

I Pembe lajaran : Mengembangkan Profesionali*ne Guru, (Jakarta PT RajaGrafindo Persad4

2011-

cet.3-h.202

v

r$

30

T ianto, Me nde ssin

M de

I P e mb e laj aran

I

novatif-P r o gr e

sif

Konsep, Landosan, dan Implementasinya pada Kurilailum Tinglrat Satuan Pendidikan

6f54,

Qakarta: Kencana, 2013),

cet.3. h. 56.

Vl

s

31

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengemb*2glwn Profesionalisme Guru, (Jakar6, PT RajaGrafindo Persad4

2011. cet.3. h.201

w

$

32 Wina Sanjaya" Strategi Pembelajaran Berorientasi Stqndar

ProsesPendidikan- (Jakarta: Kencana 2008)- cet. 5-h.242

w

(fr

JJ

Tianto,

Mende sain

Ma&

I Pembe lajaran Inovatif-Progre

sif:

Konsep, I"ondasan, dem Implementasinya pada

Kurikuhm

Tingkot Satuan Perdidikan (KISP), (Jakarta: Kencana, 2013),

cet. 3, h. 60

Yl

ffi

34

R:usmary Mode

l-Mde

I P em be lajaran : Mengembangkan Profesiorulisme Guru, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,

2011" cet.3. h.211

w &'


(4)

35 Wina Sanjaya" Strategi Pernbelajaran Berorienta,si Stondar

Prases Pendidikan. (Jakarta: Kencana" 2008). cet. 5. h. 248

w

l-,

k

36 Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Tcwnan

Kanak-Kanak. (Jakarta: Kencana^ 201

l).

h. 135

w

(

L

37 Anita Yus, Penilaiqn Perkembangan Belaiar Anak Tawan

Kanok-Karuk

(Jakarta: Kencana- 2011). h, 136

\-tl-

(

k

38

M. Ali

Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jaka*a: Rajawali Press, 2014),

cet. 1- h.281

v

@

39

Michael

Slira,

Mega-Fun Math Games and Pazzle s

for

The

Elementary Grades: Grades

l-5:

Over

125 Activities that

Teach Math Facts, Concepts, and Thinking,Shils, (San

Fransisco: Jossev-Bass- 2009). h.

I

Y

s

40

Michael Shiro, Mega-Fun Math Games and Puzzles

for

The Elementary Grades: Grades

I-5:

Over 125 Activities thot Teach Math Facts, Concepts, and Ihinking

^lhrs,

(San

Fransisco: Jossev-Bass^ 2009)- h.2-5

v

4

41

M. Ali

l{amzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategt Pembelajaran Motematika, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),

cet.

1,h.272

w

&

42

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientssi Stqndsr Proses Pendidilnm, (Jakarta: Kencana, 2008), Ed.

I,

Cet. 5, h.

179

V

4

43

Wina Sanjay4 St'ategi Pembelajaran Berorientasi Standar Prose,t Pendidiksn, (Jakarta: Kencana, 2008), Ed. 1, Cet. 5, h.

179

W

q

44

Siti Aminah, "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Permainan pada Materi Perkalian dan Pembagian di kelas

II MI

Assalam Pasar Minggu Jakarta

Selatan", Skripri pada

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta: 2013

w

q

45

Ali

Mahmudi, "Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik", Prosiding Seminar Nasional Penelitian,

Pedidikan

dan Penerapan MIPA, Fakultas

MIP{

Universitas Negeri Yogyakarta: 16

Mei 2009

w

ft

46

Noordiana IJlfatr, '?engaruh Model Pembelajaran Anehored

Iwtruction

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar", Skripsi pada

UIN

Syarif Hidayatullah

lakarta:2a12

V

m

BAB

III

I

Nana (Banduns: PT Syaodih SukmadinatU Metode Penelitian Pendidikan,

Remaia Rosdakarva 2012\- cet. 8- h. 207

V

t

2 Margono,

Metdologi

Penelitiot Pendidikan : Komponen

MKDK,

(Jakarta- Rineka Cipta- 2010)- Cet. 8- h. 118

Yr

(

t

J Margono, Me lodologi P enelitiim Pendidikan : Komytonen

MKDK,

(Jakarta" Rineka

Cipta

2010). Cer. 8. h. 121

,{/

4 Nurul Zuriah,

Metdologi

Penelitian Sosial don Pendidikm:

Teori-Aplikasi, fJakarta: Bumi Aksara 2007). Cet.

II.

h. 184

YL

(t

\

5 Suharsimi Arikunto,

Dasar&sar

Evaluasi Pendidikan,

fiakarig. Bumi Aksara- 2005). Edisi Revisi. Cet.

5.h.72

v

I

\

6 (Jakarta: Suharsimi Arikunto, Dosqr-dasar Evaluasi Pendidilwt,

Bumi Aksara-

200fl.

Edisi Revisi. Cet. 5. h. 86

TlL

I

7 Anas Sudijono, Pengwilar Evaluasi Pendidikon, (Jakarta:

Raiawali Press^ 20l

l)-

h. 208 D

L

&


(5)

8 Anas Sudijono, Pengantnr Evaluari Pendidikon, (Jakarta:

Raiawali Press. 2011)- h. 209

V

c

t

9 (Jakarta: Suharsimi Arikunto,

Damr4ssar

Evaluasi Pendidikon,

Bumi Aksara 2005). Edisi Revisi. Cet. 5, h. 207

w

(

t

10 (Jakarta: Suharsimi Arikunto, Dasardasar E+,aluasi Pendidikon,

Bumi Aksara. 2005)- Edisi Revisi. Cet. 5. h. 208

i{/

&

II

Prosedur, (Bandung Zaenal

Arifin, Evaluai

: Remaja Rosdakarya, Pembelajaran Prinsip, 2009), Teknik,Cet

.2,

h272

rL

&

t2

(Jakarta: Suharsimi Arikunto, Dasar4asar Evoluasi

Pendidik*t,

Bumi Aksara" 2005), Edisi Revisi, Cet. 5, h. 211

w

&

l3

(Jakarta: Suharsimi Arikunto,

Dasor&sar

Evaluasi Pendidilwn,

Bumi Aksara 2005). Edisi Revisi. Cet. 5. h. 213

w

(

t4

Zaenal Arifin, Etwluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, @andung : Remaja Rosdakarya, 2009), Cet

.2,

h.274

v

&

t5 Kadir, Statistilu tmtuk Penelitian llmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Rosemata Samouma 2010)- h. 107

V

I

l6

Kadir, Statistika untuk Penelitian llmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Rosemata Samourna. 2010). h. I 13

v0

,\

l7

Kadir, Statistilra untuk Penelitian

llmu-Ilma

Sosial, (Jakarta:

Rosemata Samourna 2010)- h. 118

Ul/

(

I

l8

Kadir, Stotislilra untuk Penelilion llmu-Ilmu Sosiql, (Jakarta:

Rosemata Samourna 2010)- h. 195

V(,,

G

i

t9

Kadir. Swisttka untuk Penelitian llmu-Ilmu Sosiol" (Jakarta:

Rosemata Samourna 2010)- h.201

V

&

2A Kadir, Statistilra untuk Penelitian llmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Rosemata Samuurna- 2010\- h. 27 4

r

G

\

2t

Kadir, Stqtistika untuk Penelitian

llmu-Ilmu

Sasial, (Jakarta:

Rosemata Samouma 2OlO\- h. 27 5

w

(

k

BABIV

I

Michael Shiro, Mega-Fun Math Gures and Puzzles

for

The Elementury Grades: Grades

I-5:

Over 125 Activities that Teoch Math Facts, Concepts, and Thinking Sfrrs, (San Fransisco: Jossev-Bass- 2009)- h. I

-vt

s

i

s

Pembimbing

I

Drs.

II.

AIi

Hamzah.

M.Pd

htrP.

19480323 198203

1

001

Jakarta,

Desember 2014

Pembimbing

II

Mengetahui,


(6)

PEMERINTAH

KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA

BARAT

DINAS

PENDIDIKANI

SI}N

JATI

PULO

03

PAGI

Jl.

Semangka

tr

No.

34

Kel.

Jati

Pulo

;

Kec. Palmerah

;

Jakarta Barat

TelplFax.

021

-

5633768;

e-

mail

:

jp_03pg@yahoo.com

SURAT

KETERANGAN

No.037

/

A82.3

Yang

bertanda tangan

dibawah

Menerangkan

bahwa:

Nama

Lengkap

NIM

Iurusan

fenjang

Pendidikan

Semester

ini

Kepala Sekolah Dasar

Negeri

|ati

Pulo

03

Pagi,

:

Afrina Amelia Dewi

z

!1t0417000034

:

Pendidikan Matematika

:

Straa

Satu

(S1)

:8

(Delapan)

Bahwa

nama

tersebut telah

melaksanakan

penelitian/riset

di

SDN

|ati

Pulo

03

Pagi pada

tanggal 29 Oktober

s/d

19 November

Zlt4dalam

rangka menyusun Skripsi

yang

berjudul

"Pengaruh Metode Permainan

l(arhr

(Card

Gamesl

Terhadap Kemampuan

Berpikir

Ifteatif

Matematis

Siswa'

Demikian

surat

keterangan

ini

kami

buatagar

dapat

dipergunakan

sebagaimana mestinya.

1

Desember

2Al4

6f

utI

=l

ul\

rI

@sP<

?z\

ix?\

\2.

r la